Part 1 Sebuah Keputusan

6.2K 247 6
                                    


saat ini sekolahku mulai memasuki masa-masa menjelang Ujian akhir nasional (UAN). Kebanyakan para siswa mulai sibuk belajar untuk mempersiapkan diri untuk 3 hari yang akan menentukan nasib kami. Pihak sekolah pun juga mulai sibuk menyiapkan program-program yang akan membatu siswanya dalam mempersiapkan UAN. ketakutan juga mulai terasa pada beberapa siswa mengingat pihak sekolah yang telah mengumumkan bahwa standar UAN yang telah naik dari tahun sebelumnya, apalagi ditambah dengan beredarnya gosip bahwa sistem pengawasan UAn ini cukup ketat, sehingga bertambahlah rasa deg-degan pada kebanyakan para siswa.

Akan tetapi ini tidak terjadi pada diriku. Bukannya bermaksud sombong, karena aku merasa bahwa sya cukup mampu dan siap untuk menghadapi UAN nanti. memang kadang-kadang terlintas perasaan takut dan cemas dipikiranku. Tapi, bukan rasa takut dan cemas akan UAN yang akan kuhadapi nantinya, akan tetapi rasa cemas dan takut apa yang akan kulakukan nanti jika sudah tamat SMA. melihat sikap orang tuaku yang cukup protektif aku cukup pesimis untuk diizinkan kuliah jauh-jauh. apalagi memang orang tuaku tidak pernah percaya aku bisa hidup mandiri tanpa mereka. ugh, tiap hari pikiranku terus berkecamuk dengan apa yang akan kulakukan nanti.

Namun berkat konsultasi dengan salah satu seniorku yang ckup akrab denganku namanya kak Andi, aku memutuskan akan kuliah di surabaya dengan mengambil jurusan teknik. Hal ini pun ku sampaikan kepada orang tua ku. Dan sudah kuduga, reaksi yang kudapatkan dari orang tua ku atas keinginanku ini sangat buruk.

Orang tuaku tidak setuju atas keinginanku untuk kuliah jauh dari tempat tinggalku, bahkan mereka sudah brencana menguliahkanku di universitas swasta di kota ku. Kontan saja aku menolak keputusan orang tuaku. Bukan karena apa-pa, aku sudah cukup gerah dengan lingkunganku sekarang, yang selalu dikerjain teman-teman sekolahku, dianggap aneh dengan teman-teman sebayaku di sekitar rumahku dan selalu dibanding-bandingkan dengan sepupuku yang lain, hal ini makin membuat saya semakin ngotot untuk mewujudkan keinginanku dan mebuktikan kepada semua orang bahwa saya bisa hdup mandiri. berbagai usaha pun saya lakukan untuk membujuk orang tua ku. singkat cerita akhirnya orang tuaku pun luluh juga dengan syarat pertama orang tuaku akan membiayai kuliahku hanya melalui jalur SPMB (sekarang namanya SNMPTN) dan kedua, kedokteran harus menjadi pilihan pertama di form SPMB ku.

Tanpa pikir panjang pun saya menyetujui kedua syarat tersebut. maka, begitu selesai UAN aku langsung berangkat menuju makassar untuk mengikuti bimbingan belajar persiapan SPMB, sekaligus mulai sedikit-sedikit belajar hidup mandiri. Di makassar, aku menumpang tinggal di kontrakan sepupuku yang kebetulan kuliah di kota ini.

Suatu hari ketika aku baru saja pulang membeli formulir pendaftaran spmb di salah satu PTN. Orang tuaku menelponku. Intinya, beliau mengingatkanku masalah pilihan pertama hrus jurusan kedokteran di kota ini, dan plihan kedua nya diserahkan padaku.

Ketika, akan mengisi formulir, aku berpikir bahwa semakin aku berada jauh dari kehidpanku sekarang mungkin akan terasa lebih baik. maka lagi-lagi aku tidak memperdulikan keinginan orang tuaku. pilihan universitas yang kupilih dua-duanya di surabaya dengan jurusan teknik.setelah selesai mengisi formulir, dengan langkah mantap aku kembali mengembalikan berkas formulir pendaftaran ke PTN tersebut. Dan saat hasil pengumuman SPMB keluar, akhirnya saya dinyatakan diterima di salah satu PTN surabaya dengan jurusan teknik sipil.

Segera ku kabari orang tuaku. mereka sempat kaget mendenganr berita yang ku sampaikan. Namun, akhirnya orang tuaku hanya mengatakan tetap akan membiayai kuliahku. Tak lupa kuhubngi kak andi tentang aku yang diterima di PTN yang sama dengannya. Kak andi sangat senang dan berjanji akan menjemputku ketika sampai disurabaya. Esoknya orang tua ku menyusul ke makassar untuk membawa barang-barangku serta tidak lupa memberikan pesan-pesan kepadaku. karena hari itu juga aku berangkat ke surabaya dengan melalui kapal laut.

Sesaat sebelum meninggalkan pelabuhan, aku sempat melihat ibuku meneteskan air mata. mungkin sangat berat keduanya untuk melepasku jauh dari pengawasan mereka, apalgi ditambah kondisiku yang agak sakit akibat kecapekan mempersiapkan SPMB kemarin. Namun, tekad ku sudah bulat untuk meninggalkan kota ini menuju surabaya, meninggalkan berbagai macam kenangan buruk selama sekolah dari SD sampai SMA menuju petualangan baru yang akan menentukan arah hidupku nantinya di surabaya.

Perjalanan melalui kapal laut menuju surabaya ditempuh selama 22 jam. Selama dikapal hatiku rasanya tak karuan. senang, takut dan cemas semuanya jadi satu, Senang karena akhirnya aku melakukan keinginanku, takut dan cemas karena aku tidak tahu apa nantinya yang akan kuhadapi di lingkungan baruku nanti.

Kemudian terdengar sebuah pengumuman, bahwa kurang lebih satu jam lagi akan segera sandar ke pelabuhan tanjung perak surabaya. segera ku sms kak andi untuk memberitau kedatanganku, karena kak andi sudah berjanji akan menjemputku. Akhirnya babak baru dalam hidupku akan segera dimulai....

-To be continued-

a HOPE ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang