Two (Siapa Dia?)

8 2 1
                                    



" Kenapa?" Tanya Morgan tak mengerti.

Bodoh kenapa aku harus berteriak seperti itu, sesalku sembari membungkam rapat-rapat mulut ini. Ah memalukan, disinikan banyak orang. Menyadari hal itu  aku segera membungkukkan badan, meminta maaf kepada orang-orang yang tengah makan disini. Tak Terkecuali kepada Morgan.

"Maaf gua membuatmu malu," ak membungkukan badanku kepadanya. Wajahku tertekuk, menyesal.

"Kenapa?" Tanya Morgan kepadaku. Rasa-rasanya aneh mendengar pertanyaannya seperti itu. Morgan pura-pura bodoh atau memang bodoh, ketularan aku. Jelas saja aku minta maaf karena aku tadi berteriak, dan itu sudah menganggu semua orang yang ada disini.

"Kenapa berteriak?" Morgan kembali bertanya kepadaku, sentak aku kaget. Apa Morgan bisa membaca pikiranku, jangan-jangan selama ini dia bisa  baca fpikiran orang lain. Tapi kenapa Morgan tak tahu jika aku sangat mencintainya. Lagi-lagi aku berpikir bodoh.

"Lo bisa baca pikiran gua?" Tanyaku was-was.

"Menurut loe?"

"Enggak," jawabku antara yakin dan tidak.

Apa benar dia tidak punya ilmu yang seperti itu. Hmm aku rasa si tidak, tapi ... Ah sudahlah itu tidak penting, seharusnya aku senang kalau Morgan punya ilmu seperti itu, jadi aku tidak perlu bilang cinta kepadanya.

"Oh iya," sembari menggeser tubuhku agar semakain lebih dekat dengan Morgan. Namun dengan cepat Morgan menyuruhku untuk kembali duduk diposisi semula. Tentu dengan isarat tangannya. Suaranyakan mahal. Menyebalkan.

Tak lama kemudian, Morgan telah selesai menyantap makanannya. Lihat sepertinya Morgan begitu kelaparan, makanan yang begitu banyak habis tak tersisa. Kecuali tulang-tulang ayam itu. Kemudian Morgan berdiri, merogoh uang di kantong celananya. Kemudian membayarkannya kepada ibu itu. Ketika ibu itu mengulurkan kembaliannya, dengan baik hati Morgan menolaknya.

"Tapi den," kata ibu itu sedikit menolak.

"Terima saja bu, anggap saja ini uang ganti atas kegaduhan yang dibuat teman saya ini. Maaf bu atas kebodohan teman saya." Ucap Morgan, kemudian membungkukan badan meminta maaf. Setelah itu Morgan menarik tanganku keluar dari warteg. Dan berjalan cepat-cepat menuju tempat motor diparkirkan. Sesampainya di sana aku justru enggan segera naik ke atas motornya.

"Tega sekali, masa lo bilang gua bodoh kepada ibu itu. Tak lihatkah tatapan matanya saat melirik gua, tatapan mengejek. Tadi itu gua berteriak bukan tanpa sebab, tapi gua berteriak karena masakan itu ada ladanya. Guakan paling tidak suka dengan lada, apalagi tadi lada itu tergigit." Aku kembali mengomel, mengomel tanpa jeda. Aku menatap Morgan sebal. Baru kali ini ada cowok yang bilang aku bodoh di tempat umum, didepan mataku pula.

"Gua memang bodoh, tapi seharusnya lo tidak bilang seperti itu. Orang disana pasti akan meremehkan gua. Ah lo emang menyebalkan, selalu bersikap seperti itu." Omelanku belum berhenti. Tapi lihat Morgan hanya asyik memandingiku, aneh. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Seharusnya Morgan itu minta maaf. Maaf Delin, atas kelancanganku tadi, seharusnya Morgan berkata seperti itu. 

"Gua pulang sajalah, masaknya lain kali saja. Maaf membuatmu malu," ucapku kepada Morgan, segera aku menyerahkan kedua kantung plastik yang berisi bahan-bahan makanan itu kepadanya. Namun anehnya Morgan tak mau menerima belanjaan itu. Aku menyatukan kedua alisku, tanda bingung.

"Lo yang mengajak gua belanja, lo pula yang membeli belanjaan begitu banyak. Loe pikir gua punya pembantu, yang akan membereskan semua belanjaan ini?Dan lo pikir gua sedang membawa mobil? Tak lihatkah tangan gua cuma dua." Aku melotot mendengarkan Morgan berbicara banyak seperti itu, ini rekor dalam hidupnya. Pasti benar ini rekor, biasanyakan cuma satu kata. Eh tunggu, Morgan tadi bilang pembantu? Dia fikir aku pembantunya, enak saja. Mana ada pembantu yang cantik seperti aku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ijinkan Aku Tetap MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang