Rainbow - 31

632 59 5
                                    


Jika kau mencintai seseorang, katakan terus terang.
Jangan bohongi hati,
Sebelum ia mati sesak.

Jangan egois,
Saat kau terbaring lemah,
Dia orang yang paling sakit,
Takut terbayang akan perpisahan.

Mungkin kalian bakalan mikir kenapa gue tiba-tiba puitis. Ini bukan puisi yang gue buat, tapi ini puisi buat gue. Mimpi.

"Dok, ini siapa yang nulis? Di rumah sakit kok pake acara puisi-puisian segala." Gue natap tulisan-tulisan pada kertas yang ditempel pada dinding kamar rumah sakit.

Ya, gue sekarang lagi di rumah sakit. Si Memet emang rada lebay, gue kan bisa obatin sendiri luka gue atau paling lebay ke klinik deh. Eh malah dibawa ke rumah sakit, malah gue sama dia masih kotor lagi. Tadi satpam rumah sakit ini larang-larang kita berdua masuk tapi akhirnya kita dibolehin dengan alasan rumah sakit itu melayani seseorang tanpa pandang bulu. Dengan sangat terpaksa dan hati yang sangat enggan akhirnya gue sama si Memet dibolehin masuk. Ya walaupun semua orang milih nutup hidung. Mungkin yang sakit asma udah sembuh. Aroma badan gue sekarang udah kaya aroma terapi.

"Oh, itu sih tulisan anak saya. Penyemangat buat pasien katanya. Biar cepat sembuh."

Gue ngangguk-ngamgguk walaupun gue mulai mikir ini gak nyambung sama sekali.

"Uda siap belum dok? Kalo belum asal-asal aja dok biar cepet."

Si Memet natap gue ogah-ogahan. Eh dia pikir siapa yang minta dibawa ke sini? Malah nyolot lagi ni anak.

"Eh jangan dong, ntar pacarnya jadi tambah sakit lho "

"Pacar? Pftt Dok, saya gak pacaran sama dia. Yakali orang ganteng kaya saya pacaran sama cewek alien."

"Pede banget, gue juga gak mau sama lo."

Si bu dokter malah senyam-senyum, heran gue apa yang lucu? Apa virus kegilaan gue mulai nular?

"Kalau liat kalian, saya jadi ingat anak saya. Umurnya ya sama seperti kalian ini. Dia baru kembali dari Inggris, udah 1 bulan di sini. Ya rencananya mau sekolah di sini aja. Lebih seru katanya."

"Wah cowok apa cewek dok?"
Gue langsung semangat 1005. Mengingat ekspetasi cowok-cowok bule yang keren.

"Cowok. Dia sekarang mungkin lagi di ruangan lain. Ngehibur pasien-pasien yang lagi dirawat. Dia mau jadi dokter katanya. Dia mau jadi dokter yang bukan hanya jago ngobatin, tapi jago nyemangatin juga."

"Saya juga mau jadi dokter dok."

Gue mutar bola mata gue malas. Ya elah si Memet main nyambung aja.

"Bagus kalau gitu, saya dukung deh. Nah sebagai latihannya, coba kamu yang obatin dia."

"Gak, gak mau dok, kalau dia yang ngobatin, saya bukan makin sembuh dok, dibuat sekarat malahan." gue nyerocos, enak aja si Memet dikasi kesempatan buat nyiksa gue.

"Oh boleh dok, saya aja yang obatin. Dokter mungkin ada kerjaan lain kan? Tenang dok, saya pasti bisa."

"Oh kebetulan saya ada urusan lain. Kamu yang obatin ya. Ingat, jangan macem-macem lho ada cctv nya." si bu dokter nunjuk ke arah sudut atas ruangan.

"Iya dok, tenang aja."

"Oke, saya tinggal dulu ya. Saya percaya kamu anak baik."

Gue mau nahan bu dokter yang mau beranjak pergi, kaya di film-film romantis. 'dia menahan pergelangan tanganku, lalu berkata dengan lembut bahwa ia mencintaiku'

Drama queen.

"Udah gak usah, kan ada gue." Si Memet naik turunin alisnya, senyumnya yang kaya chucky jelas mencurigakan.

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang