10.10PM, KST.
Hoshi masih mematung di ambang pintu dengan sepasang mata yang dipaksa membelalak ketika melihat wanita yang sedang terbaring lemah di brankar UGD. Mesin pendeteksi detak jantung terus menyuarakan kehidupan wanita itu. Belalai peralatan medis berupa alat bantu nafas pun seperti melilit tubuh penuh luka yang kontan membuat Woozi tak henti menitikkan air mata sejak tadi.
Pemuda sipit itu mengerjap cepat beberapa kali. Lantas melirik Woozi diam-diam.
"Woozi-ya," panggil Hoshi pada pemuda mungil di sebelahnya. Hening. Tak ada sahutan dari pemilik nama. Hoshi memutuskan untuk menghampiri kekasihnya itu. Menyentuh pelan pundak mungilnya untuk kemudian terhuyung ke belakang lantaran Woozi menubrukkan dirinya.
Pemuda mungil itu memeluk erat seraya terisak. Sesekali mendesiskan kata 'eomma' di sela-sela isakannya.
Meski dalam kepala Hoshi ada banyak sekali pertanyaan, sebagian besar tentang wanita tersebut, tapi dia berusaha menahan diri dan tetap bersikap biasa saja. Termasuk mengusap pelan puncak kepala dan punggung Woozi untuk menenangkannya.
Sekian menit mereka lalui tanpa kata-kata.
Dokter dan perawat yang menangani wanita cantik itu pun selesai tak lama kemudian. Mereka menunduk sopan sebagai tanda pamitan pada Hoshi kemudian beranjak keluar ruangan.
"Hey, mereka telah selesai," kata Hoshi. Mengusap pelan bongkahan pipi Woozi yang kemerahan setelah menangis hebat tadi. "Tersenyumlah. Aku yakin itu akan lebih baik untuk eomma...." Hoshi susah payah menyebut kata terakhir dalam kalimatnya. Sehingga dia memperlambat penyebutan kata tersebut. Bahkan tanpa sadar menekan kuat-kuat ketika menyebutkanya
Seperti ada kerikil yang ikut tertelan ketika dia menelan sedan di kerongkongan.
"Jjinjja?" Woozi mengerjap lucu. Mendongak untuk menatap Hoshi yang lebih tinggi darinya. "Ah, arasseo. Aku tidak akan menangis lagi. Aku tidak ingin membuat eomma bersedih ketika melihatku nanti," imbuh Woozi setelah melihat anggukan disertai seulas senyum dari Hoshi. Kemudian pemuda mungil itu turut tersenyum ketika telapak lebar Hoshi menyeka sisa air matanya.
Sesuatu di dalam dada Hoshi berdenyut tak nyaman melihat ekpresi wajah Woozi saat menyebutkan kata eomma. Dia terlihat sudah terbiasa dengan panggilan itu. Hoshi berdeham pelan untuk mengusir segala kemungkinan dalam kepalanya.
Kemudian memaksa diri untuk mengembangkan senyum sebelum mereka melangkah pelan menghampiri brankar. Hoshi mengekor di belakang Woozi setelah mengambil dua kursi plastik di sudut ruangan, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Woozi. Mereka berdua pun duduk bersebelahan di samping brankar. Woozi langsung meraih sebelah tangan wanita yang sedang terbaring di depannya.
Menatap sendu, sambil sesekali masih tersedan. Sebelah tangannya yang lain menggenggam erat jemari Hoshi yang tampak seperti kehilangan separuh jiwanya---Woozi tidak memerhatikan perubahan pada kekasihnya itu.
[*]
08.10AM, Amerika.
Sementara di saat yang bersamaan, meski dengan perbedaan waktu signifikan, Tuan Lee baru saja menutup sambungan telepon dari Tuan Jeon, kepala pelayannya di Korea sana yang memberikan informasi tentang kondisi istrinya, kemudian mengembalikan fokus pada wanita paruh baya berkebangsaan Amerika di depannya. Menyatakan maaf melalui gesture dan memintanya untuk melanjutkan kembali pembahasan mereka mengenai rencana pernikahan yang akan digelar minggu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Trip to Love You
Fanfiction[FIN!] - [Soonhoon] - [BXB] An other story about Soonhoon in another characters. . Disclaimer: Seluruh karakter asli merupakan milik pribadi, keluarga, dan agensi masing-masing serta Tuhan YME semata. Sebagian dan atau seluruh kisah berikut ini adal...