| • chapter 16 • |

9.6K 956 30
                                    

Froy kini sudah pergi dari halaman sekolH. Tapi kenapa jantungku tidak ikut prgi ? I mean bukan pergi, tpi berhenti untuk berdetak, but bukan berhenti.... gosh ini sangat susah!

Keadaan sekolah tidak seramai jam 7 nanti jadi dengan tenang aku bisa masuk kedalam kelasku, menaruh tasku dan menjadikannya tumpuan untuk tidur. Aku masih punya beberapa menit untuk bisa tidur hingga pelajaran pertama dimulai. Jam pertama aku tidak ada kelas berdama Fred, Max, Angela atauapun Josephine jadi aku tidak perlu cemas melihat ekspresi mereka setelh kejadian kemarin. Bahkan aku tidak membayangkan dan memikirkan apa tanggapan mereka terhadapku. Aku tertidur cukup lama dan ternyata guru mata pelajaranku tidak bisa masuk pagi itu, tapi bukan Guru yang datang, Fred berlari kekelasku dan membangunkanku dengan amat kasar. "Ada apa ?" Tanyaku yang masih sangat mengantuk. "Kau harus ikut denganku, Max dan Kevin bergulat dikantin !" Seru Fred. Aku langusng kaget mendengar jika Max sedang beradu dengan Kevin. Kevin adalah berandalan nomor 1 disekolah ini, dia terkenal dengan kenakalan dan statusnya menjadi seorang playboy. Yang membuatku kaget adalah, Max bukanlah orang yang suka untuk bermaslaah. Menghajar orang bukanlah hobinya, bahkan terakhir kali ia bermasalah saat kelas 1 SMA itu sudah cukup lama. Aku berlari dibelakang Fred menuju kantin. Bahkan aku tidak peduli dengan orang-orang yang melihat kami, well mereka lebih melihatku karna kejadian kemarin. Suara ribut-ribut sudah terdengar dari pintu Kantin.

Kini aku dan Fred sudah melihat Max dan Kevin sedang saling mengahajar satu sama lain. Wajah mereka berdua sudah terluka, mereka berdua benar-benar tidak takut. Dan betapa bodohnya, tidak ada dari satupun orang disini yang menghentikan mereka. Aku dan Fred akhirnya pun maju, aku menarik badan Kevin sedangkan Fred menarik badan Max. Mereka saling berteriak dan meminta untuk dilepaskan. Untukku, sungguh cukup sangat susah memegang Kevin. Badannya terlalu besar untuk ukuranku, kalau kutahu biar aku saja yang menarik Max. Kevin semakin lama semakin membabi buta, ia mendorongku lalu dengan kuatnya menghajar pelipis kananku. Aku kaget, sudah cukup lama aku tidak menerima hantaman seperti ini. Semua orang kaget saat Kevin mengahajarku, bahkan Fred dan Max juga. Aku memegang ujung pelipisku dan itu mengeluarkan darah, entah kenapa aku jadi terbakar emosi. Dengan cepatnya aku melemparkan tanganku dan mengahajar wajah Kevin dengan sangat amat kuat. Kini bukan Kevin dan Max yang sedang bermasalah, melainkan aku dan Kevin. Sebelum Kevin kembali menghajarku, beberapa penjaga sudah datang bersama guru-guru. Untuk saat ini, yang kurasakan hanyalah sakit ditanganku saat menghajar Kevin barusan.

"Bagaimana bisa aku dihukum ? Dia yang memukulku duluan!" Seruku. "Kau juga memukulnya Tyler !" Jawab Kepala Sekolah. Tentu saja aku akan memukulnya setelah ia memukulku. "Kalian bertiga akan dihukum ! Max dan Kevin kalian akan membersihkan lapangan sekolah setiap pulang sekolah dalam seminggu, dan untukmu Tyler, kamu hanya akan membersihkan toilet besok, sekarang Keluar !"

At least membersihkan toilet lebih ringan, tapi harusnya aku tidak menerima hukuman ini. "Maafkan aku bro, semua ini karenaku, kalau saja dia tidak menganggu Angela tadi, ini tidak akan terjadi," seru Max meminta maaf. Sebenarnya yang terjadi adalah, Kevin si Brandal sekolah memulai aksinya dengan menganggu Angela, yang berhasil membuat Max emosi dan menghajar Kevin dikantin tadi.

Sepulang dari sekolah, aku dengan cepat mencari es batu dilemari pendingin dan menaruhnya dipelipisku yang sudah memar. Rasanya sangat amat enak setelah dihantam tadi. "Ada apa denganmu ?" tanya Froy tiba-tiba, bahkan aku kaget mendengar suaranya. Aku tidak menjawab, aku hanya fokus dengan mengompres memarku ini. "Tunggu, kenapa kepalamu berdarah ?" Tanya Froy sekali lagi. Aku melihat tanganku sudah beradarah dengan aliran es batu tadi yang mencair. Aku menekan lukaku terlalu dalam hingga ia kembali berdarah. Aku mengambil tisu didekatku dan membersihkannya. "Tyler ! Kenapa kepalamu berdarah !" Seru Froy menarik tanganku. "Ta...tadi aku ada masalah, lupakanlah" jawabku mengambil es batu yang baru. Ia mengambil es batu itu ditanganku, dan mengambil kain untuk ia lapisi dengan es batu tadi. Ia menarik tanganku dan menyuruhku duduk disofa didekat sana. Ia menekan lukaku dengan kompres yang ia pegang dengan amat pelan. "Apa yang terjadi denganmu ?" Tanyanya. "Temanku Max ada masalah dengan Kevin, berandal disekolah, aku menahannya agar berhenti mengahajar Max, tapi ia malah mengahajarku, dan ini yang terjadi" jawabku. Ia melepas kompres ditangannya dan menarik tanganku. "Dimana dia ? Aku harus menemuinya !" Seru Froy penuh amarah. Aku bahkan kaget dengan sikapnya barusan. "Hey tenanglah, kau tidak perlu berlebihan seperti itu, semuanya sudah selesai,". "Tidak, aku tidak suka melihatmu terluka seperti ini" balasnya yang berhasil membuat jantungku kembali berdetak tak karuan. "Kau tak perlu mengkhawatirkanku, aku laki-laki, aku bisa menjga diriku sendiri," jawabku. "Aku tidak memandangmu sebagai laki-laki, aku memandangmu sebagai kekasihku yang harus kulindungi !" lanjutnya. "Froy hentikan, aku bisa melindungi diriku sendiri, ini kompres saja lukaku," finalku.

"Froy..." panggilku. "Iyaa ?" Jawabnya membersihkan lukaku dengan obat yang ia ambil tadi. "Kenapa kau terlihat manis dari sini ?" Tanyaku yang tiba-tiba saja keluar dari mulutku. "Entahlah, aku memang selalu manis," jawabnya dengan sombong. "Hmm apakau selalu begitu didepan orang ? Arogan dan sombong ?"... "tidak, ini bukan arogan, aku hanya akan bersikap manis didepan kekasihku," balasnya lalu menatap mataku. Sangat amat dekat, dan aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Froy memegang sisi wajahku dengan amat lembut, tatapannya masih sama, tenang dan menghipnotis. Aku menutup mataku dan mengikuti apa yang akan ia lakukan, dan barulah aku sadar, sebenarnya apa yang terjadi denganku.

"Kupikir ini sudah selesai," seruku memecahkan ketegangan barusan. Aku membersihkan obat disana lalu mengembalikannya pada tempatnya. Pergi dari ruang tamu menuju kamarku dengan pikiran yang sudah penuh dengan tanda tanya, sebenarnya apa yang terjadi denganku ???

Aku menutup rapat pintuku, melihat kesekitar kmarku. Apa aku sudah gila ? Kenapa aku bisa mengatakan hal-hal seperti itu ? Apa yang terjadi denganku. Aku lama-lama bisa gila dibuat Froy.



• fyi story ini gak lama lagi end so jangan berandai2 terlalu panjang wkwkw emang dari awal udah selesai ceritanya jadi tinggal update jadi jangan pada minta lanjut2 mulu yah kalo udah selesai, mwahhh 😘
• to be continue..... jangan lupa vote + komen yang banyak supaya cepet updatee ❤️ • maaf kalo pendek, emang udah segitu doang wkwkw

TransCity [BoyxBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang