AUTHOR POV - JULI 2017
Hari itu adalah hari pertama, dimana keempat remaja itu pertama kali menginjakkan kaki mereka di Yogyakarta Hospice.
Furqon, diantarkan oleh adiknya yang bernama Firzy.
Rara, yang diantarkan oleh ibu, ayah, dan kedua adiknya, Rosa dan Inka.
Mereka berdua yang awalnya datang dan meregistrasikan diri mereka di Yogyakarta Hospice.
Furqon dan Rara sama-sama terduduk di kursi tunggu dekat meja pendaftaran, sementara Firzy dan orang tua Rara tengah duduk di meja pendaftaran.
Rosa dan Inka duduk di sebelah kanan dan kiri Rara, menggenggam kedua tangan kakak kesayangan mereka itu.
Air mata sudah sejak tadi membasahi wajah ketiga wanita cantik itu.
"Tenang saja, Mbak Rara... Aku dan Mbak Rosa janji bakalan sering berkunjung kesini..." sahut Inka sambil berusaha menghentikan isak tangisnya agar bisa menyemangati kakaknya itu.
Rara menganggukan pelan kepalanya. "Mbak Rara akan selalu menyambut kedatangan kalian.."
"Mbak Rara... Kenapa harus Mbak Rara sih? Kenapa bukan aku aja yang mengidap tumor otak ini?" sahut Rosa sambil terus terisak dalam tangisnya.
Furqon terkejut mendengar ucapan Rosa yang duduk tak jauh dari tempatnya duduk.
"Tumor otak? Sepertiku?" gumam Furqon.
Furqon menoleh ke arah ketiga wanita itu.
"Bagi mbak, lebih baik mbak yang sakit daripada mbak harus melihatmu sakit, Rosa sayang.." sahut Rara sambil mengusap pelan rambut Rosa, air mata masih membasahi wajah cantiknya itu.
"Ah... Wanita berambut hitam itu kah yang terkena tumor otak sepertiku? Sampai harus tinggal disini juga?" gumam Furqon. Furqon pun terdiam sambil terus menatap Rara.
"Sayang sekali.. Wanita secantik itu harus mengakhiri usianya secepat ini..." gumam Furqon lagi.
Ketiga wanita itu terus menangis di tempat duduk, sementara Firzy yang sudah selesai mendaftarkan kakaknya itu segera menghampiri Furqon yang tengah menatap ketiga wanita itu.
"Pendaftaranmu udah selesai, Kak.. Kita tinggal tunggu perawat datang menjemput kakak dan membawa kita ke kamarmu.." sahut Firzy.
Seperti ketiga wanita itu, wajah Firzy juga sudah dibasahi air mata sejak kakinya menginjak lantai gedung Yogyakarta Hospice tadi.
Furqon menoleh ke arah Firzy yang kini duduk di sebelah kanannya. "Udah, Zy.. Udah... Kamu kan udah janji... Kamu ga akan nangis selama nemenin kakak disini."
Firzy segera menghapus air matanya. "Iya, Kak..."
"Kalau kamu nangis terus, kamu ga akan kakak ijinin jenguk kakak selama kakak ada disini, ngerti?" sahut Furqon, berusaha tetap terlihat tegar di hadapan adik kesayangannya itu.
Sementara tangis Rara, Rosa, dan Inka semakin terdengar dengan keras.
Firzy menoleh ke arah tiga wanita itu.
"Mereka kenapa, Kak?" tanya Firzy pelan.
"Kayaknya yang duduk di tengah itu juga menderita tumor otak juga seperti kakak." bisik Furqon.
"Kok kakak tahu?" bisik Firzy.
"Tadi kakak dengar salah satu dari mereka ngebahas tentang hal itu..." bisik Furqon.
Dan ketika Furqon dan Firzy tengah menatap ke arah ketiga wanita itu, Inka tidak sengaja menatap ke arah mereka berdua.
Tatapan mata mereka beradu.
YOU ARE READING
Cinta Terakhir Di Yogyakarta
Genç KurguYogyakarta Hospice, tempat dimana cinta terakhir berkembang diantara Drady, Rara, Furqon, dan Yasmin, ketika ajal dalam perjalanannya menjemput nyawa keempat remaja itu.