Dhelima Sheireya.
Gadis yang tengah sibuk dengan setumpuk berkas berserakan disekitarnya ini sama sekali tak menghiraukan siapapun yang ada disekelilingnya.
Taman kampus yang begitu indah ini adalah salah satu pusat tempat yang selalu ramai dikunjungi oleh penghuni gedung menjulang tinggi beraksen putih.
Tak ada satupun yang dapat menghentikan aktivitas gadis dengan mata almond ini hanya sekedar mengalihkan pandangannya.
Seorang laki-laki dengan senandung lembut tak jauh darinya pun tak segan mengganggu pendengarannya.
Gadis itu tetap merunduk dengan surai hitam bergelombangnya yang menutupi sebagian wajahnya
"Emma" suara barithon menggema tanpa ruang dengan derap langkah yang berakhir duduk bersila didepannya.
Emma!
Gadis yang sedari tadi sibuk dengan dunianya ini pun mendongak dengan sesekali membenarkan letak kacamatanya dan merekahkan senyum simpul untuk menanggapi lawan bicaranya, tak lama berselang Emma menjatuhkan pandangannya kembali pada salah satu berkas yang tengah asyik berada dipangkuannya.
Dari sudut matanya, emma menangkap pergerakan laki-laki yang selalu nyaman bersenandung tak jauh darinya itu mulai bergerak menjauh entah kemana.
@rheyadhelima
Bersama dedaunan dan angin, aku menikmati senandungmu sebagai penjagaan. Menjaga hatiku yang tengah terduduk diam dibalik garis Rindu. #Rheya👟
"Emma, gua duluan ya" seru salah satu dari kawan sekelasnya yang mulai satu persatu beranjak dari kelas yang menghilang dibalik pintu.
Selepas membersihkan semua peralatan belajarnya, Emma mengemban dua buku dengan tebal melebihi kamus tiga bahasa.
Berjalan menunduk dengan tetap berhati-hati agar tak menabrak apapun didepannya, langkah Emma terhenti didepan ruangan dengan pintu kaca otomatis kaca dengan tulusan 'Perpustakaan'.
Setelah menyelesaikan beberapa persyaratan untuk memasuki raungan di lantai dua ini, Emma berhenti pada sebaris rak-rak dengan deretan buku-buku tebal dengan genre novel fiksi.
Emma menjatuhkan pandangannya dan tersenyum kala mendapati sebuah buku dengan tebal lebih dari 500 halaman itu tengah bertengger manis dua kali jauh diatas kepalanya.
Emma melompat, berjinjit, dan dengan keras mencoba untuk sekedar menggapai buku yang ia inginkan itu.
Dua menit lelah dengan usahanya emma mencoba untuk berhenti dan mengatur napasnya sembari membenarkan letak kacamatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mimpiku
RomanceSetiap manusia memang memiliki mimpi, hak dan kewajiban dalam mimpi tersebutpun sama. Semua manusia juga miliki ekspektasi yang ia damba, dalam sebuah bingkai indah dalam wujud nyata. Seperti cerita dalam sebuah buku, seperti itulah aku menuangkan s...