Chapter II

579 35 0
                                    

   Di kediaman keluarga Park memenuhi para maid dan bodyguard yang akan bekerja di tempat rumah mewah bak istana bahkan diluar pagarpun dipenuhi pengawal. Kamar dinding berwarna biru laut dengan koleksi boneka singa sedang bergelut di ranjang King size, namja bangun dengan tepat bergegas ke kamar mandi untuk mempersiapakan sekolah. Setelah selesai acara mandi dan pakaian sekolah dengan  lengkap, sebelum beranjak ke luar kamar, diri ku sedang cermin menatap wajah datar mencoba tersenyum, sangat susah senyum jika sedang bahagia. Ya sejak kejadian menyakitkan, aku tidak pernah senyum yang berada seisi rumah mewah ini.

"Selamat pagi aboji.. " ucapnya namja berjalan ke dapur dengan wajah datar.

"Pagi juga anakku.." ucapnya dengan wajah tersenyum melihat anaknya yang sudah rapi di waktu yang tepat.

"Dimana Jimin?.. Belum bangun juga.. " tanyanya sang Appa.

"Molla.." ucapnya dengan mengendikkan bahu.

"Anak itu benar - benar kesusahan ya.. pelayan cepat bangunkan jimin.." tanyanya ke pelayan dengan wajah kesal.

"Baik tuan.." ucap si Pelayan.

     Sedangkan si Sombong masih bergelut di ranjang berukuran besar. Suara alarm pun yang tidak berhenti suara nyaring dan tidak di matikan dengan suara menganggu. Jam bertengger di atas meja nakas berbentuk mobil sudah pukul 06.25 pagi.

Tok...
Tok...
Tok...

"Tuan muda.. apakah tuan muda sudah bangun.." ucap si Pelayan berada di depan pintu kamar.

Yang berada di dalam kamar masih tertidur tergganggu dengan suara berisik jam bertengger plus dengan suara ketukan pintu. Kesal karena adanya suara mengganggu segera bangun dari tidur dengan acak - acak rambut dan mengusap wajah kasar.

"Aaaahhhhkkkk berisik sekali... " ucapnya dengan kesal dan mengambil jam tengger di atas meja nakas ingin mematikan suara alarm. Sedangkan di depan pintu belum berhenti ketukan pintu dari si Pelayan.

"Iya ini sudah bangun dan berhenti ketukan pintu. Berisik.. " ucapnya dengan suara serak dan lantang.

Yang berada di depan pintu mendengar suara dari dalam kamar menghentikan ketukan pintu.

"Baik tuan.."

Mata yang masih mengantuk dengan terpaksa bergegas ke kamar mandi dan bersiap - siap ke sekolah. Setelah selesai semuanya dengan seragam rapi dan rambut berwarna abu - abu di biarkan sisir ke belakang dengan tangan, setelah siap di depan cermin dengan wajah yang tampan segera beranjak ke dapur untuk sarapan pagi.

"Selamat pagi Appa.. " ucap si namja berambut abu - abu.

"Pagi juga jimin, kebiasaan kesiangan terus, kasihan adik mu itu menunggu lama.. " ucap Appa yang berada di meja makan.

"Mian App..." potong nya dengan suara yang di sebelah.

"Selesai.. aku berangkat dulu ya aboji.. " ucap si wajah datar segera berangkat ke sekolah.

"Eh tidak bareng Jimin.." ucap Appa dengan menunjuk Jimin yang sedang duduk sambil sarapan. Jimin hanya diam tanpa ekspresi.

"Aniya Appa, aku sedang ada berurusan di sekolah.. " bohongnya pada Appa. Dia tidak mau bareng Jimin yang sedang kesusahan dan kerepotan.

"Jimin ini semua gara - gara kamu kesiangan terus, jadinya kerepotan kan.." ucap Appa yg sedang menatap anaknya yang sedang makan.

"Kenapa harus salahin aku Appa, dia kan sudah biasa berangkat sendiri" ucap nya dengan tatapan tanpa bersalah.

"Dia itu adik mu Jimin harus bersikap baik dan akur padanya. " ucap Appa yang memperingati pada anak nya yang keras kepala.

"Sudah lah Appa, biarkan dia punya kebebasan sendiri. Lagian juga dia gak pernah senyum " ucapnya yang baru selesai sarapan segera berangkat sekolah.

Confused the Soul (Jinkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang