Hachi

926 50 7
                                    

Aku melihat mereka dengan tatapan jengah, baru saja tadi di pesawat aku bilang ke mereka agar serius namun saat baru saja turun dari bus mereka kegiangan dan langsung bermain bola salju. Sedari tadi mereka mendapatkan tatapan aneh dari orang yang melihat mereka. Apa mereka tidak peka?

"Nee, mereka siapa? Kenapa totsuki mengizinkan mereka masuk ke sini?"
"Sst....diamlah mereka adalah dewan elite, jika mereka tau kau berbicara seperti itu kau bisa bisa di keluarkan dari sini"

Terdengar ada 2 orang yang sedang membicarakan mereka dari belakangku, kulihat Kurokiba dan sepupuku Alice yang juga termasuk dewan elite menunduk kurasa mereka juga geram akan 2 orang tersebut. Kurokiba berjalan mendekati kedua adik kelas itu, dia kini telah memakai ikat kepalanya dan berubah garang kulihat kedua adik kelas itu gemetar mereka kumudian berlari sambil meminta maaf dengan nada takut.

"Nee...bukankah sudah cukup untuk bermain mainnya, kalian pasti merasa dinginkan? ayo kita masuk ke hotel"
"Tidak kok" ucap mereka bersamaan dengan riang, bahkan sahabatku Hisako juga begitu.

Setelah pertempuran kami dengan 10 dewan elite yang lama, kini kamilah yang menggantikan mereka karena kamilah yang memenangkan shokugeki tersebut. Aku rela menyerahkan kursi pertama dewan elite ini kepada Yukihira, karena aku sadar bahwa jika tanpa dia semua ini tidak akan terjadi. Aku bisa membuka hatiku, berani melawan ayahku, dan bahkan membuang gaya memasakku semua itu karena dia.

Memang pada saat shokugeki tersebut aku dipilih oleh Yukihira sebagai kepala sekolah, namun beberapa bulan aku menjalaninnya kepalaku sudah pusing duluan. Maka dari itu aku meminta kakekku untuk menjadi kepala sekolah lagi selama 1 tahun ini sambil aku belajar darinya, dan aku akan mengambil kursinya disaat aku kelas 3 itu berarti setelah ujian kenaikan kelas 1 ini.

Plakkk

Sebuah bola salju dengan keras menghantam keningku, dan bola salju itu langsung hancur jatuh di pangkuanku.

'Dingin'

Rasa dingin menyebar ke seluruh tubuhku padahal aku sudah berusaha agar tidak kedinginan dengan memakai jaket tebal dan berlapis lapis. Namun semua ini tidak berguna setelah aku terkena lemparan bola salju itu dan bahkan dikepala.

Kulihat semuanya tertawa terbahak bahak melihat ekspresiku, memang sekarang aku memasang wajah datar, kesal, sekaligus kedinginan //nah, gimana tuh ekspresinya. Setelah puas menertawaiku mereka ganti mengerjai Alice dan Kurokiba agar mau ikut bermain. Kurokiba yang masih memakai ikat kepala langsung marah setelah terkena lemparan, ia kemudian mengejar kejar Hayama yang melemparkan ke Kurokiba. Sedangkan Alice, dia menyeringai dan segera terjadi pertempuran bola salju dengan Hisako dan Touka. Aku menarik nafas lega karena mereka sangatlah akrab, aku tak sengaja menunduk dan aku melihat sebuah kertas dari dalam bola salju yang dilemparkan kepadaku. Aku penasaran lalu segera mengambil kertas itu. Aku membuka kertas kecil yang dilipat itu dengan penuh rasa penasaran.

'Mari bersenang senang'

Hanya itu isi dari kertas kecil panjang yang mulai luntur karena salju. Kulihat Yukihira tersenyum kearahku hanya sebentar karena dia telah diserang duluan oleh Aldini. Aku tersenyum karena dia sangat perhatian terhadapku.

Plakk

Plakk

Plakk

7 bola salju mengenaiku, mereka semua melihat kearahku dengan senyuman dan tawa mengejek. Wajahku memerah karena marah, aku mengambil salju dan mengepalkannya aku segera berdiri dan bersiap melempari mereka.

"Saatnya balas dendam"

*****

Hachu~

Kini kami dewan elite sedang berada didalam hotel, lebih tepatnya di kamarku. Aku kedinginan karena tak lama setelah aku ikut bermain ternyata badai datang menerjang kami saat itu mereka malah balapan lari menuju ke hotel, mau tak mau aku juga harus ikut namun karena jarak ke hotel lumayan jauh dan aku sudah kelelahan aku memutuskan untuk beristirahat sebentar akan tetapi badai kemudian mengarah kepadaku dan aku malah terkubur didalam salju.

"Erina, kau itu benar benar payah ya. Untuk pertama kalinya aku melihat ada orang yang terkubur dalam salju seperti itu. Sungguh lucu" Alice terlihat menahan tawanya, dia sungguh senang sekali jika mengejekku.

"Alice-sama, sudahlah jangan kau ejek Erina-sama terus" Hisako menyerahkan segelas minuman buatannya untukku, terlihat sekali dari wajahnya kalau dia juga kesal dengan ucapan Alice

"Kau memang membosankan Hisako" Alice menggembungkan pipinya dan berdecak pinggang.

"Jaa.....kalau begitu aku ke tempat ujian dulu" Alice berjalan keluar dari kamarku, kurasa dia sedang kesal karena ada yang membelaku. Sungguh aneh sepupuku ini. Tak lama kepergiannya dewan elite izin kepadaku untuk keluar dari kamarku dan ikut pergi ke tempat ujian, aku mengangukan kepalaku mengizinkan mereka lagipula keadaanku sudah membaik karena minuman dari Hisako.

"Ingat kita hanya mengawasi ya, jangan ikut campur tentang penjuriannya" teriakku saat mereka beranjak keluar yang dijawab anggukan.

"Hisako, kau tak ikut mereka?"
" He? Saya masih khawatir dengan Erina-sama jadi biarkan saya merawat anda"
"Aku sudah tidak apa-apa, kau ikutlah mereka"
"Tapi..."

"Hisako"
"I-iya"

"Terima kasih minumannya, rasanya enak" Ucapku dengan senyuman tulus untuknya. Dia hanya membalas anggukan yang disertai senyum kemudian dia berlari keluar dari kamarku dengan bahagia. Dengan melihat sahabatku yang seperti itu aku juga merasa sangat senang.
Namun masalahnya sekarang adalah....

"Yukihira-kun, kenapa kau disini?"
Kenapa aku sekarang berada dalam kondisi seperti ini???

"Kau juga pergilah" Aku tersenyum masam kepadanya dalam hati aku berharap ia cepat pergi dari sini, aku sudah tidak tahan dengan tekanan udara di sini.
"Tidak"
"He? " Kenapa dia seperti ini? Kumohon Yukihira

"Aku tidak mau pergi, lagipula jika aku pergi tak ada yang menjamin kau akan beristirahatkan?" Dia berdiri di hadapanku, dan tiba-tiba dia mengangkatku seperti mengangkat anak hewan kemudian mendudukkanku di kasur.

"Jika aku pergi kau pasti akan kembali mengerjakan tugas tugasmu kan?" Are, kenapa dia bisa tau rencanaku?

"Karena kau adalah orang yang seperti itu" Dia tersenyum ke arahku, dan membaringkan menyelimutiku.
"Aku tak akan meninggalkanmu sampai kau tidur" Dia duduk diatas ranjangku, aku tak ingin dia melihat ekspresi wajahku maka dari itu aku membalikkan tubuhku membelakanginya.

"Te-tenang saja, aku tak akan melakukannya kok, jadi kau bisa pergi sekarang" 
"Tidak, ini adalah perintah elite 1, kau tak bisa membantahnya" Cih...dia memakai jabatannya untuk mencamku ya? Kalau begitu maka...

"Tapi aku adalah kepala sekolah totsuki, sekarang kau yang tak bisa membantahku" aku diam diam tersenyum karena merasa aku sudah bisa mengalahkannya.

"Bukankah itu saat kau kelas 3? kau sekarang hanyalah dewan elite ke 2, Jadi sekarang kau berada di bawahku. "
"Ha sou, aku memang kepala sekolah yang buruk sampai sampai meminta kakek untuk mengurusinya kembali, bahkan aku tak bisa mengalahkanmu dalam shokugeki itu. Aku tau kok aku pay-"

"DAMARE !!!(DIAM!!!)"

Pertama kalinya dia membentakku, seharusnya tidak begini tidak dengan hatiku yang merasa sesak ini. Tunggu kenapa kau nakiri, kenapa kau menangis?

"Bisakah kau menuruti permintaanku kali ini saja?" Ku dengar suaranya menjadi berat.

"Aku hanya ingin kau baik baik saja tau, hanya itu" ku beranikan diri untuk menatapnya, dia menundukkan kepalanya kemungkinan dia tidak ingin aku melihat ekspresi wajahnya tapi terlihat jelas sekali dari samping bahwa dia sangat sedih mungkin dia sedang teringat dengan sahabatnya dan tak ingin aku berakhir seperti sahabatnya yang meninggal karena terlalu bekerja keras. Hal itu membuat hatiku serasa lebih sesak lagi aku membalikkan tubuhku seperti semula dan memberikan waktu untuknya tenang.

"Gomen (maaf)"

Kimi wa Watashi no Daisuki (Kau Adalah Orang yang Kucintai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang