Part 7 : Salahkah Jika Dirimu Wanita Pertama yang Kucinta?

37 8 0
                                    

Dengan wujud vampirnya luis bertambah kuat, nampak tubuhnya tak goyah walau telah di cekik oleh hendra. Tangan kanannya meraih pergelangan Hendra, menggenggamnya kemudian berusaha melepaskannya.

Setelah lepas luis nampak tetap berada di ketinggian yang sama, dia melayang ringan di udara. Kemudian membungkukkan badanya, melesat ke atas seraya membalikkan badan.

Kini posisi luis berada di atas Hendra, dengan kepala menghadap kebawah. Kulihat kuku-kuku luis menjadi runcing, dan kemudian menyilangkan kedua tangannya.

Sedikit hempasan dari kakinya membuatnya meluncur turun, mengarahkan kuku-kuku itu tepat di atas kepala hendra.

Dengan sigap Hendra menghindari serangan itu, melompat mundur.

Tak elak gerakan Hendra membuat Luis menghantam tanah, tangannya tertancap masuk di tempat Hendra berpijak tadi.

Hendra, bergerak, mencoba meraih luis yang berada di depannya.

Ditariknya pundak lelaki pucat itu, Dengan sekali ayunan Hendra menghempaskannya ke tanah.

Kali ini luis benar-benar merasa kesakitan, tubuhnya tersungkur ke tanah. Bahkan aku melihat darah mulai keluar dari pelipisnya. Tak menghiraukan apa yang terjadi Hendra kembali menghantamkan tubuh Luis, berkali-kali.

"Hendra, udah hentikan." Pintaku, memohon Hendra menghentikan aksinya.

Hendra tak berhenti, matanya menyiratkan kebencian yang teramat sangat. Namun sekaligus sedih, sekilas aku melihat air mata menetes dari mata itu.

"Kalau kau cemburu bilang saja, cemburu... lalu ungkapkan perasaanmu itu padaku,"

"Celaka, aku keceplosan," Dengan segera kedua tanganku menutup bibirku.

Hendra terhenti. Luis tak menyia-nyiakan keadaan itu, tangannya bergerak ke lengan hendra.

Darah mengalir deras tatkala kuku luis tertancap tepat di lengan bawah Hendra. Meski begitu tanganya tak goyah, sepertinya cengkeraman itu makin erat tubuh luis diangkatnya menggunakan satu lengan yang terluka itu.

Hal yang benar-benar aku takutkan terjadi.

Hendra mengayunkan tubuh luis yang terluka dari atas tubuhnya kebawah. Beberapa kali terdengar tulang retak bersamaan dengan tubuh luis yang kini tergeletak lemas di tanah.

"Luis...!" teriakku.

Tanpa pikir panjang aku berlari ke arah mereka. Kuratapi luis yang tak bergerak. Tengkurap di atas tanah, tubuhnya pun kembali normal.

"Menyingkirlah Nis," Hendra berkata.

Plak...!

Aku tak kuasa menahan emosiku, tanganku bergerak sendiri menampar makhluk yang dua kali lebih besar dari tubuhku.

"Apa yang kau pikirkan?" Air mataku mulai menetes.

"Kau bisa saja membunuhnya,"

"Tapi bisa saja dia melukaimu," Hendra nampak panik.

"Lihat siapa sekarang yang benar-benar melukainya?" Aku benar-benar marah, kulihat wajah Hendra yang merasa amat bersalah.

Tubuhnya mulai mengecil, tangan kirinya meraih tangannya yang lain, menggenggam luka yang dibuat oleh Luis.

"Aku rasa aku terlambat,"

Bukan tuk manusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang