K

9.5K 1.5K 331
                                    

Makasih banget buat kalian semua yang menunggu lanjutan kisah dari Abang Iqbal.

***

Jangan terlalu membenci seseorang karena bisa jadi suatu saat nanti orang yang kamu benci itu adalah orang yang kamu cinta. Iqbal telah membuktikannya. Dulu, ia sangat tidak suka dengan Valen. Ia bilang Valen gendut, pendek, chubby dan sama sekali bukan tipenya. Namun, sekarang Valen adalah orang yang Iqbal ingin miliki.

Percaya atau tidak, karma itu nyata. Dan Iqbal sudah merasakannya.

Setelah keluar dari airport, Valen dan Iqbal menumpangi taksi yang akan membawa pulang ke tempat masing-masing.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang memulai obrolan, Iqbal ingin keluar dari zona canggung ini, kalau Valen diam bukan berarti Iqbal juga harus diam.

"Bu...,"

Valen yang sedang menatap jalanan langsung menoleh ke arah Iqbal dan bergumam sebagai jawaban. Sesaat kemudian Valen menyibukkan diri dengan ponsel di genggamannya.

"Bu, kalau saya ajak Ibu ke Jakarta lagi mau gak?"

"Untuk?" tanya Valen tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Untuk naik ke pelaminan bersama saya."

Valen terdiam, ia tahu dibalik jokes receh yang ia lontarkan tersimpan makna yang dalam. Valen mengangkat wajahnya lalu menatap Iqbal. "Gak akan ada pernikahan di antara kita!"

"Ibu pasti becanda 'kan? Ibu kalau mau stand up comedy kayaknya gagal deh," Iqbal tertawa hambar mencoba meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia dengar hanyalah angin lalu tak berarti.

"Saya serius, Bal. Mungkin saya masih memiliki sedikit rasa tapi bukan berarti saya ingin menghabiskan sisa hidup saya bersama kamu."

Ternyata perjuangannya berakhir sia-sia, penantiannya tak berakhir di pelaminan, hati Iqbal tertohok mendengar pernyataan Valen, haruskah Iqbal berhenti atau tetap berjuang? Tetapi berjuang sendiri itu berat dan tidak mudah.

Brakkk!

Seketika Taksi yang mereka tumpangi oleng dan terjadi tabrakan, sakit hati Iqbal hilang tergantikan oleh sakit badannya yang remuk tak berarti.

***

Angkot yang ditumpangi oleh Rara rem mendadak mengakibatkan penumpang hampir jatuh dari tempat duduknya. "Di depan kayaknya tabrakan jadinya macet," ujar supir angkot.

Beberapa penumpang turun dari angkot termasuk Rara karena ia kepo dengan insiden tersebut, mereka masuk dalam kerumunan mencari tahu penyebab kecelakaan tersebut.

"Mbak, ada apa?" tanya Rara setelah berhasil masuk ke kerumunan.

"Terjadi tabrakan truk dan taksi."

Polisi juga sudah datang untuk mengamankan TKP. Rara memandangi taksi yang sudah berasap, ia kaget saat beberapa orang mengeluarkan supir dan penumpang taksi dari taksi tersebut, mata Rara hampir keluar karena sangat mengenali siapa penumpang taksi itu, mereka Iqbal dan Valen.

"Bawa aja ke mobil saya," ucap salah seorang pria yang tiba-tiba masuk dalam kerumunan.

Rara langsung maju. "Saya ikut, saya kenal dengan mereka."

Pria itu mengangguk dan Rara masuk ke dalam mobil itu duduk di jok penumpang samping pengemudi, sedangkan Valen dan Iqbal diletakkan ke jok penumpang belakang. Sementara supir taksi tadi sudah ditangani oleh warga yang lain.

Rara menyeka air matanya, ia berbisik kepada dirinya sendiri. "Tuhan, cukup Papa dan Kak Arka yang kau ambil dengan cepat. Jangan Kak Iqbal dan Kak Valen lagi. Aku sayang mereka."

Hello Future (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang