| • chapter 10 • |

9.8K 982 28
                                    

Aneh... pagi itu aku ngerasa badanku aneh. Aku mencoba membuka kedua mataku dan yang kulihat adalah ranjang yang tak kukenal. Aku berada dibawah... dan barulah aku sadar aku sedang berada dikamar Froy. Kamar ini cukup luas, lebih luas dari kamar yang kutempati. Berwarna Abu gelap dengan design yang sangat futuristic yang menandakan Froy sangat menyukai hal-hal mengenai teknologi. Aku mencoba bangun dari tempatku yang ternyata semalaman aku tertidur dengan posisi duduk, pantes aja rasanya pinggulku sudah lepas dari tempatnya. Froy sudah bangun dari tidurnya, dan ia terlihat tidak seburuk kemarin. Wajahnya sudah tak terlalu pucat, tapi pandangannya masih kosong, seakan-akan ia masih belum ingin terbangun dari tidurnya kemarin. Sungguh 'awkward' aku tidak tahu harus berbuat apa. Froy sadar jika semalaman aku tidur disebelahnya. Tentu saja ia sadar, ia yang memaksaku untuk tidak meninggalkannya malam tadi.

"Kumohon.. jangan per...gi, te...mani aku di.... disini"

Karna aku tidak ingin berprasangka aneh, aku mencoba mencairkan suasana aneh dipagiku itu. "Apa kau sudah baikan ?" Tanyaku berdiri disebelahnya. Ia tak menengok sedikitpun, ia hanya mengangguk dengan pandangannya yang masih tepat menghadap kearah telivisinya yang bisa kulihat ia menatap pantulannya sendiri dari layar kaca itu. Dia benar-benar tidak terlihat seperti Froy yang kutahu. Tak ada semangat dari dirinya hari itu, entah karna dia sakit atau dia memiliki masalah yang benar-benar membuatnya terlihat buruk seperti ini. "Kemarin.... a..apa yang terjadi denganmu ? Kau memiliki masalah ?" Tanyaku lancang. Entah kenapa pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari mulutku. Ia mendengar pertanyaanku dengan jelas, sangat jelas. Tapi ia diam tanpa kata masih sama dengan ekspresi sebelumnya. "B..aiklh, aku akan keluar," lanjutku tersadar jika ia benar-benar tidak akan menjwab pertanyaan bodohku. Aku tersadar untuk apa Froy menjelaskan apa yang terjadi kepadanya malam itu, i mean, look at you ? Siapa dirimu Tyler, kau tidak ada alasan untuk menanyakan hal itu kepadanya. Dan untuk apa kau membawa ember seperti ini ? Hanya untuk merawatnya ? Merawat orang yang bahkan menengok wajahmu saja tidak setelah apa yang kau lakukan ? dia benar-benar keterlaluan. Aku bukannya tidak ikhlas untuk merawatnya tapi, at least aku bisa mendengar kta 'terima kasih'. Pagi pagi seperti ini saja wajahkh sudah panas. Dari awal aku tidak pernah ingin mengalami perang dingin seperti ini. Ia memulainya dan disaat aku ingin mengakhirinya ia malah menambah pasukan perangnya, ia benar-benar diluar dugaanku.

Kesal akan dirinya, aku membiarkannya melakukan apapun sendiri di hari minggu itu. Aku tidak peduli apakah dia masih sakit apa tidak, dia harus merawat dirinya sendiri. Aku lebih memilih membawa setoples biskuit dari dapur dan menonton drama seriesku dilaptop yang Ayahku pernah berikan kepadaku. Laptopku bisa dibilang cukup tua tapi menurutku semuanya masih berfungsi jadi tidak ada masalah serius yang harus dipikirkan. Sudah kuhabiskan beberapa jam menonton dramaku di depan layar laptop kupikir mataku sudah tidak kuat lagi. Aku menutup toples biskuit disebelahku dan menuju dapur untuk menaruhny kembali dan mengambil segelas susu.

Disaat aku melewati ruang tamu, Froy sudah ada disana. Duduk dengan santai didepan tv tapi masih dengan pandangan dan ekspresi yang sama. Tentu saja aku tak peduli, aku tak menghiraukannya dan membiarkannya melakukan apa yang ingin dia lakukan, terserah. Aku mengambil gelas didekatku dan mengisi gelasku dengan susu segar yang kuambil dari kulkas. Aku memperhatikannya dari belakang, mencoba menebak sebenarnya apa yang terjadi dengan pria bodoh didepan ini. "Berhenti melihatku, kemarilah" seru Froy yang sontak membuatku kaget dan hampir saja aku menumpahkan susu ditanganku. Ternyata ia melihatku memperhatikannya dari pantulan layar tv yang memang tidak ia nyalakan dari tadi. Aku menaruh gelasku dan berpura-pura tidak ada apa-apa. "Aaku tidak melihatmu, aku hanya..."... "Kemarin hidupku baru saja hancur," serunya memotong jawabanku. Ia mengatakan jika kemarin hidupnya hancur ? Itu aneh. "Aku tidak tahu jika aku bisa merasakan rasa sakit itu lagi," lanjutnya masih menatap bayangannya sendiri didepan televisi. Hingga sekarang aku masih tidak mengerti maksud dari Froy. Aku beranjak duduk disofa, mendengarkan ceritanya perlahan-lahan. "Kupikir aku sudah puas dengan segalanya, ternyata itu semua hanya ilusiku saja," lanjutnya lagi. "Bahkan aku tidak pernah berpikir, jika sahabatku akan melakukan itu kepadaku," ia mulai menekankan suaranya. "Entah ini salahku apa tidak, tapi aku merasa hancur." Ceritanya masih saja terus membuatku bertanya-tanya. "Ia melakukannya tepat didepan mataku, dan aku masih bisa merasakan bagaimana kerasnya aku mengahajar tulang rahangnya yang busuk itu !" Lanjutnya tapi kali ini dengan nada yang berbeda. "Mereka melakukannya didepan mataku, dua orang yang kupercaya mengkhianatiku !" Serunya sekali lagi. "Morgan ? Ia berpaling darimu ?" Tanyaku mencoba meluruskan penjelasannya. "Ia melakukannya didepanku, bersama Brian, tidakah itu bodoh ?". Benar sudah perkiraanku. Setelah mendengar cerita itu, ternyata Froy memergoki Pacarnya Morgan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri Brian. Awalnya ia terlihat begitu sakit dan kesal, tapi disaat ia menceritakan bagaimana ia menghajar Brian, ia tertawa lepas. Aku baru sadar akan luka ditangannya, pukulannya benar-benar keras hingga membuat bekas disana. "Lalu, kau tidak pulang ? Kau kemana ?" Tanyaku lagi. "Setelah itu aku pergi untuk menenangkan diriku, bahkan aku tidak sadar jika seharian aku menghabiskan 3 botol Vodka, Kupikir aku sudah akan mati saat itu. Aku tidak mengingat dimana mobilku dan disaat aku pulang kesini aku bertemu sibrengsek Brian dan rasa kesalku kembali muncul, maka dari it..." "kau pulang dengan keadaan aneh seperti kemarin ?" Seruku memotong jawabannya. "Orang patah hati benar-benar gila," lanjutku lagi yang berhasil membuatku dan juga Froy tertawa. Ia tersenyum, akhirnya setelah ia seharian tidak menunjukan ekspresinya, ia tersenyum sekarang. Aku menarik kata-kataku sebelumnya, ia hanya mengalami waktu yang berat maka dari itu ia berprilaku seperti ini. Tapi aku berhenti saat ia menatapku. Entah kenapa aku merasa aneh saat ia menatapku seperti ini. "Ada apa dengan tatapan itu ?" tanyaku. "Terima kasih," jawabnya sambil tersenyum dibalik rasa sedih yang masih ia rasakan.



Tbc, maaf kalo pendek :( emang bisanya segitu ❤️ jngan lupa Vote + Komen yang banyakk 👌🏻☺️

TransCity [BoyxBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang