18 ~ Dia, Dilanku

743 90 28
                                    

🎶 Fiersa Besari : Waktu yang Salah

🌸🌸🌸

Arsyila tidak pernah sedikit pun berniat untuk melukai hati Ghifari, tapi ia hanya tidak mengerti dengan perasaannya sendiri karena sebelumnya ia belum pernah jatuh cinta. Dan untuk kali pertama, ia jatuhkan hatinya pada Panji Megantara.

"Kak Panji!" pekik Arsyila saat melihat siapa yang ada di balik jendela kamarnya, malam itu.
"Hai, Princess. Kamu lagi ngapain?"
"Ish! Kirain siapa yang malam-malam begini ketok-ketok jendela," dumal Arsyila usai membuka jendela. "Aku lagi belajar tau, Kak."
"Sambil mikirin aku, kan?" Panji menunjukkan deretan gigi putihnya.

Arsyila membisu. Ia menunduk untuk menyembunyikan semburat kemerahan di pipinya.

"Kok malah diem? Nggak kangen?" Panji menggenggam tangan Arsyila lembut. Hati gadis itu pun menghangat kembali karena kehadiran seseorang yang sangat ia rindukan.

"Kangen kok, Kak."
Panji mengusap puncak kepala Arsyila lembut sembari menatapnya lamat-lamat. "Keluar yuk, Princess."
"Mau ke mana, Kak?"
"Cuma ke kafe, Kok."

Setelah pamit pada Rani dan Sultan untuk keluar sebentar, Arsyila mengenakan jaket tebalnya untuk menghalau udara dingin, lalu dengan naik motor ninja Panji menuju ke kafe. Sesampainya di sana, keduanya saling menggamitkan jari-jemari dan duduk di dekat kaca jendela besar.

"Tempat yang spesifik dan romantis, kan?" tanya Panji tiba-tiba.
"Iya, Kak, di sini juga nyaman," jawab Arsyila.
"Princess, kamu udah punya rencana nggak mau kuliah di mana?"
"Udah, Kak. Aku pengennya sih di Malang aja, biar bisa sering ke rumah yang di kampung. Tapi, nggak tau, deh. Manusia cuma bisa berencana aja, kan?"
"Kamu mau ngambil jurusan apa? Kedokteran?" tanya Panji.

Entah mengapa, Arsyila merasa bahwa perbincangan kali ini terkesan lebih berbeda dan ... serius.

"Iya, Kak, kedokteran," jawab Arsyila antusias. Lalu, dengan begitu ekspresifnya gadis itu juga mengatakan bahwa ia sangat ingin mengenakan jas putih beserta perlengkapan dokter lainnya. Panji menyimaknya dengan baik. Sampai-sampai keduanya telah menghabiskan secangkir cokelat hangat yang tadi dipesan.

🌸🌸🌸

Ini adalah hari kesekian yang Arsyila lalui tanpa ada kabar dari Panji. Dia tahu, kekasihnya itu sedang disibukkan dengan ujian-ujian sekolah dan pemadatan pelajaran untuk Ujian Nasional berbasis komputer. Dia sangat paham walaupun rindu yang mengusik hatinya sungguh tak terelakkan.

Rasa rindu itu sulit 'tuk diatur, sama seperti perasaan yang tidak pernah terduga akan jatuh hati pada siapa. Begitulah. Semua yang berkaitan dengan perasaan memang rumit.

Lain halnya dengan Matematika yang memang terkesan sulit bagi sebagian orang, namun kan sudah ada rumus untuk memecahkannya.

"Hei! Di sini juga?" tegur Ghifari yang tiba-tiba masuk ke Lab. Komputer.
"Duh, Gee, untung kamu ke sini," kata Arsyila sambil mengalihkan fokusnya dari monitor yang membuatnya suntuk.
"Kenapa gitu?" Ghifari tak paham.

"Ini, aku nggak ngerti Photoshop. Aku udah searching tutorial untuk buat cover buku di youtube, tapi susah."
"Tenang, serahin ke aku aja, oke?" Usai itu, Ghifari menarik kursi di sebelahku, lalu duduk dan mulai mengamati layar monitor.

"Oh, ini kamu bisa."
"Aku baru masukin basic cover-nya doang, Gee, belum effect dan nambahin teksnya."
"Oke, ini judul bukunya apa?" tanya Ghifari seraya memegang mouse.
"Invisible."
"Lho, emangnya ini buku genre apa?"
"Horror, Gee." Arsyila tertawa renyah.

Selanjutnya, Ghifari mengetik di keyboard sesuai judul yang telah Arsyila sebutkan tadi, dan di bawah judul utamanya diberi keterangan lagi.

Luka dalam Rindu #KyFaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang