Suasana hati Tania sedang tidak baik saat ini. Terlihat dari raut wajahnya saat memasuki ruang tamu dirumahnya. Tidak ada gurat kebahagiaan disana, padahal dirinya baru saja dinyatakan lulus sidang skripsi.
Ada ribuan airmata yang sengaja ia tahan, agar tidak tumpah didepan orang rumah yang mungkin tidak sengaja melihatnya.
Saat Tania berjalan lesuh menuju tangga, rosa melihat dan menghentikan langkah Tania. Ia merasa ada yang tidak beres dari putrinya kini, seperti ada sesuatu yang sedang disembunyikannya dari dirinya.
"Sayang. Kamu sudah pulang?"
"Aku capek bunda, aku istirahat dulu ya."
Sembari membekap rapat mulutnya dan berjalan menaiki satu demi satu anak tangga yang menghubungkan lantai pertama dengan kamarnya. Langkahnya yang cepat menimbulkan berbagai pertanyaan dibenak Rosa."Ya Allah.... Astagfirullah... "
Berkali-kali rapalan istigfar keluar dari mulutnya. Setetes airmata berhasil meluncur dari bola matanya. Kini dirinya dan kebodohannya berpacu menjadi satu, membentuk luapan emosi yang menguasai jiwa dan pikirannya."Kenapa harus aku... Hiks hiks.. Kenapa sakit sekali rasanya, aku lelah ya Allah... "
Kalut. Perasaan yang mendiami hatinya kini harus usai, bahkan sebelum cinta itu dimulai. Hampir enam tahun lamanya ia menunggu saat ini, tetapi hasilnya tidak sama sekali seperti yang diharapkannya.
Seolah doa-doa yang selama ini selalu dipanjatkannya berakhir sia-sia, berbuah kecewa, dan hanya melahirkan airmata saja. Umpatan yang mengarah kepada kebodohan yang dilakukannya terus saja terucap. Membuat batinnya semakin sesak menahan segala sesuatu yang saat ini menghantam jiwa rapuhnya.
"Apa aku tidak pantas untuk dicintai kembaliii, kenapa mas anan tega sama akuuu. Kenapa nggak dari awal bilang maaaas, semuanya nggak akan mungkin seperti ini."
Hiks... Hiks...
"Seandainya aku bisa memutar ulang waktu. Aku bersumpah tidak akan pernah mengenal cinta, seperti yang dulu pernah bunda bilang. Aku menyesal ya Allah... Maafkan akuu.. "
Tangisannya semakin pecah, membanjiri pipi kanan dan kirinya. Membuat jilbabnya ikut basah dengan airmata yang terus saja tumpah. Tak henti-hentinya ia menyalahkan perasaannya kepada Reynan.
Tok tok tok.
"Tania kamu kenapa? Tolong buka pintunya sayang. Bunda mau bicara."
"Tania mau sendiri bunda. Tania nggak mau diganggu siapa-siapa."
Ucapnya dingin."Tapi nak, bunda nggak bisa lihat kamu sedih sendirian. Izinkan bunda masuk sayang."
Hikss hikss....
Isakan tangis Tania masih terdengar jelas dari luar."Bunda mohon sayang. Buka pintunya ya."
Akhirnya Tania membukakan pintu untuk bundanya, dengan raut wajah yang berantakan dan keadaan yang membuat siapa saja iba melihatnya, Tania menatap wajah penuh kasih sayang dari rosa, seketika itu ia menghambur kepelukannya. Mengaitkan tangannya dengan erat, seolah membagi sedikit beban dihatinya.
"Usshh usshh... Anak gadisnya bunda nggak boleh nangis gini dong, kamu ada apa? cerita sama bunda."
Bundanya mengusap-usapkan tangannya kepunggung Tania, berharap putrinya dapat lebih tenang."Mas anan bun."
"Ada apa dengan anan. Dia apain kamu?"
Hiks hiks...
Tania melangkah kekasurnya. Disusul oleh bundanya yang setia mendampingi apapun keadaan Tania. Bunda yang selalu sayang kepadanya."Mas anan... Kenapa kamu membalas cintaku dengan semua hal yang membuatku sakit. Kenapa mas... Apa salah aku?"
Ucapnya pelan, dengan menatap dinding yang terdapat ukiran cantik hadiah dari Anan sewaktu ulang tahunnya dulu, dengan pandangan kosong ia kembali membayangkan kejadian saat dirinya ditinggal sendiri diKV Cempaka, saat makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Sepertiga Malam (TAMAT/TERBIT NOVEL)
RomanceNamanya Tania Rosa Alamsyah, dan Reynan menyimpan dengan baik nama itu di penghujung sujudnya. Bukan karena jilbab yang setia melingkar di kepalanya. Tetapi karena tekad dan juang melawan garangnya hijrah yang panjang setelah bertahun-tahun hidup d...