18 [end]

2.4K 200 16
                                    

" Jungkook- ahh.."

Jungkook merendahkan tubuhnya dengan salah satu lutut menyentuh lantai. Hyuna begitu mengenaskan, tak ada kata terkuat untuknya saat ini.

" Jungkook- ahh.. " Panggil Hyuna ulang.

" Hemm.." Sang Bangsawan hanya berdehem.

Tangan kanan Jungkook terangkat untuk memegang pipi Hyuna. Wajahnya tak ada kesan cantik lagi, sebagian wajah hancur dan rapuh seperti retakan kulit telur yang rapuh. " Jungkook-ahh.. Naneun neomu saranghae."

Jungkook tak bereaksi, tak mengiya-kan atau pun menolaknya. Ia  hanya mengusap pelan wajah rapuh Hyuna, usapan halus Jungkook membuat sebagian retakan pipi Hyuna berjatuhan.

Hyuna tersenyum sedih. Diakhir-akhir kehidupan Hyuna, cintanya masih tak terbalaskan. " Apa kau masih tak percaya?"

Sang Bangsawan tetap tak memberi jawaban, " Baiklah, akan ku buktikan__"  Dengan sisa tenaga yang masih tersisa, Hyuna merobek dadanya dengan kuku-kukunya yang panjang; diambillah jantung Hyuna. Lalu diberikanlah jantung Hyuna yang masih berdetak kepada Jungkook.

Jungkook memberhentikan usapan pada wajah Hyuna dan beralih menerima jantung yang diberikan Hyuna. Dilihatlah jantung Hyuna yang masih berdetak kencang, lalu manik Sang Bangsawan menatap Hyuna.

" __Kau lihat. Jantungku selalu berdetak hanya untuk mu, Jungkook-ahh"

" Arrayo noona, jadi kumohon berhentilah dan beristirahatlah dengan tenang, jebal"

Hyuna melihat ketulusan Jungkook. Sudah begitu lama ia tak merasakan ketulusan hati dari Sang Bangsawan. Maka dari itu Hyuna mengangguk sebagai respon yang terakhir kalinya. Beberapa detik kemudian tubuh Hyuna lenyap seperti abu yang tertiup angin, lenyap hingga tak tersisa apapun. Bahkan jantung yang berada digenggaman Jungkook pun ikut lenyap tertiup angin.

Setelah hilangnya Hyuna, kesadaran Sang Bangsawan kembali, Jimin. Ia tersadar bahwa Takdirnya tak berada diposisi seperti tadi.' Jimin eodiya' batin Jungkook

Hingga terbesit dipikiran Jungkook bahwa ibu-nya membawa Jimin ke tebing dekat pantai. Benar saja, sesampainya Jungkook didekat tebing. Ia melihat tubuh Jimin yang dikuasai cahaya ibu-nya berdiri dipinggir tebing. Tebing tersebut sangatlah tinggi, dan dibawah tebing dihiasi karang-karang besar nan tajam serta deburan ombak yang senantiasa menghantam kokohnya karang.

"Eomma, menjauhlah dari tebing. Eomma bisa membuat Jimin terjatuh."  Jungkook berjalan perlahan untuk mendekati Jimin. Jungkook takut bila Jungkook terlalu cepat mendekat, maka ibunya akan nekat menerjunkan tubuh Jimin.

Jimin merentangkan tangan dengan santai,tubuhnya sedang menikmati cahaya super moon. Lalu bayangan dari ibu Jungkook menuntun Jimin berbicara. " Ahh.. Nyamannya. uri adeul, kenapa kau tak mengubah Jimin menjadi bagian dari kita ?"

" Sirho yo !!" Tegas Jungkook.

Ibu Jungkook tersenyum lembut mendengar kata penolakan dari anaknya. Ini adalah yang pertama kalinya ibu Jungkook mendengar. "Waeyo ?" Singkat ibu Jungkook.

Jungkook mengepalkan jari-jarinya. Sangatlah erat dan mungkin akan meninggalkan bekas pada telapak tangan Sang bangsawan. " Itu sangat menyakitkan untuk Jimin, eomma. Bahkan membayangkan Jimin merasakan sakit demi menjadi bagian dari kita-pun diriku tak sanggup. Jadi kumohon eomma, jangan paksa diriku. A-aku tak sanggup,"

Jimin menurunkan rentangan tangannya, lalu perlahan menghadap Jungkook. " Jadi kau tak ingin bersamanya ?" Tanya ibu Jungkook.

Jungkook menundukkan pandangannya, ia tak berani menatap bayangan mata sang Ibu. " Aku sangat ingin bersamanya, sangat. Tapi diriku tak boleh egois, Jimin akan merasakan sakit yang luar biasa pada gigitan dilehernya. I-itu sangatlah mengerikan,eomma."

Buku Jeon (KookMin)  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang