6 ~ Just Hope You were Okay

1.3K 128 12
                                    

🎶

***

"Aku takut banget, Gee," isak Arsyila seraya terisak hebat di bahu Ghifari.

Ghifari merenggangkan pelukannya, lalu menangkup wajah Arsyila dengan kedua tangannya. Maka, ditataplah Arsyila dengan tatapan teduhnya---tatapan mata hazelnya yang lebih indah daripada semua rasi bintang yang ada di galaksi bimasakti ini. Sorot matanya pun sayu, saat memandang mata milik Arsyila yang ternyata lebih mendung dari langit sore ini. Karena baginya, Arsyila adalah pusat semestanya---yang akan memengaruhinya, menjadi kebutuhan wajibnya dan menjadi pusat perhatiannya. Selalu.

Bukankah bumi akan selalu membutuhkan matahari selama garis Tuhan menghendaki?

Ghifari masih menatapnya lamat-lamat dan penuh kecemasan. Ia mengusap air mata yang membasahi pipi Arsyila, lalu ia melihat bulir-bulir liquid kesedihan yang masih mengalir deras dari pelupuk mata indahnya. Lagi dan lagi. Air mata itu berguguran bebas dan melenyapkan rona bahagia yang biasanya terpancar di wajah cantik gadis bermata cokelat itu. Dan, ini adalah kali pertama Ghifari melihat Arsyila menangis. Alhasil, ia kelimpungan sendiri karena tidak tahu harus berbuat apa agar tangisannya reda.

Ghifari menyeka air mata yang baru saja menetes dari ujung mata Arsyila. "Jangan menangis lagi, Arsyila. Aku paling tidak suka melihatmu berderaian air mata seperti ini... aku nggak suka, sungguh. Tenanglah, aku ada aku di sini, Arsyila. Kamu nggak sendirian... kamu nggak sendirian," tuturnya lembut.

Tidak lama setelah Ghifari berusaha mati-matian untuk menenangkan Arsyila, akhirnya tangisnya pun reda. Kini, hati pria bermata hazel itu jadi terasa lega. Ia pun mengajak Arsyila untuk meninggalkan ruang gelap yang paling Arsyila takuti itu. Beruntungnya, Arsyila mengiyakannya walau dengan satu anggukan saja.

"Arsyi," panggil Ghifari sambil menghalangi jalan Arsyila.

Alhasil, Arsyila pun menghentikan langkahnya dan menatap sahabatnya itu. "Iya," jawabnya singkat, padat dan jelas. Entah mengapa, mood-nya tiba-tiba saja jadi buruk sejak kejadian tadi. Wajahnya pun ditekuk dan kelihatan tidak seceria biasanya.

"Siapa yang ngunciin kamu, ya? Jahat banget kayak Nebula Medusa! Awas aja, ish! Kalau aku tahu siapa pelakunya, aku akan melemparkannya ke blackhole sampai dia hilang!" gerutu Ghifari dengan raut wajah murkanya yang begitu kentara.

"Kamu berlebihan, Gee. Udah, ya, aku gapapa, kok."

Berlebihan memang bukanlah tipeku, Arsyila. Tapi, untuk kamu gapapa, deh. Begitulah kata hati Ghifari.

"Pokoknya awas aja! Aku akan memberi dia peringatan, bahkan membuatnya lari terbirit-birit seperti saat Tom sedang mengejar Jerry," kata Ghifari sambil bersungut-sungut. "Bahkan, aku akan membuatnya gepeng seperti Tom yang tak sengaja menabrak pintu," sambungnya.

"Ahahaha." Arsyila tertawa lepas ketika melihat ekspresi Ghifari saat sedang kesal yang ternyata begitu... menggelikan dan lucu. Garis-garis kesedihan pun mulai tersamarkan di wajahnya dan tergantikan oleh pahatan senyuman indah di bibir ranumnya.

"Kok ketawa, sih, Arsyi? Aku beneran serius! Aku akan membuatnya lenyap dari semesta ini, camkan itu!"
"Abisnya ekspresi kamu lucu, Gee. Kayak si tokoh beruang yang lagi marah besar karena kelakuan Marsha di film 'Marsha and The Bear'. Hahaha."

Ghifari mencebik kesal sambil mendelikkan mata hazelnya dan bersidekap. "Ish! Lama-lama, kamu nyebelin banget, ya, kayak si Bernard Bear yang suka bikin huru-hara dan ngejengkelinnya tingkat dewa."

"Ih, Gee! Nggak-nggak-nggak!"
"Yeee! Satu sama! Peace," kata Ghifari sambil membentuk huruf 'V' dengan dua jarinya. "Kabuuur!" pekiknya. Sebelum berlari kencang ia sempat mengacak-acak rambut Arsyila terlebih dahulu dan itu membuatnya semakin merasa kesal pada pria berkaca mata Harry Potter itu.

Luka dalam Rindu #KyFaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang