"Sedang apa kau disana, Yukihira-kun?"
Sebuah suara membuyarkan diriku yang sedang memikirkan sesuatu. Dengan sebuah jaket melekat di tubuhku dan luka memar di wajahku, aku berdiri sendirian menatap pohon cemara diluar hotel. Membiarkan salju menumpuk di kepalaku mengabaikan dinginnya angin yang menusuk.
"Oh, Erina"
Kusapa dia dengan senyuman seolah tak terjadi apa-apa denganku. Wajahnya memancarkan ekspresi kesal ditambah tangannya yang berdacak pinggang. Sepertinya aku membuatnya kesal.
"Lihatlah, bahkan salju menumpuk di kepalamu apa kau tak sadar?"
Aku hanya tersenyum kearahnya saat dia menghampiriku dan menyingkirkan salju di kepalaku dengan tangannya yang hangat.Dia bilang kereta akan segera berangkat, dan yang lain sudah menunggu. Lagi-lagi aku hanya tersenyum kepadanya dan sedikit mengangguk. Dia berjalan pergi meninggalkanku memperlihatkan beban yang selalu ia tanggung sendiri.
Aku mengeluarkan nafasku keras membuang rasa dingin di hidungku. Kupakai syal yang sempat ia berikan kepadaku melilitkannya dileher.
Hangat~
*****
Aku sendirian di kamarku menikmati teh buatan tangan Hisako untuk mengurangi rasa sakit di wajahku. Kunikmati malam yang tenang dan sepi ini. Kuingat kembali kejadian tadi sore, sejak saat ituTakumi mengacuhkanku dan semua merasa canggung.
"Yukihira-kun, boleh aku masuk?"
Terdengar pintu kamarku diketuk oleh seseorang dan orang itu adalah Erina. Sepertinya dia yang paling merasa tak nyaman dengan suasana saat ini.Kujawab persetujuan akan pertanyaannya dia melangkah masuk untuk duduk di depanku. Awalnya dia hanya basa basi dengan menanyakan keadaanku, lagi-lagi aku hanya tersenyum kearahnya dan bilang kalau aku tidak apa-apa. Padahal sebenarnya masih sangat sakit kurasakan, aku hanya tak ingin membuat khawatir orang lain.
Dengan tiba-tiba saja dia mendekat kepadaku dan memukul pipiku."Aduh" suara kesakitan berhasil lolos keluar mulutku
"Uso (bohong), kau belum mengompresnya kan?"Tak bisa kupungkiri, apa yang dikatakannya itu benar. Aku bilang kepadanya aku baik baik saja, lagipula aku sudah meminum ramuan dari Hisako. Akan tetapi dia tetap saja keras kepala pergi mengambilkan kompres untukku. Tak kusangka dia sendiri yang mengompresku, rasa sakit yang seharusnya kurasakan saat kain yang basah itu menyentuh memarku kini tak kurasakan karenaku sedang terfokus yang melihatnya sangat perduli denganku.
Jujur saja aku sangat beruntung bertunangan dengannya, walau kadang dia tsundere, suka marah marah, dan tak pernah mau mencicipi masakanku dia malah terlihat lucu untukku. Sejak masuk ke totsuki aku memiliki 3 tujuan yaitu :
1. Berdiri di puncak
2. Mengalahkan ayahku
3. Membuat Erina berkata 'enak'Sekarang tujuan pertamaku sudah terpenuhi, tujuan keduaku memang belum terwujud namun setidaknya aku masih punya harapan. Namun lain halnya dengan yang ketiga, bukan artinya aku putus asa. Aku sudah berkali kali membujuknya namun dia masih tak mau, walau kadang dia juga mau mencicipinya dan terlihat menikmatinya dia masih saja tidak mau mengakui masakanku dengan kalimat yang sama sejak tes masuk dulu. Walaupun begitu aku hanya tersenyum dan membalasnya dengan kalimat yang sama juga dengan dulu.
"Kenapa kau menatapku seperti itu Yukihira-kun?"
''Tidak apa-apa hanya saja kau terlihat cantik"Ah sial aku keceplosan, aku segera mengalihkan pandanganku keluar jendela. Entah mengapa saat aku berada di dekatnya aku kadang jadi salah tingkah.
"Ne...Yukihira-kun, boleh aku bertanya satu hal padamu? Kenapa kau setuju denganku untuk mengadakan shokugeki itu"
"Erina juga, kenapa kau setuju denganku?"
Kuberanikan diri untuk menatap matanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi wa Watashi no Daisuki (Kau Adalah Orang yang Kucintai)
Teen FictionOhayo minna-san Konichiwa minna -san Konbawa minna -san Ini karya saya yang pertama jadi yoroshiku onegai shimasu. Ini cerita tentang tokoh anime dari Shokugeki no soma. Bagi kalian yang suka ama animenya silahkan join di sini. Note: aku lebih meng...