"Ayla, aku sama Melati kesana dulu ya"
Seorang gadis dengan surai pirang yang tergulung keatas berteriak riang, berlari dalam genggaman gadis dengan surai merah bata yang juga tergulung ke atas.
"Iya Mawar" jawabku dengan anggukan ringan pada dua kawanku yang serupa namun tak sama.
Aku duduk di sebuah papan kayu tua dibawah pohon cemara.
Masih asyik dengan sapaan halus dari telapak kaki yang menyentuh putihnya pasir pantai.
Angin mulai berhembus ringan, seolah menggiring pandangku menuju objek terindah yang tak pernah terduga.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
"Tuhan, apakah benar waktu berhenti saat ini?" semuanya beku.
Semakin membisu.
Apakah aku tenggelam?
Dia bergerak.
Objek itu?
Tunggu!
Itu bukannya....
Angin membawaku pada semuah cahaya, tak menyilaukan memang.
Namun, tak juga menjadi siluet yang tergantikan.
"Ayla, hey.. Kemarilah" gadis dengan surai selurus jalan tol yang menjuntai indah itu mengayunkan tangan kanannya memanggilku.
Aku menyimpul penuh dengan teka, "mengapa ada dia? Mengapa dia bersama nya? Ada apa dia dengan nya?" aku tetap diam dengan pandang kosong untuk mengutuhkan bayangan.
Pandanganku mulai utuh dan mengerahkan kekuatan untuk kembali menjadi nyata.
Semuanya menguar indah kala langkahku mulai menapaki bebatuan karang di bibir pantai.
Objek ku berdiri.
Tak memandang sama sekali, apa ini di kutup utara?
Atau....
"Ayla, senang bisa bertemu dengan mu" gadis bersurai lurus tanpa tikungan ini memeluk ku sekali.
Mempertemukan pipi kanan dan pipi kiri ku bergantian dengan bertolak pipi kiri dan pipi kanan nya.
Aku tersimpul kembali kala jemari ku refleks menunjuk objek yang tak pernah lepas dari sudut mataku.
Surai hitamnya bergerak alami dari tiupan angin laut.
Sorot hitamnya mengunci dunia.
Garis bibirnya yang selalu kunantikan simpul manis melebihi gula.
Air muka yang tak pernah dapat ku baca.
Kemeja abu muda lengan pendek yang beradu dengan celana jeans biru tua dan alas kaki hitam sederhana.
Mungkin memang biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mimpiku
RomanceSetiap manusia memang memiliki mimpi, hak dan kewajiban dalam mimpi tersebutpun sama. Semua manusia juga miliki ekspektasi yang ia damba, dalam sebuah bingkai indah dalam wujud nyata. Seperti cerita dalam sebuah buku, seperti itulah aku menuangkan s...