"Cinta adalah sebuah rasa tanpa kata.
Tak bisa diurai dengan logika.Tak bisa dijabar seperti matematika.
Bila kita menyukai seseorang kita akan selalu berusaha untuk bisa memilikinya.
Dan
Disinilah titik lelahku!!
Disinilah letak jenuhku.!!
Aku menyerah!!!!
Dan jangan mencariku."
~Hinata shouyo~
.
.
.Hinata tak tahu lagi seperti apakah hatinya saat ini. Masihkah terbentuk utuh atau hancur karena kekecewaan yang menderanya. Ia dipermainkan sekaligus dipermalukan. Harusnya Hinata membenci sosok Kageyama, tapi setelah semua yang dirasakannya ia masih saja mencinta. Hinata hanya pemuda remaja biasa dan rasa sakit ini bukanlah hal yang biasa ia rasakan. Tak peduli berapa banyaknya ia mengabaikan rasa itu, sakit itu terus membayanginya sekaligus membekas dalam hatinya.
Langit mendung kali ini kembali menipu mata. Menutupi sang cahaya dibalik bayangnya dan memperlihatkan bahwa sang langit sedang bersedih, diam-diam menemani Hinata yang sedang menyendu hatinya. Linangan air mata kembali mengalir di maniknya yang terlihat buram. Manik yang secerah matahari itu kini tertutup awan kelabu.
Tubuhnya makin lama makin merosot lemah, terduduk diatas jalanan yang terasa dingin menyentuh kulitnya. Tak dihiraukannya pandangan mata pejalan kaki lainnya. Tak dihiraukannya rintik hujan yang mulai menghujani tubuhnya yang tengah meringkuk. Tangan-tangan mungil itu sibuk memeluk lututnya sedari tadi. Berharap kehangatan masih tersisa dalam hatinya. Ia seakan mencoba menyalurkan segala rasa bagi siapa saja yang mendengarnya, bagi siapa saja yang melihatnya. Bahwa saat ini kesedihan itu telah melingkupi hatinya.
Bahu mungil Hinata kembali bergetar hebat, meloloskan isakan-isakan lirih yang sejak tadi tertahan dari mulutnya. Teredam oleh gemuruh langit yang semakin berduka karenanya. Tak peduli seberapa banyak air mata yang ia keluarkan. Tak peduli seberapa hebat tubuhnya bergetar. Hinata hanya ingin mengeluarkan semua sakit yang ia rasakan.
Untuk sekian kalinya rasa itu kembali membuncah,melingkupi tubuh mungilnya dalam kesedihan yang menyesakkan dada. Perasaan yang tak pernah ingin ia rasakan. Membuat pandangan akan waktu semakin mengabur, setiap detiknya terasa bagai ber abad-abad yang terlewati. Semua seakan berhenti pada tempatnya. Hanya menyisakan dirinya dan segala duka yang ada.
Tak ada lagi kehangatan yang terasa. Tak ada lagi senyum yang menghiasi paras manisnya. Tak ada lagi rona merah yang selalu menghiasi wajahnya. Tak ada lagi apa pun. Disana hanya ada dirinya dan bayangan pemuda yang telah menghancurkannya.
'Senpai~... Aku takut!!! Karenamu aku akan membenci hujan ini.!!! Aku takut akan selalu mengingat semua ini saat hujan datang.!!! Dare ka!!Tasukete!!!! Onegaii!!!'
"Hiks, hiks,, senpai...senpai.." tiap kata yang keluar dari mulut mungilnya bagai mengiris kalbu bagi siapa yang mendengarnya. Pangilan dan isakan itu terus terdengar hingga para sahabat mendekap dan memeluknya.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART (KageHina)
Fanfiction"Seharusnya aku tidak menyetujui taruhan bodoh yang mereka berikan itu karena kusadari aku mulai mengiginkanmu. Bisakah kita memulai lagi dari awal??tanpa harus menyakitimu dan kali ini kejujuran dari hatiku?." Kageyama Tobio "Aku pergi sesuai keing...