“Assalamu’allaikum”
aku dengan santai melangkah memasuki rumah kecil berlantai satu lengakap dengan penghuni dan segala keperluan empat orang yang ada di dalamnya.“wa’allaukumsalam, baru pulang mbak? Masuk dulu gih mandi”
ucap wanita paruh baya yang notaband nya adalah bundaku tercinta.Aku melangkah tanpa ragu kedalam rumah dan menghirup aroma rumah yang mulai aku kagumi setiap aku merindukan tanah kelahiranku ketika aku jauh berada di perantauan.
Aku mematung beberapa detik sebelum ku raih knop pintu bercat coklat tua dengan gantungan
‘#NQ’
ya! Ini adalah kamar kesayanganku.Setelah bergegas aku membersihkan diri tak lupa dengan polesan tipis yang mempercantik wajahku itu mungkin perlu walau aku hanya ada dirumah.
‘Tok Tok Tok’
Aku terjingkat sesaat kala sadar ketukan itu membuyarkan pikiran indahku yang aku sendiripun tak mengerti, apa yang sebenernya tengah aku pikirkan.
“mbak, motornya masukin nak, di luar sudah mulai gerimis”
teriak bunda di balik pintu kamarku.“iya bundaa”
segera ku percepat kegiatan yang tengah aku lakukan dan segera bergegas memenuhi perintah bunda.Sesampai di depan halaman rumah.
Aku mulai menuntun motor matic putih pemberian orang tua ku ini masuk untuk sekedar berteduh di teras rumah.
Hanya ada bale kecil yang sekira cukup untuk tiga orang duduk bersama dengan porsi tubuh sedang, dan seorang yang mungkin tengah tidur disana berbantal lengan kursi.
Tunggu!
Setelah kuparkir rapih motor ku.
Aku kembali menegaskan penglihatanku yang sekilas dan penuh teka – teki.
Ada seorang laki - laki dewasa berkaus abu muda dengan lengan tiga perempat berwarna hitam, celana berbahan berat berwarna hitam dan ada beberapa saku yang setidaknya dapat aku lihat.
Jam tangan hitam anti air berwarna hitam juga.
Aku mulai naik pada wajah sang lelaki yang tertutup rambut, lebih tepatnya rambut hitam yang tidak begitu tebal.
Dia berkaca mata.
Apa?
Kaca mata?
Pikiranku langsung terputar mencari siapa sosok yang mungkin aku kenal.
Tepat!
Beberapa detik kemudian ada seorang yang memegang punggunku dari belakang.
Lagi – lagi bunda yang membuyarkan lamunanku dan sudah pasti aku sedikit terjingkat karena sentuhan bunda yang mendadak seperti itu.
“sudah satu jam dia tidur di situ dan ingin menunggumu”
terang bunda yang sukses membuatku dengan seketika mengerutkan kening tanda aku tak mengerti apa maksud bunda.“bangunkan saja, kasihan suruh pindah ke dalam saja”
kali ini bunda berlenggang pergi entah kemana menghilang dibalik punggungku untuk masuk ke dalam rumah.Aku dengan ragu mulai melangkah mendekati sosok lelaki yang membuat aku pusing beberapa menit yang lalu sampai saat ini.
Takut takut ini bukan seseorang yang aku pikirkan, jadi aku mulai memanggilnya.
“permisi”
tak ada respon dari nya.“permisi”
ku naikkan volume suaraku namun nihil masih tak ada respon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mimpiku
RomantizmSetiap manusia memang memiliki mimpi, hak dan kewajiban dalam mimpi tersebutpun sama. Semua manusia juga miliki ekspektasi yang ia damba, dalam sebuah bingkai indah dalam wujud nyata. Seperti cerita dalam sebuah buku, seperti itulah aku menuangkan s...