Cinta Itu Mulai Tumbuh #3

2.4K 113 4
                                    

"Ada kiriman paket untuk non Tania."

"Dari siapa bi? "

"Maaf non, nggak ada nama pengirimnya."

"Yaudah, makasih ya bi."

"Iya non. Bibi kedapur dulu."

Tania menimang-nimang bungkusan paket yang kini berada ditangannya.

"Kira-kira dari siapa ya."
Tania memutuskan untuk membuka paket coklat itu.

"Ha? Boneka? Dari siapa? Kok nggak ada identitasnya sih, cuma ninggalin secarik kertas doang."

"Aku mencintaimu Tania."
Isi dari kertas yang berada satu paket dengan boneka.

Drrrtt... Drrrttt...
Suara handphone tania membuyarkan lamunannya. Ia berfikir akan mendapatkan kado terbaik dari Reynan untuk ulangtahunya. Ternyata, lagi-lagi yang Tania dapat hanyalah seuntai doa dan bingkisan kecil berisi iqro'.

Saat Tania melihat notif dilayar handphonenya, ia mendapati nomor yang tidak dikenalnya menghubungi, untuk menjawab semua praduga Tania, ia mendeal tombol hijau dilayar handphonenya.

"Halo Tania. Masih inget gue?"

Suara seseorang disebrang sana terdengar tidak asing ditelinga Tania. Seperti nada bicara orang yang sering kali muncul dalam mimpinya. Seseorang yang pernah menghancurkan kehidupan pribadinya. Seseorang yang dengan sengaja mengkhianati jalinan persahabatannya. Seseorang yang dengan mudah memporak-porandakan kisah asmaranya. Terlalu banyak kenangan pahit yang dilukis Tania, sebelum ia benar-benar menemukan sosok Reynan yang mampu mengubah dunianya.

"Ka-ka-mu siapa?"
Jawab Tania terbata-bata.

"Gue Fika. Temen lo dulu."

"Mau ngapain lagi lo telvon gue, penghianat."

"Jaga ya bicara lo. Gue nelvon lo tuh mau bicara baik-baik."

"Bicara apa lagi. Diantara kita udah nggak ada pertemanan apa-apa lagi."

"Gue cuma mau minta maaf. Tan."

"Basi tau nggak maaf lo. Gue tau kok, lo masih dendam bangetkan sama keluarga gue?"

"Buat apa sih Tan, seandainya gue masih dendam, gue nelvon elo."

"Udahlah fika. Nggak usah munafik lo jadi orang."

"Gue beneran tan, gue mau minta maaf."

"Gue sibuk. O ya, sekali lagi. Lo jangan pernah ganggu gue lagi, apalagi datang dimimpi gue."

"Maksud lo apa.?

Tut tut tut. Tania memutus sambungan teleponnya.

"Tan. Tania. Gue belom selesai bicara, Tan."

Tania meletakkan handphonenya disamping vas bunga yang ada dimeja ruang tengah. Tania kembali memikirkan tentang seseorang yang sudah mengiriminya bingkisan misterius. Seseorang yang sepertinya tahu banyak tentang Tania. Ia pun tahu sesuatu yang disukai Tania. Seperti sesuatu yang ada didalam bungkusan itu adalah salah satu dari barang kesukaan Tania. Boneka.

Pikirannya kembali kemasa dimana saat perpisahan kelas 3 SMAnya, dua tahun lalu. Dimana saat Ridho memegang tangannya, membisikkan janji-janji yang membuat Tania hampir saja luluh, namun Tania sebisa mungkin tak menanggapi perkataan manis dari Ridho. Toh disisi lain perasaannya kini sudah tertambat untuk Reynan. Calon dosennya sekaligus tetangga dekatnya.

"Kamu mau kan kembali bersamaku? Aku janji nggak akan menyia-nyiakan kamu lagi."

"Tapi dho. Aku udah.... "

"Aku nggak peduli tan, aku bakalan kembali saat aku sukses nanti."

"Aku nggak bisa dho, ada banyak hal yang tidak bisa kita satukan lagi."

"Apa Tania? Kamu tahu kan, kita cuma dijebak oleh Fika."

"Sudahlah. Aku tidak mau bahas dia lagi."

Tania berjalan menjauhi Ridho. Ridho pun terus saja meyakinkan Tania. Ia tak ingin cintanya kandas seperti pertama kali dulu, saat dirinya terbujuk rayu oleh ucapan-ucapan Fika. Hasutan Fika berhasil menguasai hatinya, mungkin faktor dari labilnya pemikiran seusianya dulu, saat masih duduk dibangku SMP.

"Aku akan melamar kamu."

Ucapan Ridho membuat persendian Tania terasa kaku seketika. Ia terhenti dan Ridho menghampiri didepannya.

"Aku benar-benar mencintaimu Tania. Tolong beri aku kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya. Aku mohon."

"Cukup Ridho. Aku terlanjur kecewa sama kamu."

Tania beringsut dari hadapan Ridho saat itu juga. Dan Tania tak menyangka bahwa pertemuan terakhirnya adalah saat itu, saat dimana dirinya lari dari hadapan Ridho. Saat hatinya berkecamuk sendiri, tentang perasaannya yang tak terbalas oleh Reynan, juga tentang hatinya yang masih menyimpan nama Ridho.

Seperti orang yang kehilangan, hari-hari Tania pun terasa sepi pasca perpisahan kemarin. Sebelum ia masuk kampus yang diincarnya, Tania hanya menghabiskan waktunya dirumah. Main game, nonton tv, dan sesekali membantu bundanya didapur. Tak seperti waktu SMAnya dulu, meski tak pernah dianggap, Ridho tak gencar-gencarnya memperhatikan Tania, mensupport semua yang dilakukan Tania, mengantarnya pulang saat sopirnya tidak bisa menjemputnya pulang. Tania tak merasakan sakit lagi saat Ridho dengan sengaja membuat senyumnya mengembang. Justru saat dirinya bersama Reynan, dunianya yang dulu memandang jika bersama Reynan semua akan terasa baik-baik saja kini berubah, ia hanya mendapatkan perlakuan dingin dari Reynan. Tak seperti waktu mereka bertemu pertama kali.

Terkadang Tania pun merindukan sosok manis dari Ridho, seseorang yang menemaninya dari pertama kali mengenal cinta. Tetapi rasa kecewanya seakan kembali menyapa, saat Tania membayangkan andaikan Ridho kembali ke kehidupannya. Namun ia pun berfikir dua kali, untuk menggait hati Reynan. Sebab, tak akan semudah seperti saat ia pdkt dengan Ridho.

Sosok Reynan dan Ridho sangatlah berbeda, dari penampilan luarnya saja sudah berbeda, apalagi dari segi dzohirnya. Ridho yang ceplas ceplos berucap cinta, sedangkan Reynan yang tak sama sekali berani membicarakan perihal cinta didepan Tania.

Perasaannya kini berbalik ke Ridho. Sudah tiga tahun belakangan ini, hubungannya dengan Reynan hanya ditanggapi tak lebih dari mahasiswa dan dosennya saja. Reynan menegaskan sekali lagi, bahwa dirinya hanya berfokus mengajar Tania, tak lebih dari itu. Sehingga membuat pikiran Tania bimbang. Ia sudah berkali-kali memberi kode kepada Reynan, berharap Reynan mengetahui maksud hatinya, berharap Reynan segera melamarnya, namun semua itu tak kunjung terjadi, justru Reynan sontak berucap bahwa tidak ada yang perlu dibahas dari kedekatannya. Seolah Reynan hanya menganggapnya seperti adik, bukan kekasih.

"Sayang, ngapain kamu ngelamun disini?"
Teguran rosa membuat kepala Tania spontan menutup kembali ingatannya. Ia terkaget mendengar perkataan rosa yang melengking ditelinganya.

"Eh bunda. Nggak papa bun, cuma lagi capek aja."

"Ayo sarapan dulu. Bukannya kamu ada kuliah pagi hari ini."

"Tania lagi nggak enak badan bun, Tania nggak masuk aja hari ini."

"Loh kamu sakit? Mau bunda antar kerumah sakit?"

"Nggak usah ah bun, Tania cuma kecapean aja kok. Istirahat dirumah juga sudah cukup."

"Yasudah, kita sarapan dulu."

"Iya bun."

Serasa hari-harinya dipenuhi lembar demi lembar ingatan tentang masalalunya. Ia masih saja memikirkan tulisan didalam paket tadi, ia yakin betul bahwa yang mengirimnya adalah Ridho. Siapa lagi kalau bukan dirinya, dan mana mungkin Reynan. Itu tidak masuk akal dalam benak Tania.

Apakah benih-benih cinta itu mulai tumbuh kembali, lantas bagaimana dengan Reynan, mengapa ia melupakan perjuangannya untuk menarik perhatian Reynan, apa cukup sampai disini usaha Tania untuk mendapatkan Reynan. Ia merasa Reynan benar-benar mengacuhkan perasaannya.

*****
Tbc... Jangan lupa vote yaaah..

Cinta Di Sepertiga Malam (TAMAT/TERBIT NOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang