FURQON POV
Aku terduduk lemas di sudut kamarku.
Air mata sudah sejak tadi membasahi wajahku. Sejak detik pertama aku membuka kunci pintu kosanku.
Aku meringkukan tubuhku sambil memeluk erat kedua lututku yang ku tekuk ke atas.
Ucapan dokter tadi masih terngiang dengan sangat jelas di kedua telingaku.
"Maafkan kami, saudara Furqon. Namun, tumor di otakmu sudah sangat besar dan berada tepat di antara otak besar dan otak kecilmu.
Kami sudah tidak bisa lagi melakukan operasi. Apalagi, dari hasil MRI kami bisa melihat bahwa tumormu ada yang terletak di batang otakmu. Jika kami melakukan operasi, nyawamu tetap tidak bisa kami selamatkan.
Sesuai pengamatan saya, usiamu paling lama hanya enam bulan lagi. Atau mungkin, bisa lebih cepat dari itu.
Saya hanya bisa memberi saran. Lebih baik kau tinggal di Hospice mulai sekarang. Setidaknya, kau bisa menjalani sisa hidupmu dengan lebih tenang dan nyaman."
Mengapa?
MENGAPA?
Mengapa ini... Harus menimpaku?
Empat tahun yang lalu ayahku meninggal karena tumor otak.
Setahun yang lalu, ibuku meninggal karena kelelahan bekerja demi membiayai kuliahku dan Firzy, adikku.
Lalu...
Mengapa sekarang...
Harus aku yang juga didiagnosa terkena tumor otak seperti ayah?
KENAPA HARUS AKU?
KENAPA?
Lalu...
Apa itu Hospice? Aku bahkan baru kali ini mendengarnya!
Aku terus terisak di dalam tangisku.
Setelah tangisku mereda, aku membuka internet di ponselku dan mencari tahu apa itu Hospice.
Dan tulisan itu terpampang di layar ponselku.
Hospice adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana pengobatan terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi (dokter sudah angkat tangan). Perawatan ini bertujuan meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari pasien, berlandaskan pada aspek bio-psiko-spiritual.
Tujuan Hospice adalah untuk tiga hal.
Pertama, meringankan pasien dari penderitaannya, baik fisik (misalnya rasa nyeri, mual, muntah, dll), maupun psikis (sedih, marah, khawatir, dll) yang berhubungan dengan penyakitnya.
Kedua, memberikan dukungan moril, spiritual maupun pelatihan praktis dalam hal perawatan pasien bagi keluarga pasien dan perawat.
Ketiga, memberikan dukungan moril bagi keluarga pasien selama masa duka cita.
Aku kembali merasa lemas.
Jika dokter sudah menyuruhku ke Hospice, itu artinya... Penyakitku memang sudah tidak bisa lagi disembuhkan.
Intinya... Aku hanya tinggal menunggu...
Kapan ajal akan menjemputku...
.
.
.
PERKENALAN TOKOH
.
YOU ARE READING
Cinta Terakhir Di Yogyakarta
Dla nastolatkówYogyakarta Hospice, tempat dimana cinta terakhir berkembang diantara Drady, Rara, Furqon, dan Yasmin, ketika ajal dalam perjalanannya menjemput nyawa keempat remaja itu.