He Should Know

768 116 26
                                    

Baiklah, keingin tahuanku tentang Maple sudah terselesaikan meski hatiku sangat terasa menyakitkan atas perkataannya tapi semoga ini hanyalah bayang-bayang saja supaya aku bisa memperbaiki diri untuk Maple di tahunku sendiri.

Dan sekarang disini, aku harus mencari diriku sendiri.

Dimana aku tinggal sekarang.
Dan bersama siapa aku sekarang.
Aku harus mencarintahunya, tapi dia membuatku lupa akan keharusanku sekarang. Dia membuatku amnesia mendadak karena ia selalu memintaku ini itu ini itu.

Seperti hari ini, hari minggu. Dia mengajakku untuk berolahraga selagi siang belum terik.

"Astaga, ayo. Cepatlah sedikit. Berlarilah." Paksanya.

Dia enak berkata seperti itu, tetapi aku? Aku sudah lemas dan baru beberapa meter dari rumahnya karena aku belum sarapan. Karena sarapan adalah semangat pertamaku. 😂

"Kau pergi, pergilah sendiri. Aku di apartemenmu saja." Ucapku.

"Ayo, ku belikan ice cream sepuasmu." Ujarnya.

*wusss*

Langsung saja aku berlari sekencang mungkin dan melewatinya karena aku bersemangat sekali mendengar kata "ku belikan". 😂

Dan aku juga tahu bagaimana ekspresinya melihatku kala itu tanpa ku lihat, karena aku sudah melihat ekspresi seperti itu.

Sesampainya di taman pukul 7.30.
Berhubung ada tukang ice cream, aku langsung menghampirinya dan menyantap satu dahulu.

"Sebentar, aku cicip dulu." Ucapku.

Ku cicip ice cream cokelat

*Sluruuupp*
*Srupuuutt*

Dengan 3 kali gigitan ku coba itu ice cream meski gigiku kedinginan.

"Aku mau cicip rasa strawberry ya?"

Ku makan lagi satu dengan rasa strawbery hingga habis.

"Cicip rasa anggur."
"Rasa nanas."
"Rasa leci"
"Rasa ini."
"Ini ..."
"Ini ..."
"Ituuu .."
"Ituuu .."

"Ah, tidak enak. Aku tidak jadi beli." Sebalku yang sengaja ku perbuat seperti itu.

Lalu aku hendak pergi dari sana, tetapi pria ini menarik kupingku sambil berkata geram "Eiiittsss ... Mau kemana?"

" Ou, tentu saja aku mau pergi. Kan aku tidak jadi beli." Jawabku berlagak polos.

"Kau harus membayarnya."

"Ow, kan sudah ku bilang. Aku hanya cicip saja." Jawabku lagi.
"Aaaahhh ... Apa kau lupa? Bukankah tadi aku mendengar bahwa "Ayo, ku belikan ice cream sepuasmu." hmm? Hm? Hm?" Ucap jailku.

Langsung wajahnya berubah rata dan kaku seperti kayu.

"Aku tunggu disana yaa?" Pamitku.

Langsung saja aku pergi meninggalkannya bersama dengan tukang ice cream itu.

[Author]
Phana langsung terkejut mendengar harga yang dihabiskan oleh Wayo dalam sekejap, lebih dari 100 ribu hanya dalam hitungan menit.

[Wayo]
"Tahu begini, aku tidak mengajakmu tadi." Gerutunya.

"Kenapa? Merasa menyesal?" Tanyaku.
"Sudah terlambat dan sudah kuduga." Sambungku berucap jahat.

Lalu saat itulah aku mulai bingung untuk memberitahuku darimana aku berasal, bingungku bukan karena dimana aku akan tinggal setelah ia mengetahui diriku yang sebenarnya tapi yang ku bingungkan adalah apakah ia akan percaya dengan ceritaku.

Love-TravelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang