Chapter 5 : First Conversation

26 1 0
                                    

DRADY POV - JULI 2017

Aku terbangun.

Tubuhku terasa agak ringan. Mungkin efek obat anti nyeri itu.

Aku mengambil posisi duduk. Dari jendela kamar, dapat ku lihat dengan jelas, di luar sana masih sangat gelap. Matahari belum menampakkan wujudnya.

Aku menatap jam di dinding.

Pukul 02.13 AM.

Jam dua dini hari?

Kini pandanganku tertuju kepada sosok Furqon yang tengah tertidur lelap di atas kasurnya yang berseberangan dengan kasurku.

Hmmmm... Ia bahkan terlihat sangat normal ketika tertidur seperti itu.

Apakah aku.. Juga terlihat normal ketika tertidur tadi?

Aku berjalan turun dari kasurku dan melangkah mendekat ke arah jendela.

Aku menatap kegelapan di luar sana.

Gelap. Pekat. Persis seperti masa depanku yang gelap dan sudah tidak ada harapan lagi.

Tiba-tiba saja aku teringat keluargaku.

Ayah.. Ibu... Apa yang sedang mereka lakukan sekarang?

Mereka bahkan tidak tahu anak mereka satu-satunya ini akan segera menghilang dari dunia.

Haruskah.. Aku memberitahu mereka?

Tidak! Tidak bisa...

Aku... Belum siap.. Atau mungkin bahkan tidak akan pernah siap... Melihat mereka menangis tersedu-sedu melihat kondisiku yang seperti ini.

Aku terdiam sejenak sambil menikmati kegelapan malam di luar sana.

Sebenarnya, sejak kapan aku menyukai kegelapan di malam hari?

Biasanya, aku bahkan menyalakan lampu kamarku karena tidak bisa tertidur jika kamarku gelap!

Mungkin.. Sejak aku sadar.. Bahwa hidupku di dunia ini tidak akan lama lagi.

Sejak saat itulah, aku tiba-tiba menyukai kegelapan. Menyukai kesendirian.

Karena aku tahu... Bahwa di liang kuburku nanti.. Di dalam sana... Hanya ada kegelapan dan kesendirian.

Seolah... Aku sedang mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan dunia di liang kubur nanti.

Hufttttt...

Sesekali.. Ah, tidak! Seringkali tepatnya..

Aku bertanya kepada takdir. Mengapa takdir sangat kejam terhadapku?

Masih ada sangat banyak hal yang ingin kulakukan ke depannya!

Namun... Kini semua sirna.

Tak ada lagi masa depan seperti yang selalu kubayangkan sejak kecil.

Tak ada lagi impian yang harus ku raih. Tak ada lagi harapan untuk menggapai cita-cita yang selama ini menjadi semangat hidupku...

Air mata mulai menetes, membasahi wajahku.

Kali ini, aku membiarkan air mata itu membasahi wajahku.

Sesekali, aku diijinkan untuk menangis, ya kan?

.

.

.

RARA POV - JULI 2017

Aku terbangun jam 4 dini hari.

Yasmin masih terlelap di atas kasurnya, jadi aku memilih untuk duduk tenang di atas kasurku sambil memainkan ponselku.

Cinta Terakhir Di YogyakartaWhere stories live. Discover now