3

222 27 0
                                    

Terdengar suara mesin motor menjauh. Nia pun terbangun. Setengah tak sadar dia mencari penunjuk waktu.

Astaga! Pukul 20.10, lima puluh menit lagi ayah, ibu dan kakak-kakak Nia yang ada di toko akan pulang dan Rama masih menikmati tidur nyenyaknya di sofa empuk itu.

Nia pun melihat beberapa lembar kertas bertumpuk di depannya. Tumpukan teratas berukuran paling kecil terdapat tulisan.

Tinggal dirapikan. Aku serahkan padamu.

Nia mengecek tumpukan kertas itu. Semua soal telah terisi oleh jawaban. Rupa-rupanya Mono tadi mengerjakan semua soal sendirian saat Nia masih terlelap dan pulang tanpa berpamitan.

Pasti suara motor yang membangunkannya tadi adalah Mono. Nia pun lekas bangkit dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka agar matanya dapat melek sepenuhnya.

Pukul 20.15 Rama masih sama kecuali bagian mengeloni bantal duduk. Nia merapikan kertas-kertas tugas di meja. Di tengah-tengah pekerjaannya Nia terhenti dan perhatiannya tertuju pada sesosok laki-laki yang bertubuh pendek dan kurus yang setengah mendengkur itu.

Cowok ini. Cowok menyebalkan ini yang selalu menyebutku pemimpi. Cowok ini satu-satunya orang yang tidak setuju aku mengejar cita-citaku. Cowok yang seenaknya sendiri, ceplas-ceplos dan nylekit.

Namun, kebodohan dan kekonyolannya selalu dapat membuat orang-orang di sekitarnya terhibur, tertawa dan melupakan sejenak pahitnya kehidupan. Kata-katanya yang mak jleb selalu membuat beberapa orang tersadar seperti apa mereka walau mulanya membuat sakit hati, marah dan jengkel.

Serta ejekannya padaku yang membuatku harus terus berusaha menggapai cita-citaku dan membantah apa yang dikatakannya. Oke Rama, aku akan membuktikan kalau kata-katamu itu salah. Aku akan membuktikan kalau aku bisa masuk ke Kedokteran UDM. Eh.

Kalau dilihat begini Rama ganteng juga ya, padahal kalau udah ngomong langsung bikin sakit hati. Aduh, ngomong apa sih? Ingat Nia, dia kan yang suka underestimate kamu. Mumpung lagi nggak sadar dan posenya cukup lucu, aku foto ah.

Nia pun mengambil handphone-nya di meja dan membuka kamera kemudian mengarahkannya ke Rama yang sedang PW. Jeprettt. Terdengar suara kamera.

Oh, tidak. Nia lupa mematikan suaranya. Rama merasa terusik dan kesadarannya kembali. Cepat-cepat Nia menyimpan handphone di saku roknya dan kembali membereskan meja. Rama pun sepenuhnya terbangun.

"Selamat pagi, Pangeran. Anda tidur nyenyak sepertinya," ejek Nia.

"Eh, jam berapa sekarang?" Rama gelagapan mencari handphone-nya.

"Astaga! Setengah sembilan? Kamu nggak bangunin aku?"

"Habis kamu tidurnya kayak kebo, sih. Jadi daripada nanti kamu marah kalau aku bangunin mending aku tunggu kamu bangun," jelas Nia sembari berjalan ke kamarnya membawa tugas-tugas dan peralatan sekolah.

"Sana cuci muka! Bentar lagi keluargaku pulang lho," suruh Nia.

Tepat jam 20.30 Rama berpamitan pulang. Belum ada satu menit kakak Nia datang dari arah yang sama dengan cowok itu pergi, disusul ayah dan ibu.

Tbc

Bukan MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang