Yeay part X. Bentar lagi ending
Tinggal Y dan Z
Jangan lupa vote dan comment
Happy reading
***
"Yaelah, pakai acara dibegal segala sih lo, jadi ninggalin gue kan."
"Gue pergi bentar, ntar kalau udah pulih juga balik."
Pascanya, setelah seminggu dirawat di rumah sakit. Iqbal diperbolehkan pulang oleh dokter dan orangtuanya langsung mengajak Iqbal untuk pulang ke Jakarta demi memulihkan keadaannya.
"Kami pamit ya, Naufal."
"Iya, Tante. Hati-hati."
Setelah itu Iqbal, Alana dan Gavril naik taksi yang akan membawa mereka ke Bandara.
Di balik kaca taksi, Iqbal memperhatikan jalanan Yogyakarta, ia pasti akan merindukan semua ini. Semua kenangan indah dan pahit bercampur menjadi satu. Kota ini lah yang mempertemukan kembali Iqbal dengan Valen, juga yang mengajarkan Iqbal arti perjuangan dan kesabaran.
Iqbal menghembuskan napas pelan mencoba mengusir rasa sesak setiap kali mengingat seseorang yang ia cintai.
Waktu terus berjalan ke depan dan bayangan masa lalu tetap mengikuti langkahnya, ia tahu apa yang ia lakukan di masa lalu memang buruk, mempermainkan perasaan seseorang bukanlah hal yang terpuji. Tapi saat Iqbal telah menyesal dan ingin memperbaikinya mengapa Valen sangat sulit menerimanya?
Haruskah aku berhenti berjuang?
Alana memperhatikan wajah Iqbal yang begitu gelisah, seperti sedang banyak pikiran. "Mama tahu apa yang sedang kamu pikirkan."
Iqbal menoleh menatap Alana, setelah itu Alana melanjutkan ucapannya. "Kalau suatu saat nanti kamu memang berjodoh dengan Valen, Tuhan akan mempertemukan kalian. Kamu jangan terlalu khawatir, nikmati hidupmu, ikuti arusnya seperti air yang mengalir."
Gavril yang duduk di jok depan samping pengemudi, ikut menyahut, "benar kata Mama kamu, kalau jodoh tak akan kemana, anggap saja ini ujian hidup yang membuat kamu semakin dewasa. Kamu bebasa memilih, ingin berhenti atau berjuang."
Alana menepuk pundak Iqbal pelan. "Jangan terlalu dipikirkan, fokus sama skripsi kamu, lalu cari kerja. Setelah kamu mapan maka akan mengundang cinta yang berkelas."
Gimana cara cari cinta yang lain sementara hatiku masih stuck sama Valen?
"Tapi Mama juga gak menyalahkan Valen sepenuhnya, wajar kalau dia takut tersakiti lagi."
"Tapi Iqbal gak akan sakiti dia lagi."
"Dia hanya butuh waktu untuk meyakinkan hatinya."
"Mama gak minta kamu berjuang lagi, cukup ikuti skenario Tuhan."
Iqbal mengangguk, ia beruntung mempunyai Ibu sebaik Alana yang selalu menjadi tempat curhat terbaik untuk anak-anaknya.
***
Valen masih di atas kasur duduk bersila sambil menatap lurus ke depan, mata sembab dan kantung mata yang terlihat jelas, bahkan sejak pagi ia belum makan ataupun mandi padahal ini sudah sore. Ini lebih sakit daripada sakit hatinya dulu.
Trauma masa lalu yang membuat Valen takut kembali kepada Iqbal, ia takut pria itu kembali menyakitinya, menancapkan pisau ke ulu hati, meski sakitnya sudah hilang tapi bekasnya masih nampak. Dulu, Valen pernah diterbangkan setinggi langit lalu dihempaskan ke bumi begitu saja, hingga membuat dirinya enggan menjalin hubungan dengan pria manapun.
Namun, sekarang Valen sudah yakin bahwa hatinya memang tercipta untuk Iqbal dan di saat keyakinan itu ada justru Iqbal lah yang mengabaikannya.
"Maaf, Bal. Maaf," lirihnya pelan yang hanya bisa didengar oleh telinganya sendiri.
Valen hanya ingin mendekap Iqbal erat dan menumpahkan segala rasa yang terpendam, menyalurkan cinta yang bersemayam di hati.
"Jika aku boleh meminta, aku hanya ingin kita kembali bersama."
"Aku sayang kamu."
Tangannya terulur membuka laci meja yang ada di samping ranjangnya, kemudian ia meraih sebuah album usang yang tak terawat. Di dalam album ini menyimpan banyak foto pada saat SMA dulu. Tentu saja ada beberapa foto dirinya dengan Iqbal.
Valen menatap foto ini seraya tersenyum tipis, di pegangnya wajah Iqbal yang masih SMP kala itu, wajah polos yang sudah berhasil membuat Valen jatuh cinta. "Aku sayang kamu."
Seketika air mata Valen kembali jatuh dari pelupuk matanya, kerinduannya terhadap Iqbal semakin mendalam. "Kamu mengajarkan aku arti jatuh cinta sekaligus sakit yang bersamaan, kamu berhasil mengacak-acak hatiku."
Kamu sudah berjuang selama ini, biarkan aku sekarang yang berjuang. Aku akan menunggu sampai kamu memaafkan aku, sampai Tuhan menyatukan kita lagi.
***
"Abanggggggggg." Alen langsung berlari menghampiri Iqbal saat mereka baru menginjakkan kaki di ruang tamu.
"Abang gendong," rengek Alen.
"Alen, Abangnya lagi sakit jangan minta gendong dulu."
"Abang bisa sakit juga?"
"Jagoan kok!" ucapnya bangga.
"Kamu istirahat dulu, Bal," ujar Alana, setelah itu Iqbal naik ke lantai dua. Di mana kamarnya berada.
Rasanya Iqbal sangat rindu dengan rumah ini. Terutama kamarnya. Sejauh apapun kita melangkah pergi, pasti akan merindukan tanah kelahiran.
Iqbal membuka pintu kamarnya, masih sama dan bersih, sepertinya Alana rajin membersihkan kamar ini. Ia mengganti kemejanya dengan kaos oblong dan celana jeansnya dengan boxer. Memang seperti itu pakaiannya ketika di rumah.
Mandinya besok aja deh, hitung-hitung hemar air untuk masa depan.
Baru saja Iqbal ingin merebahkan dirinya di atas kasur tiba-tiba muncul Zea yang langsung berhambur ke pelukan Iqbal dan membuat adiknya itu meringis. "Aduhhh, sakit perut gue, Kak."
Zea langsung menjauh. "Hehe maaf."
"Kok bisa sih lo dibagal, Bal. Makanya jangan keluyuran malam-malam!"
Iqbal malas menanggapi ucapan kakaknya, ia rebahan di kasur sambil memainkan ponselnya.
Zea duduk di samping Iqbal. "Hubungan lo sama Valen gimana?"
"B aja."
"Lo ada masalah sama dia?"
Iqbal mengendikkan bahunya.
"Lo kalau galau rese ya."
"Sana keluar, mending bikin adek buat Azka dan Razka."
"8 bulan lagi juga dia lahiran."
"Astaga, itu Bapak-bapak tokcer mulu."
"Iya lah, suamiable yang perkasa."
"Yain."
Ternyata sakitnya cinta bisa buat orang bawel jadi pendiam ya.
Tak lama kemudian muncul pesan whatsapp dari Valen.
Bal, i'm sorry. Aku akan tetap menunggu sampai kamu maafin aku dan kita sama-sama lagi, love you
Tanpa disadari sudut bibir Iqbal sedikit terangkat tapi ia lebih memilih mengabaikan pesan itu dan memejamkan matanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Future (Telah Terbit)
RomantizmSebagian part diprivate, mari follow dulu sebelum baca. Terima kasih. *** Kehilangan membuatmu sadar ia amat berarti. Seperti yang dialami oleh Iqbal, seorang laki-laki yang pernah mempermainkan cinta di masa lalu hingga dirinya ditinggalkan. Ketika...