Author's pov
Jimin, pria unyu nan emeshin itu kini tengah menonton tv sambil mengelus perut besarnya yang sudah berumur 9 bulan.
"Nak, sebentar lagi kamu brojol.. semoga kamu lekas menjadi anak yang berbakti kepada parents dan memiliki wajah yang indah seperti mommy dan daddy ya.." Jimin berbicara sendiri pada perutnya.
"Iya mommy.." jimin membalas ucapannya sendiri dengan suara yang sok imud.
Sakit jiwa, jink.
Tapi bener, sekarang perut jimin udah parah gedenya. Bahkan kalo mau diri aja kadang harus di pegangin, soalnya takut mencelos jatuh.
Dan kemudian, ponselnya berdering.
Yoongilah yang meneleponnya.
"Halo sayang.."
"Halo mas.. kenapa?"
"Ngga apa-apa.. kamu lagi apa?"
"Lagi nonton nih,"
"Nonton apa? Bokep?"
"Dih yakali."
"Maksudnya, kalo kamu lagi nonton bokep, ya bolehlah mas join.."
"Yeu sange mulu pikiranmu mas, udah.. sekarang kerja yang true.. kamu harus jadi contoh yang baik buat baby kita nanti.."
"Iya sayang, siap.."
"Yaudah ya.. aku mau makan dulu.. kamu jangan lupa makan oke?"
"Oke kapten!"
Lalu jimin mematikan sambungan telepon tersebut.
Ia pun beranjak dari sofa dan mulai memasak telor.
2 telor mangki ia pecahkan dan menampung isinya di dalam mangkok.
Lalu ia tambahkan cabe-cabean pinggir jalan dan daun bawang sebagai bumbu tambahan.
Kemudian ia panaskan sedikit minyak telon dan mulai menggorengnya.
Dan tak lama, hidangan aneh itu pun jadi.
Jimin langsung mengambil 3 centong nasi dengan sedikit kecap asin diatasnya.
Kemudian ia mulai melahap semua makanan itu.
Sebenernya dia enek, tapi ya mau gimana lagi? Itu semua demi nutrisi dan gizi yang baik
Untuk calon baby nya.Uuuuuunch benar-benar tipe bapak rumah tangga yang baik hati dan tidak waras.
Setelah melahap itu semua, ia mulai mengantuk.
Jadi ia pergi ke kamar dan rebahan sebentar.
Sebelum pergi ke alam mimpi, ia sempat memikirkan sesuatu di masa yang akan datang ntar.
"Kalo baby nya udah brojol, ntar aku neteinnya pake apa ya? Masa iya pake yang dibawah? Itu mah ntar yang keluar malah sperma bukan susu.." jimin bermonolog cem cah pea.
"Terus gimana dong ya? Auah gampang itu mah, ntar juga dipikirin ama si awtor."
Setelah berbincang pada diri sendiri, jimin langsung terlelap tidur.
Hm..
Itu namanya pelor.
---
Tidur jimin sangat tidak nyenyak karena perutnya terasa sangat sakit.
Padahal tadi pagi dia udah minum susu untuk bapak hamil. Kalo gasalah nama susu nya mimi milk rasa telor asin.
Waw, emejing bukan?
Kalo yang diminum merk gituan mah, perut bukan sakit lagi, tapi lecet.
Jimin pun meremas sprei kasurnya untuk melampiaskan rasa sakitnya.
Bahkan, air matanya sampai keluar karena tak kuasa menahan rasa sakit yang amat dahsyat di perutnya.
Ia pun langsung kepikiran untuk menghubungi yoongi karena ia pikir, ini sudah saatnya.
Iya, sudah saatnya ia untuk lahiran.
Namun sialnya, ponselnya tertinggal di sofa depan tv.
Jadi mau gak mau, jimin harus berjalan dan mengambil ponselnya.
Ia pun berusaha berdiri lalu berjalan dengan terseok-seok menuju ruang tv.
Tangan kanannya ia pakai untuk memegang perutnya, dan tangan kirinya ia gunakan untuk memegang tembok sebagai tumpuan tubuhnya.
"Mas yoongi.. hiks.." ucap jimin sambil menangis.
Ia terus berjalan kearah dimana ponselnya berada.
Namun karena sudah tidak tahan lagi, tubuhnya ambruk.
Tangisannya semakin menjadi-jadi saat ia melihat aliran darah yang mengalir keluar dari selangkangannya.
Tangannya telah berhasil meraih sang ponsel. Dengan cepat, ia pun langsung menelepon yoongi.
Saat menunggu telpon itu diangkat, darah yang keluar semakin banyak.
Dan itu terasa sangat sangat sangat sakit.
Lalu tiba-tiba, pintu rumah terbuka.
Dan yang masuk adalah yoongi.
Mata yoongi membelalak lebar saat melihat uke nya yang sudah terbaring lemas di lantai dengan darah yang menggelinang di antara kedua kakinya.
"JIMIN!" Ucapnya panik.
Ea
KAMU SEDANG MEMBACA
y o o n m i n
Fanfiction[ SEBAGIAN PART DI PRIVATE ] Hanya sederet kisah tentang pasangan suami-suami yang bernama Min Yoongi dan Park Jimin. Highest Rank #90 in fanfiction (11-02-18) -top▪yoon -bottom▪min yaoi! bxb! 17+ CONTENT.