16

3K 333 172
                                    

Bruk..

Jungkook diletakkan didalam peti, ia kembali disembunyikan digereja kecil tak terpakai didekat hutan. Gereja ini gereja yang sama saat Hyuna mengurungnya dulu.

Dengan tatapan geram Jungkook tak melepas tatapan itu dari gerak-gerik Hyuna yang menyeringai puas. "Ada kata-kata terakhir? "

"Lepaskan! " Nada suara Jungkook rendah tapi penuh penekanan.

"Ding-dong, Permintaan ditolak. Perlu kau ketahui sayang, semua ini ku lakukan demi cinta kita. Kau tak akan bisa lepas, bahkan takdirmu juga tak akan bisa melepasnya karena ini--" Hyuna memegang tanda salib yang mengikat simpul rantai. "--Hanya bisa dilepaskan oleh anak manusia. Dan hey TOLONG... TOLONG.. See tak ada yang bisa menolong bahkan bila kau berteriak sekalipun. Jungkook-ah, ini adalah akhir. Akan ku lenyampan takdirmu itu, apa ia sedang tertidur pulas diranjang mu? Wahh, bila ia terbangun dan BOM semua hanyalah api. Tunggulah kabar baik dari ku, dan kita akan menikah secepatnya. Sampai bertemu kembali, sayang. "

Hyuna melepas celana dalam merah berenda miliknya dengan mudah karena Hyuna mengenakan gaun ketat sepaha. Lalu celana dalam itu dipakaikan diatas kepala Jungkook, Jungkook tentu masih bisa melihat karena celana dalam Hyuna berenda dan memiliki cela pada rajutan bunga. Jungkook tak berbicara sepatah katapun, bila ia mengucapkan kata maka secara otomatis bibir tipisnya akan bergerak dicelana dalam Hyuna. "Kau terlihat beribu kali tampan, Bangsawan Jeon. "

Brak..

Peti tersebut ditutup. Sepeninggalan Hyuna, suasana menjadi sunyi. Jungkook hanya bisa pasrah saat ini, namun pikirannya tak henti memikirkan sang pujaan. Bagaimana Jimin bisa melawan Hyuna saat ini.

.

.

.

"Wahh.. "

Jimin berjalan kearah jendela, ia membuka tirai jendela agar cahaya masuk kedalam.

"Aku tak menemukan saklarnya." matanya melihat sekeliling ruangan. Terdapat lukisan besar yang terpasang apik didinding. "Ini seperti yeoja yang ada didalam mimpi, berarti ini Ibu.... Wahh daebak,"

Tangan mungilnya menutup mulut, apakah ini bisa dibilang lukisan keluarga. Mata indah Jimin terfokus pada Jungkook, ia berdiri gagah disamping Ibu-nya. Jari Jimin terulur memegang lukisan wajah Jungkook, "Eomeonim, gomawo sudah melahirkan Jungkook. Ia begitu tampan dan pintar. Uhh tak apakan, aku memanggil eomeoni?"

Jimin mundur beberapa langkah, lalu membungkuk memberi hormat. Anggap saja ia sedang memperkenalkan diri didepan kedua orang tua Jungkook. "Annyeonghaseyo naneun Jimin imida. Aku adalah kekasih Jeon Jungkook, aku berjanji akan menjadi kekuatan cinta untuk seorang Jungkook. Seperti eomeoni dan aboji. " Jimin tersenyum hingga menimbulkan bulan sabit pada matanya.

"Bolehkah aku berkeliling? "

Krik.. Krik..

"Ku anggap itu iya. kkk~"

Jimin tak henti-hentinya berdecak kagum, perpustakaan rahasia ini sangat mengagumkan. Tangan Jimin menyentuh setiap benda yang ia lewati, langkahnya terhenti disebuah lemari kaca. Didalam lemari kaca tersebut terdapat buku tebal bewarna merah dengan kayu yang melilit seluruh buku dan membentuk sebuah ukiran yang rumit.

"ige mwoya? Emm.. Chogiyo,bolehkah aku membuka lemari kaca ini ? Entah mengapa buku yang berada didalam lemari kaca, begitu mengalihkanku."

Well Jimin anggap itu boleh.

Krekk..

Lemari kaca terbuka, Jimin tak henti-hentinya memuja keindahan buku tersebut. Warna merahnya terus bersinar.

Buku Jeon (KookMin)  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang