Laaaaast part guys! akhirnyaaaa fiuhh
thanks buat kalian yang udah setia baca cerita ini. I love you all my readers!
maaf kalo cerita ini lama banget endnya. maaf jg kalo part ini banyak typo, soalnya aku ngetik + upload dr hp ><
okesip, enjoy!
*
*
*
*Joshua POV*
"Kau siapa?" tanyanya bingung. "Aku mengenalmu?" tambahnya lagi sambil menatapku cemas.
Aku melongo dan hampir saja terjatuh kalau saja seorang suster tidak manahanku.
"A-apa yang terjadi, dok?" tanyaku bingung pada dokter Arsell.
"Tenang, Jo. Aku akan memeriksanya. Silahkan tunggu di luar," katanya menenangkanku.
"Tapi kenapa bisa begini?!" bentakku marah, lalu beralih pada Miley yang bingung menatapku. "Katakan kalau ini bohong!" erangku sambil mencengkram bahunya dengan erat hingga ia merintih kesakitan. "Kau mengenalku, kan? Kau ingat aku, kan? Jawab! Katakan kalau kau mengingatku!!" teriakku hingga membuatnya menangis kesakitan.
Tiga orang suster menarikku dan membawaku keluar. Aku meronta frustasi. Berteriak marah seperti orang gila. Tapi akhirnya aku keluar juga. Aku duduk dikursi tunggu dengan gundah.
Miley lupa ingatan. Ini semua bohong, kan? Katakan padaku kalau ini tidak benar!
Tanpa dapat dicegah, air mataku meluruh membasahi pipi. Inikah takdirku? Beginikah akhir kisah cintaku? Tolong, siapapun, bantu aku keluar dari jalan menyedihkan ini. Aku bukan superman yang kuat menahan perih rasa ini. Aku tidak sekuat itu, kawan.
Hahaha. Kau boleh tertawa sekarang. Menertawakan nasibku yang malang. Menertawakan kisah menyedihkan ini. :")
Tiba-tiba ponselku berdering. Dengan malas aku merogoh sakuku dan tanpa melihat caller id, aku mengangkatnya.
"Kau dimana?" tanya seseorang disana.
"Rumah sakit," jawabku tak minat. Dan aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan semuanya pada orang ini.
"Rumah sakit? Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja?" tanyanya beruntun dengan nada cemas. Felix memang tak pernah berubah.
"Hatiku tak baik," jawabku spontan.
"Apa maksudmu? Jelaskan padaku dengan benar!"
Aku menghela napas pelan. Bagaimanapun mereka harus tau kan? Lalu aku mulai menceritakan kronologis kecelakaan terkutuk itu hingga meneteskan air mata.
"Dia tidak mengingatku, Lix," isakku pelan di akhir cerita.
"Jo, tenanglah... Besok kami akan ke sana. Jangan bertindak bodoh! Aku tau kau frustasi. Tapi tolong, dengarkan aku. Semua akan baik-baik saja. Jangan berpikir pendek, oke?" nasihat Felix sebelum memutuskan sambungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Trap and Revenge
RomantizmMasa lalu, cinta, benci, dendam, perangkap, sahabat, dan keluarga. 18+