| • chapter 21 • |

8.1K 777 41
                                    

Keesokan harinya, kupikir aku sudah siap. Kita sudah siap. Aku tahu itu, aku bisa merasakannya dimata Froy. Untuk masalah semalam jika kalian bertanya..... tentu saja aku menolak. Maksudku, aku .... aku belum siap untuk itu.

"Tenanglah, kita cuman akan bicara dengan Dad, tidak ada yang harus dikhawatirkan," bisik Froy,

Tentu saja aku khawatir, sebesar apapun rasa siapku tentu saja aku khawatir. Khawatir untuk ditolak, ini rasanya sudah seperti mendatangi calon mertuaku untuk restu pernikahan kami, no ini lebih berat dari itu.

Pagi itu kami berdua pergi menuju Kantor Om David yang ada ditengah kota. Om David lebih banyak menghabiskan waktuny di kantor ketimbang dirumah dan itu salah satu alasan kenapa Froy dan Om David tidak pernah sama seperti hubungan Ayah dan Anak layaknya most of people. Om David terlalu memfokuskan dirinya terhadap pekerjaannya. Ia hanya mengetahui Froy 'baik-baik saja' itu sudah cukup baginya tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada Froy. Salah satu alasan kenapa aku ingin bersama Froy juga adalah karna aku ingin menjadi orang yang bisa memahami dirinya dan orang yang mengetahui apakah dirinya baik-baik saja, karna tidak ada yang melakukan hal itu kepadanya.

Froy menggenggam tanganku disepanjang jalan. Semakin dekatnya diri kami dengan Kantor Om David, semakin cepat jantungku berdetak. Sepertinya keberanianku baru saja kutinggal di apartment dan sekarang aku sudah mulai ketakutan.

"Semuanya akan berjalan dengan baik," ucap Froy mengecup tanganku,

"Baikalh, tapi kau tidak perlu mengecup tanganku, aku bukan wanita !" Seruku melepas genggamannya,

"Tapi kau wanitaku,"

"Aku bukan Froy ! Aku laki-laki !!berhenti mengatakan seperti itu !" Jawabku kesal,

Froy hanya tertawa, lalu menarik pipiku. Tentu saja aku ikut tertawa. Aku tidak benar-benar kesal tapi tetap saja aku tidak suka jika diperlakukan layaknya wanita. Walau terkadang aku harus terpaksa demi Froy.

Sesampainnya kami dikantor Om David, Froy menggenggam tanganku sangat kencang. Aku tahu ia juga ketakutan sama sepertiku.

"Apa kita harus berpegangan tangan kedalam ?" Tanyaku,

"Tentu saja, semua orang harus tahu jika kau adalah milikku," jawab Froy dengan jelas,

Mau tak mau, akhirnya kami masuk kedalam Kantor Om David. Salah satu wanita yang sepertinya adalah resepsionis ditempat itu menyalakan lift untuk kami berdua. Kantor Om David ada di lantai 10, dan aku lupa mengatakan jika gedung 20 lantai ini milik Om David semua.

Sesampainnya didalam sana, tentu saja aku sudah takut. Aku sudah bisa melihat Om David dari jendela kaca diluar. Ia sedang mengerjakan sesuatu dimejanya.

"Kau siap ?" Tanya Froy,

Aku hanya mengangguk menandakan kesiapanku, walau batinku mengatakan tidak,

Froy membuka pintu ruangan Om David, dan seketika Om David sadar akan kehadiran kami.

"Ah Kalian, ada apa ?" Tanya Om David tersenyum melihat kami berdua masuk kedalam ruangannya,

"Dad, a..aku ingin mengatakan sesuatu," balas Froy,

Aku hanya bisa berdiam saat Om David mulai sadar akan keanehan yang ada didepannya. Om David baru sadar jika kami sedang berpegangan tangan, sangat erat.

"Ada apa dengan itu ?" tanya Om David menunjuk tangan kami,

Jantungku sangat berdetak dengan kencang. Aku ingin mengatakan sesuatu tapi tentu saja tidak ada keberanian dalam diriku.

"Dad, aku ingin bilang jika aku, dan Tyler... kami,

...kami Berpacaran," jawab Froy perlahan,

Tidak ada jawaban. Om David hanya menatapi kami berdua. Sama sekali tidak ada jawaban. Ruangan itu seketika hening, yang bisa kudengar hanyalah suara jantungku dan juga detik jarum jam yang terus berjalan.

TransCity [BoyxBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang