GO

1.1K 53 5
                                    

"Kirei na "(indahnya)

Satu kata yang tak pernah kusangka akhirnya keluar, dan hal itu keluar dari mulutku untuknya. Sungguh benar benar tak pernah kuduga sebelumnya.

Hujan semakin deras memberi rasa dingin di tubuh. Tapi hal aneh kurasakan entah mengapa aku merasa tubuh memanas, terutama bagian kepalaku. Ash... kenapa semua ini harus terjadi? Sungguh aku menyesal bahkan sangat sangat menyesal.
Andai saja waktuku bisa diulang, aku pasti akan lebih berhati hati dengannya.

Kututupi wajahku yang sedang memerah ini sambil berdiri menjauhinya, ku tak mau ia melihat wajah maluku ini sambil berharap ia melupakan atau bahkan tidak mendengat kata²ku tadi.

"Heh, Erina sepertinya aku mendengar kau mengucap sesuatu seperti kata kirei atau apalah, kamu bisa mengulanginya lagi?" Soma duduk di sofa sambil tersenyum menyeringai ke arah ku.

Arrgh.. sial. Dia mendengarkannya, sekarang apa yang harus kulakukan? Aku gelisah sekali, dia kemudian berjalan menghampiriku . Dia berdiri di depan tubuhku dan menatap wajahku, kubisa melihatnya dari sela-sela jariku.  Dia semakin mendekatiku, dan menaruh kedua tangannya ke dinding belakangku. Dia sepertinya mencegahku untuk kabur dari sini.

"Hei, Erina bisa kau ulangi lagi?" Dia membisikkan itu dengan nada menggoda disamping telingaku membuat aku merasa agak merinding.
"Ak-aku, aku..." Sial kenapa aku juga tergagap?
Dia kemudian memelukku, aku sungguh kaget. Apakah dia sedang sakit? Kenapa dia tiba-tiba memelukku? Tumben sekali. Kemudian mencium kepalaku, dan memegang pipiku.
" Tak perlu kau pikirkan lagi bisa-bisa wajahmu nanti gosong karena saking panasnya saat kau malu"
Aku menatapnya datar, kurasa rasa malu ku terasa sudah menghilang walaupun masih tersisa sedikit sih.
"Ayo segera pergi, hujan sudah mulai berhenti" Dia benar kulihat hujan sudah mulai mereda, dia telah pergi keluar ruangannya dan aku menyusul dia di belakangnya .

*********
"Hidoi yo Yukihira-kun (kau jahat Yukihira) " Aku cemberut kepadanya. Saat ini kita sedang berada di dalam mobil menuju perjalanan ke Kyoto. Dia memakai jas hitam dengan kemeja hitam atau bisa dibilang itu baju kedainya. Celana dan sepatunya juga hitam formal, serba hitam sederhana tapi dia terlihat hemm..... seperti yang kalian bayangkan dia terlihat tampan.

"Gomen...gomen jangan marah lah Erina" Dia mencoba menenangkan ku, tapi aku memalingkan wajahku menghadap ke luar jendela di sampingku. Aku ingin melihat bagaimana reaksinya, dan aku tidak akan mengomentari omongannya.

"Ayolah Erina maafkan aku, aku hanya bercanda" kudengar dia sengaja merendahkan nada bicaranya, sepertinya dia benar - benar menyesal. Tapi aku tak mau menyerah, aku tetap diam aku ingin melihat apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

"Sebagai permintaan maafku bagaimana jika ku belikan kau manga shoujo?" Dia tersenyum sepertinya dia yakin kalau itu akan berasil, apa dia kira aku ini anak kecil? Mau disogok dengan manga terus memaafkannya? Yaa... gimana ya?? Sebenarnya aku sih ingin, apalagi ada manga yang sedang ku incar tapi aku tak bisa membelinya karena selalu habis terjual. Kalau dia mencarikannya untukku, kurasa dia dengan mudah menemukannaya karena dia punya lebih banyak kenalan daripada aku.

Tapi..... tidak-tidak aku tak akan tertipu akan muslihatnya lagi. Aku tetap terdiam aku masih tak terima atas perlakuannya, walaupun sebenarnya aku mau sih dibelikan manga :p.

"Baiklah jika kau tak mau memaafkanku, itu juga tak menjadi masalah padaku" ucapnya datar dan menatap luar jendela di sampingnya. Sontak tentu saja itu membuatku kesal.

"YUKIHIRAA" Teriakku di telinganya sambil mengangkat tanganku ingin memukul wajahnya. Tapi dia cepat menoleh dan kalian tau wajahku berdekatan LAGI dengannya, tidak kali ini tidak sekedar berdekatan kali ini wajah kami sudah bersentuhan. Hidung ku dan keningku bersentuhan dengannya. Ohh ya tuhan kenapa kau berikan cobaan yang begitu berat ini kepadaku?
"Aku akan pura-pura tak melihat jika kalian melakukannya" Kata sopir pribadiku. Dengan cepat ku benahi posisi tubuhku, dan kembali menatap keluar jendela. Jangan tanya tentang keadaan wajahku sekarang, bisa dipastikan bahwa wajahku sudahlah memerah. 

"Mana mungkin aku mau dengannya" Kataku dengan ketus, dan masih menatap keluar jendela. Dia diam, setelah kulirik dia melakukan hal yang sama denganku. Menatap keluar jendela dengan tangannya menopang dagu.

"Kalian berdua cocok kok" kata sopirku lagi.
"Hem mana mungkin?" Kataku garing, dengan agak tertawa. Dia masih terdiam tak menanggapi. Apa-apaan ini?? Apa dia marah padaku, padahal semua itu salahnya. Ah... biarlah kurasa pada akhirnya perjalanan ini sama dengan saat kita pertama kali naik mobil bersama.

~~~~~~~~~~~~~~
Flashback 2 jam yang lalu

Aku berjalan dibelakang Yukihira. Tapi entah kenapa terasa agak aneh, semua orang menatapku dengan rasa heran, bingung, marah, dan ada yang tertawa. Apa sih yang terjadi? Apa lebih baik kutanyakan pada mereka? Tapi aku malas ditambah malu jika aku bertanya pada mereka. Jadi lebih memilih untuk tidak bertanya pada mereka, mungkin mereka tidak menertawakanku. Mungkin ada orang lain yang sedang terkenal di Totsuki dan sedang mereka tertawakan.

Tunggu apa tadi? Terkenal di Totsuki? Bukankah yang paling terkenal di Totsuki adalah Elite 10 ? Terutama aku dan..... Yukihira Soma, selaku elite 1 dan ke 2. Kembali lagi ke masalah, berarti bisa saja mereka menertawaiku. Tapi memang siapa yang berani menertawaiku? Ya tentu Author lah//plak*ditonjok Erina*

"Yukihira-kun kenapa semua orang tertawa saat melihat kita?" Tanyaku kepadanya saat kami berada di depan asrama.
"Mungkin mereka sedang keracunan makanan" ucanya singkat dengan asal-asalan.
"Apa-apan itu?" Dia membuka pintu asrama.
Kucoba untuk mengabaikan kejadian itu, kusegera berjalan menuju kamarku.

"Erina-senpai, apa kau sedang kasmaran?" Seorang adik kelasku menghampiriku, dia masih kelas 9 smp dan sudah dapat dipastikan bahwa dia akan melanjutkan di Sma totsuki, karena termasuk salah satu siswa yang berprestasi dan telah menduduki jabatan Elite ten ke 4.

"Apa maksudmu Touka?" Aku bingung dengan apa yang dia maksud.
"Berbaliklah" dia menunjukku dengan isyarat tangannya untuk berbalik. Aku mengikuti perintahnya untuk berbalik. Setelah berbalik, dia menyuruhku untuk menghadapnya.
"Ini" dia menyerahkan sebuah kertas ke tanganku. Setelah kubuka ternyata kertas itu bertulis 'Wajahku gosong karena malu pada sang pangeran'
Aku meremas-remas kertas itu dengan rasa amarah menguasai diriku. Bisa kalian tebak pelakunya, jelas saja pelakunya adalah Yukihira. Dia menempelkan kertas itu dipunggungku saat tadi dia memelukku. Kulihat dia sudah pergi ke kamarnya, dia berhasil mengerjaiku lagi hari ini.

"Semoga langgeng"

Gwahh... maafkan saya karena jarang update *membungkukkan badan* mumpung tadi dapat waktu yang lumayan, jadi kumanfaatin aja buat nulis nih cerita.
Sekali lagi author minta maaf, klo ada salah trus klo ada typo

Manusia itu pasti punya salah jika kamu tidak punya salah itu berarti kau bukanlah manusia :p

Kimi wa Watashi no Daisuki (Kau Adalah Orang yang Kucintai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang