***
Disebuah desa yang elok juga nyaman terdapat bangunan megah menyerupai masjid dengan taman-taman indah disekelilingnya. Di tempat itu juga ada seorang guru yang amat kental dengan keimananya.Suatu hari tania sengaja berhenti disekitar bangunan tersebut. Ia sekadar ingin melihat desain yang begitu elok dimatanya.
Dari kejauhan dia melihat seorang laki-laki yang berjalan mendekatinya. Ia mengira laki-laki itu akan menegurnya. Namun dugaan tania meleset. Ia hanya melewatinya saja tanpa berkata sepatah katapun.
"Untung saja dia nggak negur gue."
Dengan santainya tania menikmati udara pagi diarea taman itu. Ia mendapati seorang laki-laki yang berlalu muka dengannya tadi menghampirinya."Ngapain sih ni cowok ngelihatin gue kayak gini.!"
Batin tania mendengus kesal."Waktu shubuh hampir habis. Ambilah wudhu lalu sholatlah."
Ucap laki-laki misterius itu seolah dia tahu segalanya tentang tania. Ia juga tahu bahwa kali ini tania memang belum subuh."Sok ngurusin hidup gue banget sih ni cowok. Dasar sok alim."
Batin tania yang sedari tadi terus mencaci laki-laki dihadapanya itu tanpa henti."Iya kak. Nanti saya ambil wudhu lalu sholat."
Jawab tania sopan. Sebab ia tak ingin dicap sebagai perempuan yang tak punya adab kepada yang lebih tua.Tanpa menjawab ucapan tania laki-laki itu berjalan menjauhi taman. Tania yang masih dengan rasa penasaran hebat akan laki-laki itu berusaha mengejarnya. Namun sayang laki-laki itu sudah lebih dulu menghilangkan jejak.
"Sial. Kemana perginya cowok itu. Cepet banget ngilangnya.! Padahal gue kan cuma mau nanya gue dimana. Desa kok aneh banget."
Gerutu tania sembari melangkahkan kaki menuju tempat wudhu yang sudah disediakan ditempat itu.
Ia bersegera mempersiapkan diri untuk sholat shubuh meski waktunya sebentar lagi habis ia tetap saja menuruti perkataan laki-laki misterius tadi.
Selesai salam kedua tania mendengar suara lantunan ayat suci Al-Qur'an yang begitu merdu ditelinganya.
Ia belum pernah mendengar ayat yang begitu indah seperti saat ini. Hatinya tersentuh seketika pula ia minitikkan bulir bening yang membuat pipinya basah.
Tania menangis didalam masjid tersebut. Ia tak tahu bahwa ternyata yang melantunkan ayat seindah itu adalah laki-laki yang memperingatkanya sholat tadi.
Ia tak kuasa menahan tangisnya. Ia bangkit dan mencaritahu asal suara yang membuat hatinya meleleh lembut hingga membuahkan air mata.
Ia melihat seorang laki-laki bersorban hijau tua sedang menghadap kiblat dengan Al-Qur'an yang senantiasa didepanya.
Tania ingin menghampirinya namun rasa takut seolah mengalahkan segala rasa penasarannya. Ia pun duduk dan menunduk mendengarkan lantunan ayat suci dibacakan sampai berakhir dengan lafadz "Shodaqallahul'adziim"
Ia tak menyadari bahwa laki-laki bersorban itu sudah berada tepat didepannya. Ia hanya diam tak menghiraukan pertanyaan laki-laki itu.
"Bukankah tempat sholatnya perempuan ada disebelah kiri, mengapa kau ada disini?"
Tania sesenggukan dihadapan laki-laki itu. Ia tak berani berkata apapun. Hanya air mata yang mewakili segala perasaannya saat ini.
"Menangislah, jika itu membuatmu lega."
Laki-laki itu berdiri dan melangkah pergi namun ada suara yang menahan langkahnya hingga ia tak kuasa melanjutkan langkahnya."Apa Allah mau menerima tobat seorang seperti saya?"
Laki-laki itu terdiam sejenak, lalu memutarbalikkan tubuhnya dan kembali duduk tepat didepan tania. Namun masih ada jarak yang membatasi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Sepertiga Malam (TAMAT/TERBIT NOVEL)
RomanceNamanya Tania Rosa Alamsyah, dan Reynan menyimpan dengan baik nama itu di penghujung sujudnya. Bukan karena jilbab yang setia melingkar di kepalanya. Tetapi karena tekad dan juang melawan garangnya hijrah yang panjang setelah bertahun-tahun hidup d...