Keesokan harinya sepulang sekolah Nia berjalan mendekati gerbang. Banyak anak yang keluar gerbang sekolah untuk jajan, menunggu jemputan atau sekadar berbincang dengan yang lainnya. Terlihat Rama dan Mono yang tengah asyik mengobrol lalu keduanya menoleh ke Nia sesampainya dia di gerbang. Mono pamit duluan dan mulai pergi dengan mengayuh sepedanya.
"Kamu dijemput?" tanya Rama memulai percakapan.
Nia menggeleng, "Aku pakai motor sendiri."
"Kenapa nggak dibawa sekalian? Kamu mau nanti pulangnya jalan? Aku nggak mau nganter kamu balik ke sini lagi ya," Rama mulai menyulut.
Nia hanya bisa menghembuskan napas. Berbalik menuju parkiran dan kembali dengan motor dan helm. Tanpa basa-basi Rama dengan gesit naik ke belakang dan memerintahnya dengan nada mengesalkan agar lekas berangkat. Setiap salah belok Nia selalu dimarahi dan membuatnya merasa bodoh. Tentu saja dia tidak tinggal diam untuk membalas dengan rem mendadak dan gas secara tiba-tiba. Si korban pembalasan malah terdengar girang, menurutnya ini benar-benar memacu adrenalin.
Sesampainya dirumah Rama–yang seharusnya lima menit malah menjadi tiga kali lipatnya–, Mono telah menunggu di teras.
"Kunci motornya dan bawa masuk helm-mu!" suruh Rama ketika turun dari motor, yang disuruh hanya menurut dan diam.
Mereka berdua memasuki teras. Rama masuk rumah dan Nia duduk di samping Mono yang tengah menggambar sketsa untuk maketnya. Terdengar sedikit keributan di dalam. Mono melirik Nia, seolah berkata 'sudah biasa'. Tak lama kemudian seorang ibu-ibu berumur sekitar lima puluhan pun keluar. Nia yang langsung menyadari kalau itu ibu Rama langsung berdiri mengucap salam dan menjabat tangannya.
"Tumben banget lho Rama bawa cewek ke rumah selain Nuri. Biasanya cowok semua. Tadi ibu sempat khawatir kalau Mono datangnya sendirian, katanya nanti Rama nyusul sama temannya. Eh, ternyata cewek. Siapa namanya?"
"Nia, Bu."
"Oh, Nia juga mau ngerjain prakarya?"
Nia mengangguk dan tersenyum, "Iya Bu."
"Kalau begitu tunggu dulu, Ramanya baru ganti baju. Ibu tinggal ke belakang ya.'"
"Monggo Bu, silahkan."
Ibu Rama masuk dan berteriak, "Rama! Ini teman-temannya dikasih minum. Dari tadi Mono juga belum disuguhin."
Tidak ada balasan.
Lagi. Seorang bapak-bapak paruh baya juga sama. Menemui Nia, berkenalan dan berbasa-basi tanya ini itu. Saat Nia akan bertanya, Mono langsung menjelaskan kalau bapak Rama adalah seorang penjual saham yang kerjanya memang hanya di rumah tapi bukan berarti pengangguran sedangkan ibunya memang seorang ibu rumah tangga.
Sejenak Nia berpikir betapa beruntungnya ketika Rama pulang langsung disambut oleh dua orang yang paling disayanginya sedangkan Nia ketika sampai rumah hanyalah ikan-ikan di aquarium yang senantiasa menyapanya berenang kesana kemari. Keluarganya semua berjaga di toko dan Nia hanya sendirian di rumah.
Tak lama kemudian Rama keluar dengan membawa minuman dan kudapan yang masih hangat. Mereka bertiga kemudian berdiskusi membahas maket.
Selang lima belas menit berlalu Mono sudah menyelesaikan desain maketnya dan dua manusia itu masih belum menemukan gambaran, maket apa yang hendak dibuat. Lagi-lagi perdebatan konyol dimana keduanya tak ada yang mau mengalah.
Rama yang ingin membuat maket sebagus mungkin dan Nia yang teguh pemikiran untuk membuat yang sederhana saja agar mudah menggambar modelnya. Akhirnya Mono yang memberikan saran untuk menggambar model setelah maketnya jadi dan mengusulkan untuk membeli bahan-bahan terlebih dahulu. Mulanya Nia kurang begitu setuju tapi mengingat perdebatannya dengan Rama yang tak mungkin menemukan akhir, dia pun harus mengalah.
"Kalian berdua saja yang pergi. Aku jaga pos," pinta Mono sembari menyerahkan selembar uang.
"Aku hanya butuh stik eskrim saja, lemnya nanti buat barengan aja," tambahnya.
Nia patuh-patuh saja daripada harus mendengar celoteh yang menyesakkan dadanya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Milikku
Подростковая литератураNia. Seorang cewek yang duduk di bangku kelas tiga SMA yang tidak sampai tiga bulan lagi dia dan teman-temannya akan menempuh ujian nasional. Seperti anak-anak yang lain, di tahun terakhirnya belajar di SMA Nia juga mempunyai impian,Cita-cita dan Tu...