4

5.3K 735 162
                                    

"Terserah kau, mau kau anggap aku bangsawan dari hutan atau laut sekalipun aku tak keberatan, asal itu dari mulut sexy mu itu. Oh yaa kenapa kau bisa ada didalam ponsel itu? Apa setengah jiwamu dikurung dalam benda yang bernama ponsel ini? "

Oh ya Tuhan apa lagi ini ,batin Jimin. Ia tak habis fikir dengan Jungkook, Jimin semakin yakin bahwa Jungkook adalah keluarga bangsawan dari hutan.

"Yaa dan panggillah pemuka agama agar setengah jiwaku keluar dari ponsel.. Astaga Jungkook, aku rasanya ingin mencekikmu saat ini juga-" Jimin menarik nafas sejenak "-Kau tau jiwaku tak kemana-mana, ini adalah foto ku.. Jangan bilang kau tak tahu apa itu foto?! "

"Foto?! Apa itu foto?" Jimin menjambak rambutnya sendiri, ia ingin sekali mendorong Jungkook dari balkon dan selesai, tapi ia ingat bahwa Jungkook adalah keponakan dari kepala sekolahnya. Jadi ia harus ekstra sabar untuk menghadapi bangsawan hutan ini.

Jimin menyalakan kembali ponselnya ,ia menggerakkan ponsel kehadapannya dan juga Jungkook.

Ckrekk..

"Ini yang dinamakan foto, lihat jiwamu tak kemana-mana kan? Dengan ponsel ini kau bisa menangkap momen indah sebagai kenangan contohnya adalah berfoto."

Sebenarnya Jimin belum melihat hasil dari fotonya tersebut karena langsung ditunjukkan ke Jungkook.

"Ohh.. Aku menunggu ngerti, tapi.... "

"Tapi apa?! " Jungkook mengarahkan layar ponsel Jimin yang ia genggam kearah Jimin.

"Kenapa fotoku tak ada matanya?! "

"Ap-- Bhahahhaha kau, kau lucu sekali Jungkook.. Sepertinya saat tadi kau belum siap sehingga.. Oh ya ampun, ini lucu sekali," Jimin tertawa hingga matanya berbentuk bulan sabit.

Jungkook diam, ia memperhatikan bagaimana Jimin tertawa dengan memukul lengan Jungkook. Menggemaskan apakah anak manusia saat tertawa menggemaskan seperti ini? Batin Jungkook.

"Bolehkah aku menyimpannya, aku akan sangat terhibur bila melihat foto anehmu ini, "

"Apapun itu, kau menyimpan cintaku juga boleh? " Jimin yang lelah karena habis tertawa tiba-tiba mendengar kata-kata Jungkook membuat ia tersedak liurnya sendiri, dan hei apa yang ia katakan tadi. Dasar gombal.

"Aku lelah, mungkin aku butuh beristirahat." Jimin berlalu pergi begitu saja.

Jungkook mengikuti Jimin, ya benar Jimin kearah kamarnya, Jungkook berhenti didepan pintu kamar Jimin tanpa berniat ingin mengetuknya.

Sekitar 45 menit Jungkook berdiri disana hingga ia memutuskan masuk kekamar Jimin tanpa mengetuk lebih dahulu.

Ia bisa melihat kamar Jimin, oh sepertinya ia mempunyai teman sekamar, kamar Jimin didominasi warna biru dan kuning,nyaman sekali.

Jungkook berjalan mendekati gundukan yang ada dikasur, Jimin tidur meringkuk. Jungkook duduk ditepi kasur menghadap Jimin, ia bisa melihat peluh yang begitu banyak dikeningnya. Saat Jungkook ingin mengusap peluh tersebut tiba-tiba Jimin mengubah posisi tidurnya lurus menghadap langit-langit.

Jimin bergumam tunggu dalam mimpinya, tangan Jungkook yang masih mengambang diudara pun melanjutkan niatnya untuk menghapus peluh yang terus mengalir disekitar kening dan juga pelipis Jimin.

"Kau bermimpi apa hmm? Keringatmu begitu banyak" tangan Jungkook berhenti dipipi mulus Jimin, mengusapnya lembut.

Jungkook memejamkan matanya, tangannya tetap pada pipi Jimin dan tidak berhenti mengelusnya. Jungkook berkonsentrasi karena ia ingin tahu apa yang ada didalam mimpi namja manis ini.

Buku Jeon (KookMin)  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang