6

5.2K 662 149
                                    

Sesampai ia digerbang asrama, Jungkook memegang pundak Jimin dan yang disentuhpun menoleh.

"Apa lagi?! "

"Apa sebaiknya kita memakai lift saja..emm maksudku agar kita cepat sampai disekolah? "

What?!?!  Lift?? Jimin menepuk keningnya keras, Ya Tuhan kenapa sitampan ini begitu polos mendekati bodoh

Tarik napas, hembuskan.

"Jeon Jungkook? " Jimin memaksakan senyumannya, ia harus sabar..  Ya sabar seperti mengajari bocah berumur 5 tahun.

"Ne, Jimin- nah? Saranku bagus bukan?" Percaya diri sekali Bangsawan Jeon ini.

"Apakah aku harus terjun kejurang agar kesalku hilang?! Ya ampun..  Jungkook, lift itu memang membantu kita agar kita cepat sampai pada lantai yang kita tuju tanpa harus bersusah payah menaiki tangga.. Dan lift itu hanya terdapat didalam sebuah bangunan bukan diluar bangunan, mungkin yang kau maksud tadi adalah kendaraan, benarkan? "

"K-kendaraan? Kendaraan itu, kotak besar berjalan dengan mata iblis?  Yak!  Aku takkan sudi untuk naik kotak berjalan dengan mata iblis itu.. Aku tak mau disamakan orang aneh yang mengeluarkan sumpah serapah dalam kotak bermata iblis--" Jimin menautkan alisnya, ia tidak mengerti apa yang Jungkook bicarakan saat ini. Kotak besar berjalan dengan mata iblis??  Heoll..

"--Sudah lebih baik kita jalan kaki seperti apa yang kau sarankan dari awal," Jungkook melenggang pergi begitu saja meninggalkan Jimin, Jimin mengikuti Jungkook dari belakang. Tapi tunggu, seperti ada yang salah. Jimin pun menghentikan langkah kakinya lalu berpikir sejenak, apa yang salah. Sedangkan Jungkook sudah berjalan lumayan jauh dari jaraknya.

"YAK!! JEON JUNGKOOK KENAPA KAU JALAN DULUAN EOH?  KAU TAU JALAN UNTUK KESEKOLAH HAH?! " Jimin berteriak, ya yang tadi salah adalah Si Bangsawan hutan itu harusnya bukan jalan duluan tapi dirinya lah yang serharusnya memimpin jalan.

Yang dipanggilpun hanya celingak-celinguk (?) lalu mencari simungil yang tadinnya ada dibelakang tubuhnya. Saat berbalik tak ada namja mungilnya, tapi simungil ada diujung sana.

Jungkook pun berteriak. "KENAPA KAU MASIH DISANA?  KAU TAK INGIN KESEKOLAH? "

Jimin berlari menyusul Jungkook, sesampai dirinya dihadapan Jungkook, Jimin langsung saja menyentil kening Jungkook yang ditutupi rambut hitamnya.

"Yak kenapa kau menyakiti calon mu eoh? Kita belum resmi tapi sudah ada kekerasan seperti ini" Jungkook mengusap keningnya, sebenarnya ia tak merasakan sakit .

"Calon?!  Dalam mimpimu Bangsawan hutan! Sudahlah... Kenapa kau tadi jalan duluan hah?  Memang kau tau dimana arah jalan kesekolah? " tanya Jimin.

"Tak sulit untuk menemukan jalan untuk kesekolah, yang sulit adalah menemukan jalan untuk kehatimu manis"

Wink..

Jimin menghela napas, kenapa disaat seperti ini masih sempatnya Jungkook menggombal. "Jungkook?  Apa kau cacingan? Matamu itu selalu mengerling--" Jimin bicara sambil menunjuk mata Jungkook.

"--Gajja.. Kita kesekolah, aku lelah meladenimu Kook"

Jungkook masih ditempat, ia memegang sebelah matanya. Cacingan?  Memang memberikan wink itu termasuk penyakit cacingan?? Batin Jungkook.

.

.

.

Sesampai mereka disekolah, banyak yang memandang mereka kagum. Namja seme kagum dengan kecantikan dan kemolekan Jimin. Namja uke kagum dengan ketampanan dan kegagahan Jungkook.

Buku Jeon (KookMin)  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang