09-Dilema

8 1 0
                                    


Kiara berlari kecil menuruni satu persatu anak tangga dirumahnya dengan raut wajah sedikit cemas, pasalnya jarak dari rumah menuju sekolah membutuhkan waktu sekitar 30 menit dan sekarang pukul 06.30 dan itu artinya dia akan telat sampai disekolah.

Kiara membuka pintu utama rumahnya dengan amat keras sehingga menimbulkan bunyi yang amat mengagetkan untuk siapa pun orang yang mendengarnya,dan itu termasuk mang jaja alias supir pribadi keluarganya,bahkan bukan hanya kaget bisa dibilang ia hampir jantungan dibuatnya.

"Ya Allah gusti...siapa yang buka pintu" ujar mang jaja sambil mengusap mulutnya yang berceceran kopi tumpahannya sendiri.

"Duh maaf,maaf mang aku gak sengaja..."

"Udah mang hayu buruan aku udah telat nih"

"Lah bukanya non kiara mau berangkat bareng sama temannya ya,tuh" ucap mang jaja sambil menunjuk laki laki bermotor besar yang tengah sibuk mengotak atik handphonenya.

Kiara memicingkan matanya, memastikan siapa orang yang mang jaja maksud,dan begitu terkejutnya kiara saat tahu betul siapa laki laki itu,dia gusti,tapi kenapa laki laki itu kerumahnya?, dan bagaimana dia mengetahui rumahnya?.

Kiara menghampiri gusti " ngapain kamu didepan rumah aku?" Ucap kiara bingung.

"Mau ngajak kamu berangkat bareng, gak mau?pasti gak mau udah saya tebak" Ujar gusti dengan entengnya.

Kiara tidak habis fikir dengan gusti,sudah tahu dia akan menolak tapi kenapa masih bertahan didepan rumahnya.

"Tapi saya bakal tetep paksa kamu buat berangkat bareng..." ujur gusti lagi.

"Kamu niat ngajakin pergi bareng atau maksa sih" sinis kiara

"Dua duanya...udah buruan keburu telat, saya yakin kalo kamu naik mobil kamu bakal telat sampe sekolah karna jalanan pasti macet.."

"Dan...kamu pasti gak mau telat kan?"

Kiara menimang nimang ucapan gusti tadi,tapi apa iya dia harus berangkat bareng laki laki freak kaya gusti,apa kata teman temannya nanti.

"Kiara saya tau, kalo saya itu ganteng pake banget tapi please liatinnya biasa aja gak usah sambil berandai gitu.." ucap gusti dengan senyum sok ganteng kalo kata kiara.

"Ah lama cepat naik..." karna tidak sabar gusti menarik tangan kiara agar segera naik keatas motornya,dan tidak memperduli kiara yang tengah mendumel kesal padanya.

****

Selama di perjalanan baik gusti maupun kiara sama-sama mengunci mulut mereka masing masing, gusti sendiri fokus pada jalan dan kiara terduduk kaku di jok belakang. Bagaimana tidak kaku? Ia baru pertama kali dibonceng sama cowok yang notabenya bukan seorang tukang ojek, belum lagi fikirannya melayang tentang hal pertama kali yang bakal ia lakukan setelah turun dari motor gusti, apa dia harus mengucapkan terima kasih atau langsung pergi gitu aja, kiara terus bergulat dengan fikirannya sampai dia tidak sadar kalo motor yang kini ia tumpangi telah berhenti dan menepi.

"Ki kamu naik taksi aja ya ? Saya ada urusan lain"

Baru saja kiara hendak menjawab tapi urung saat sebuah taksi berhenti tepat disebelahnya

"Saya udah pesenin taksi buat kamu"

Gusti berjalan mendekati taksi tersebut dan menyerahkan selembar uang kepada supir tersebut

"Pak anterin dia sampai sma global ya pak,jangan sampe lecet pak awas."

Supir taksi tersebut menjawab iya dan gusti langsung melesat dengan motor sportnya meninggalkan kiara yang sedang menatap tak percaya kepadanya. Tadi dia sendiri yang bilang kalo naik mobil pasti akan terkena macet, lalu sekarang apa?

Argh.. Kiara jadi kesal sendiri

"Neng" tegur tukang taksi tersebut

"Eh iya pak kenapa?"

"Gak mau masuk nanti keburu telat"

Jedar..

Wajah kiara memerah menahan malu, bagaimana dia bisa bodoh seperti ini sih, kiara merutuki dirinya sendiri

"E..eh iya pak" gagap kiara sambil berjalan kedalam taksi tersebut

****
"Pelan pelan turunnya din" ujar gusti sambil memegangi tubuh andin yang hendak turun dari motor

"Iya gusti"

Setelah andin turun dari motor kini gusti tibA tiba berjongkok

"Ayok naik"

"Hah?"

"Aku gendong, kaki kamu kan sakit"

"Ih malu ah gak usah , lagian kaki aku  gak sakit sakit banget"

"Gak ada penolakan, atau kita musuhan" ancam gusti

andin tersenyum mendengar ucapan gusti, ini dia yang andin suka dari gusti dia selalu perhatian menengenai hal sekecil apapaun pada dirinnya . andin pun naik ke gendongan gusti dan memeluk leher gusti dari belakang .

"kalo berat bilang yah, ntar aku turun"

"iya kamu berat banget kaya karung beras hhahaha"

"isshsh tuh kan yaudah turunin aku sekarang"

"hah apa? turun? turun aja kalo bisa"

ucap gusti sambal memutar mutar tubuhnya beserta andin yang berada digendongannya, hal asil andin berteriak dan minta turun

"hahahha gak mau pokoknya" ucap gusti

"gusti berenti aku pusing dan kaki aku nambah sakit nih"

dan otomatis gusti langsung berhenti dan menurunkan andin

"maaf aku gak sengaja" ucap gusti menyesal

"iya gk papa tapi lain kali jangan kaya gitu lagi yah"

"iya sayang, duh jadi gemes deh"ucap gusti seraya mengacak acak rambut andin dan mencubit kedua pipi andin

"aww sakit gusti"

kejadian barusan disaksikan semua pasang mata yang berada di sekitar tak terkecuali seoarng gadis yang kini berdiri kaku di belakang mereka

"kok aku kesel yah"ucap gadis tersebut dan kemudian melenggang pergi

****




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang