Rainbow - 29

641 59 2
                                    

Saat itu, gue lagi di acara perpisahan SMP gue. Acaranya digelarin biasa aja di lapangan sekolah. Dengan atap terbuka dan AC alami, gue ngerasa lagi di tempat VVIP. Kursi yang disediakan adalah kursi plastik khas pesta kawinan. Sekolah gue mengambil konsep 'kesederhanaan' pada perpisahan tahun ini. Tapi gue mengartikannya sebagai 'kegembelan" karna nyatanya ini bukan kaya perpisahan tapi kaya anggota pramuka yang harus siap nahan panas teriknya matahari.

"Ini hari terakhir kita di SMP, lo gak mau ngungkapin ke Rain soal perasaan lo?" Reva yang duduk pas di samping gue berbisik.

"Lo kira mudah? Bisa-bisa ketek gue basah kuyup karna bicara sama dia. Lagian, dia keliatan uda bahagia banget tuh setelah dapetin Amanda. Gue gak mau ngerusak hubungan mereka." gue menatap iri ke arah depan tepatnya ke dua orang yang terlihat sangat bahagia, duduk berdampingan. Ini benar-benar seperti pesta kawinan, mereka jadi mempelai sedangkan gue sebagai penonton. Kalau di drama, mereka bakal jadi romeo dan juliet sedangkan gue bakal jadi rumput yang goyang ke kanan dan ke kiri sampai drama selesai.

"Gaklah."

"Gak apaan?"

"Gak mungkin lo ngerusak hubungan mereka. Jelas, lo kalah telak dari Amanda secara dia lemah gemulai sedangkan lo berotot."

"Lo lagi ngehibur atau ngehina gue sih?" sorot mata gue menajam.

"Gue cuma lagi ngasih pencerahan."

"Terserahlah."

"Jadi gimana?"

"Gue bakal ungkapin perasaan gue, tapi lewat surat, mana berani gue bilang langsung."

Gue ngeluarin sebuah surat dengan amplop bergambar alay dari dalam tas kecil gue.

"Gue uda bikin ini semenjak seminggu yang lalu, gue mikirin setiap kata yang bakalan gue tulis."

"Dia mana bisa baca kalo gini caranya."

"Kenapa? Gue bakalan masukin ini diam-diam kedalam tas dia, gue gak nulis nama gue sih tapi gue kasih kode biar dia tau ini dari gue. Jadi, gak mungkin dia gak baca.

"Bukan gitu, tulisan lo jelek, dia gak bakalan bisa baca tulisan lo."

"Va, lo minta rumah sakit atau kuburan." Gue udah nyiapin kepalan tangan gue yang bisa mendarat kapan aja.

"Gak, gue becanda doang yaelah pake dibawa ke hati lagi. Eh tapi yang gue bilang emang nyatakan?"

"Iya, yang lo bilang emang BENER. Puas lo?"

"Hehe iya gue puas."

Gue mutar bola mata gue jengah karna kelakuan polos tak berotaknya Reva.

"Eh ngomong-ngomong, sama Bintang gak dibuat nih surat sayangnya juga?"

"Ya enggaklah!"

"Kenapa?"

"Pake nanya lagi, ya jelas-jelas gue nulis surat buat orang yang gue sayang. Itu artinya gue benci dia."

"Berarti lo--"

"Iya gue benci lo juga." gue langsung tau arah pikiran teman bejat gue yang satu ini.

"Lo suka gitu ah becanda mulu,"

"Gue se-ri-us,"

"Awas lo ya, lo gak ngasih surat ke gue karna lo bakalan satu SMA lagi bareng gue dan lo juga bakalan jumpa lagi sama Bintang asal lo tau."

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang