Bab 2 : Dibalik Senyum Sempurna Pangeran

30 4 2
                                    

Sama seperti sebuah roda yang berputar,hidup seseorang akan terus bergerak dan berubah ubha arahnya.Layaknya sebuah aliran air sungai yang mengalir dengan pelan dan perlahan menuju samudra.Manusia akan kembali ke dalam tanah dimana tempat mereka berasal.

Hal itu adalah sesuatu yang sangat manusiawi dan lumrah dialami semua manusia.Tidak peduli manusia itu berbakat ataupun tidak.

Sayangnya hal itu tak dapat dirasakan oleh laki laki itu.Dia yang sejak dari lahir tidak pernah merasakan yang namnya kegagalan,kesusahaan,dan ketidakmampuan dalam segala hal.Ia lah yang pantas dijuluki 'Manusia Sempurna'.

Namun,meskipun ia dikatakan yang paling sempurna,yang paling berbakat.Laki laki itu sama sekali tidak pernah senang ataupun bahagia sama sekali.Justru sebaliknya,ia merasa hampa.

Terlahir dengan kekayaan berlimpah dan semua bakat serta kecerdasan jauh diatas rata rata,membuat ia sangat disanjung.Kesehariannya adalah menerima banyak pujian dari banyak orang,entah sejak kapan ia mulai merasakan kehampaan ini.Entah kapan ia mulai berhenti menghargai prestasi yang dihasilkannya dan penghargaan yang ia dapat.Mulai kapan ia membenci ketidak adilan ini,mengapa harus dirinya yang terlahir dengan sempurna.Baginya kesempurnaan ini adalah sumber kesengsaraan hidupnya.

Raphael,itu adalah nama yang diberikan oleh orang tuanya,nama itu mengandung makna seorang malaikat yang menyembuhkan dan menghilangkan rasa sakit para manusia.Salah satu nama 10 malaikat pertama yang diciptakan Tuhan.

Menyembuhkan?Apakah dengan melukai dirinya sendiri dan memberikan kebahagiaan kepada orang lain adalah menyembuhkan?

Menghilangkan rasa sakit?Dengan menanggung semua derita dan rasa sakit ini demi memenuhi semua tuntutan dan harapan semua orang,apakah hal itu akan berpengaruh menghilangkan rasa sakit orang lain?

Seekor burung yang terlalu terbang tinggi dari kelompoknya maka suatu saat ia akan terbang sendirian dan menemukan bahwa kehampaan abadi itu ada.

Bila hidup ini bisa di ulang dari awal,Raphael ingin mengulang hidupnya,ia berharap agar terlahir di sebuah keluarga yang sederhana,tanpa bakat bakat yang berlimpah.Agar ia dapat merasakan apa itu kerja keras,bagaimana rasanya berada di pihak yang tidak diuntungkan.Meskipun hanya sekali,ia ingin merasakan semua hal tersebut,dalam bentuk apapun.

"Kesempurnaan,itu artinya kau mencapai sebuah kehampaan abadi."

Raphael sangat merasakan kesempurnaan itu.Ia sangat mengerti bagaimana menyakitkannya sosok sempurna,sebuah makhluk yang tak dapat berkembang dan mengalami kemajuan.

...........

"Oi,raph!"

Mendengar namanya dipanggil pria yang sedang menikmati angin segar terbangun dari lamunannya.Dengan cara yang elegan ia membenarkan posisinya dan menatap orang yang memanggik dengan pandangan tajam.

"Ada apa,rit?Kau selalu saja mengganggu tidur siangku."Balas pria itu dengan kesal,karena satu satunya hal yang bisa menenangkan dirinya dari kenyataan yang kejam ini diganggu oleh seseorang,apalagi yang mengganggunya selalu laki laki itu.

"PR sejarah dunia lihat.Ane baru inget ada PR."

"Hah?Lakukan sendiri,aku juga belum selesai."

"Hei,ente jangan terlalu sering bohong sama sahabat....Nggak mungkin orang terpintar di kelas ini belum ngerjain PR sejarah dunia."Ucap laki laki itu dengan nada merayu.

"Dan kau tahu kenyataan,namun aku tetap menolak memberi tahumu,seharusnya kau tahu maksudnya bukan?"

"Yahh.....Sekali ini saja.Ane mohon pak guruuu...Sekali ini saja."Mohon laki laki itu dengan sangat.

Raphael sudah terbiasa dengan sifat temannya,tidak sahabat sejak kecilnya yang satu ini.Dia adalah orang yang egois,pemalas,dan selalu menjadi parasit dalam hidupnya.Tetapi,di dalam dirinya dia memiliki berbagai potensi yang tak terhingga.Namun,dia sama sekali tidak ingin mengembangkannya ataupun menunjukkannya

Dalam ingatan Raphael,ia hanya sekali melihat sahabatnya menggunakan segala kemampuannya,saat mereka one on one basket,karena sorakan teman temannya yang ingin melihat siapa yang terbaik di kelas.Hasilnya tentu saja Raphael yang menang,tapi ada satu momen yang membuat Raphael merinding ketakutan,itu adalah disaat mereka berdua memperebutkan poin terakhir kemenangan.Saat itu aura dari sahabatnya sangat berbeda,rasanya seperti melawan seekor monster yang mengamuk.

Mulai sejak itu,Raphael mengakui pria ini.Mungkin saja bila dia ingin serius,Raphael suatu saat akan kalah darinya.Kekalahan yang Raphael tunggu tunggu.

"Bukankah kau sudah bilang hal itu dua hari yang lalu?"

"Kali ini ane janji adalah yang terakhir kalinya!"

Menyerah dengan sikap keras kepala sahabatnya,Raphael memberikan buku PR sejarah dunia miliknya.

"Thank you,Raph!Pulang sekolah ane traktir ramen!"

"Normalnya kau cukup hanya dengan mentraktirku sebuah jus kaleng."

"Biasa ane adalah orang yang sangat dermawan."

Raphaela tersenyum kecut terhadap bualan sahabatnya.

Aahh....Sejak kapan aku mulai memberikan senyum kosong ini kepada orang orang?




GREED's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang