MSE | 15

1.5K 86 4
                                    

HAPPY READING

Akhirnya, Maroon menyelesaikan hukumannya. Ia duduk di tepi lapangan, masih berusaha mengatur napas.

"Kok Maroon duduk disini?"

Maroon membuka mata dari pejaman, saat mendengar suara yang tak asing baginya. Ia melihat sepatu gadis itu kemudian tatapannya terus berjalan hingga mendongak melihat wajah Magenta.

Suplai energi ia rasakan seketika, "Genta? Ngapain disini?" Ia bangkit berdiri. Sekarang, Magenta yang mendongak untuk menatap Maroon. Ia menyunggingkan senyum dengan bibirnya yang memucat pada Maroon.

"Ini minum" Magenta menyodorkan botol air mineral dingin.
Maroon menyambut minuman itu dengan senang hati, "perhatian banget ya calon pacar gue" Ia membuka botol air minuman tersebut dan meneguknya, haus.

Magenta tersenyum lebar melihat Maroon yang benar-benar letih, namun Maroon berusaha tak menunjukannya.

Ia selesai menegak air tersebut, "ah.. Thanks Genta" ia menyunggingkan senyum lalu mengusap puncak kepala Magenta, membuat Magenta menunduk, malu.

"Tumben ga bilang, jangan sentuh-sentuh!" Maroon menirukan gaya bicara Magenta yang sering mengatakan hal tersebut.  Magenta mengendikan bahu.

Maroon melirik jam tangannya, "Udah jam istirahat rupanya?" Ia mengedarkan pandangan kearah siswa yang telah beralalu lalang dihampir setiap sudut sekolah

"Iya, emang ga dengar belnya?"

Maroon menggeleng, "Nggak.."

"Itu namanya lo budeg"

Bukannya tersinggung, Maroon malah tersenyum "Gue udah bilang, jadi cewek jangan terlalu kasar"

"Gak ke kantin?" Tanya Maroon

"Udah tadi, tapi cuma beliin minuman buat lo"

Maroon menatap Magenta lebih detil, "Lo sakit?" Ia menempelkan punggung tangan di dahi Magenta.

Magenta menggeleng, "Nggak, cuma pusing aja"

"Itu namanya sakit!" Ucap Maroon gemas

"Seharusnya tadi di kelas aja. Yuk bareng" Maroon menarik tangan Magenta untuk mengikutinya.

Magenta hanya menurut, rasanya ia sudah tak sanggup lagi berpura-pura baik-baik saja. Objek yang ia lihat semakin lama semakin berputar, hingga akhirnya pandangannya meredup. Semuanya terlihat gelap dan..

Braaak!

Magenta, terjatuh. Sehingga genggaman Maroon terlepas. Dengan segera Maroon berbalik. Ia tak banyak bicara, ia tahu Magenta tak mungkin sedang becanda saat ini. Hanya ada kecemasan dalam diri Maroon, semua terlihat dari caranya menatap Magenta.

Maroon menyelipkan tangan kanannya diantara belakang kaki Magenta, dan tangan kiri dibelakang kepala gadis itu. Ia menggedong Magenta menuju UKS.

"Ya ampun! Magenta???" Sandra mengejar Maroon dan mulai mensejajarkan langkah dengan pria yang sedang menggendong sahabatnya.

"Lo apain Genta, Ron?" Sandra memegang kepala Magenta, cemas.

"Maroon! Kok lo diem aja?" Maroon tetap berjalan lurus tak menggubris Sandra.

"Maroon! Jangan-jangan lo jahatin Genta?" Sandra sudah tak sabar lagi.

Maroon menghentikan langkah, ia menatap Sandra yang berada disampingnya. "Bisa nggak lo diem? Kalau gue jahatin dia, ga bakal ujung-ujungnya gue tolongin" Jangan heran jika Maroon berbicara kasar seperti itu. Itulah Maroon yang sesungguhnya, sangat arrogant pada wanita.

My Sweet EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang