1. That Girl

910 67 0
                                    

Udara dingin. Itulah yang sedang terjadi di tengah musim Korea saat ini, banyak orang yang memilih tidur di rumah daripada harus keluar dan beraktivitas. Tapi apa daya, sebuah tanggung jawab dari pekerjaan tidak bisa di tinggalkan. Begitu pula dengan wanita yang tengah menenteng 2 kantong plastik ke tempat pembuangan daur ulang, pipinya memerah karena cuaca yang dingin. Sepertinya coat tebal bahkan sarung tangan nya tidak mampu mengurangi rasa dingin nya cuaca saat itu. Ia tampak berpapasan dengan beberpa tetangga yang diam di kawasan sekitarnya, tersenyum manis dan menyapa yang tertampang jelas ada pribadi wanita itu.

"Kim Jisoo"Panggilan itu tak pelak membuat nya berbalik, menatap anak pria dengan tubuh tinggi dengan hoodie dan bola basket di tangan nya. Menatap nya dengan penuh penasaran

"Mwohae?"Tanya nya pada sang wanita yang sedang ia panggil

"Jinu. Sudah kubilang berbicara yang sopan pada nuna mu, jarak usia kita ini terlampau jauh. Jisoo, Jisoo. Kau pikir nuna mu ini teman sebaya?"omel nya sambil bercekak pinggang dan melotot pada adik pria nya

"Nuna, Nuna. Puas?, baiklah aku mengerti. Kemari, biar ku bantu"Jinu melangkah mendekati Jisoo dengan niat membantu namun Jisoo dengan cepat memasukan seluruh sampah daur ulang nya tanpa dipilah lebih dulu

"Tidak perlu. Sudah selesai, masuklah udara semakin dingin"Jisoo melangkah sambil mendorong dan menepuk bahu Jinu yang penuh dengan salju

"Nuna, kau bahkan belum memilah nya"Protes Jinu, Jisoo terkekeh dan menatap ke belakang

"Yaa, kau pikir nuna mu ini bodoh?.  Bahkan sebelum kau suruh memilah, aku lebih dulu memilahnya"Jisoo menggeleng dan mendecak menanggapi sindiran Jinu.

"Nuna, Ayah memanggil mu. Ia menyuruh mu pulang ke rumah, kata ibu. Ibu dan Ayah akan mengadakan acara"Jinu melangkah mendahului Jisoo sambil menendang salju yang menghalangi jalan nya

"Iya, aku tahu. Jinu-ya berhenti bermain seperti itu, licin."

Jisoo berteriak memperingatkan adik nya itu yang masih saja menendang salju seolah tidak peduli peringatan Jisoo. Mereka pun kembali menlanjutkan langkah nya menuju ke dalam apartement, Jinu tampak bangga dengan nuna nya itu. Ia terus saja mengenalkan Jisoo dengan tetangga mereka yang lewat, Jinu bangga memiliki nuna yang cantik dengan wajah bersih dan kulit seputih bengkong itu. Usia Jisoo dan Jinu terpaut 9 tahun, sedangkan dengan kakak nya yang pertama. Jia, terpaut 15 tahun, jadi wajar saja jika di usia muda nya Jinu sudah memiliki ponakan yang berusia 7. Jinu memiliki wajah yang tidak kalah tampan, di usia nya yang ke 18 tahun ia sudah memiliki tinggi 185 cm. Bisa di bilang ukuran tinggi yang sangat menakjubkan di bandingkan anak seusianya. wajah tampan, tubuh tinggi dan ahli dalam bidang basket mungkin idola kebanyakan gadis. Namun bagi Jisoo ia hanyalah anak kecil yng masih sembunyi di bawah ketek nya, bisa di bilang Jinu pinang di belah 2 dengan Jisoo, saking miripnya wajah mereka dan kelakuan nya. Maka dari itu Jinu sangat menyangi kakak nya itu seolah mereka saudara kembar yang tidak terpisahkan. Mereka pun menghilng di balik bangunan apartement karena udara yang terus dingin terasa terus menusuk kedalam tulang hingga banyak orang memilih untuk kembali ke dalam rumah mereka dan berselimutkan selimut bulu yang tebal.

___

Jisoo duduk di sofa sambil memainkan PSP nya, ia berteriak dan tertawa bahagia dengan tangan yang tidak sadar meraup chips dalam mangkuk yang diisi Jinu.

Jisoo duduk di sofa sambil memainkan PSP nya, ia berteriak dan tertawa bahagia dengan tangan yang tidak sadar meraup chips dalam mangkuk yang diisi Jinu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jinu mendecak melihat kelakuan nuna nya yang sudah berusia 25 tahun itu. Bahkan nuna nya, Jia sudah menikah di usia 25 tahun. Ini malah berkebalikan, Jisoo malah asik bersama PSP nya di usia 25 tahun, memang anak gadis jaman sekarang. Jinu menendang sudut kaki Jisso pelan, Jisoo langsung menatap tajam Jinu, yang dibalas cengiran oleh adiknya itu.

"Sana, masak"Jinu memerintahkan kakaknya itu untuk masak makan siang, karena sebentar lagi ponakan mereka akan pulang sekolah

"Kenapa aku?"Tanya Jisoo heran, ia kembali melanjutkan permainan nya yang tertunda. Seolah tidak peduli apa yang di perintahkan Jinu

"Lalu?, aku?. Kau bercanda, kau kan anak gadis di rumah ini. Jia nuna kan sudah meminta mu, Sana"Jinu kembali menendang pelan ujung kaki Jisoo yang langsung membuat Jisoo menghempaskan PSP nya ke Sopa. Menatap tajam Jinu dan langsung berdiri menuju dapur.

"Aku harus cepat sukses dan pergi dari rumah ini"omel Jisoo yang di sambut tawa renyah oleh Jinu, seolah mengetawakan pernyataan Jisoo yang ingin cepat sukses

"Kalau begitu sana jadi Pengacara saja atau jadi Guru. Nuna, mau tahu?. Kadang perkataan orang tua itu selalu benar, siapa tahu kau bertemu dan menikah dengan Guru yang sudah jadi PNS"sindir Jinu, Jisoo memang di suruh ayah nya untuk jadi pengacara atau jadi guru. Karena kakaknya Jia yang berkerja sebagai guru menjadi acuan untuk Jisoo mengikuti jejak kakaknya. Seadangkan Jinu sekarang sedang menempuh perguruan tinggi jurusan TI. Jisoo?, sekarang ia berkerja sebagai pegawai desainer arsitektur di salah satu perusahaan properti. Ayah nya khawatir akan masa depan nya di perusahaan properti, karena perusahaan properti bisa bangkrut kapan saja karena persaingan. Walaupun Jisoo sudah berulang kali meyakinkan ayah nya bahwa perusahaan yang menaunginya ini perusahaan besar. Tapi tetap kekhwatiran ayah nya tidak pernah surut.

"Ya, Kim Jinu. Kau pikir enak cari suami PNS?, ibarat nya kau bersaing 1:10. Lagipula para PNS usianya banyak memasuki usia 40, kenapa orang banyak bersaing mendapatkan PNS, padahal anak arsitek kan juga keren-keren"sindir Jisoo sambil memotong Kimchi menjadi potongan kecil, tangan nya tampak cekatan membuat nasi goreng yang sudah menjadi masakan andalan nya.

"Ya jelas, agar masa depan mu terjamin dengan menikahi pegawai Negeri. Kau tahu sendiri berapa gajih pensiunan seorang pegawai negeri. Arsitek, arsitek. Sebut saja kasarnya mereka tukang bangunan"Sahut Jinu lagi yang langsung di balas bantingan pisau dari Jisoo, Jinu yang terkejut langsung menatap antisipasi pada Jisoo

"Wahhh anak ini banyak bicara. Ya Kim Jinu, jangan banyak bicara, buktikan saja ucapan mu dan sana cepat jadi Pegawai Negeri. Dengan begitu aku akan memuji mu di depan teman-teman ku"Jisoo langsung melepas sarung tangan nya dan meninggalkan dapur menuju ke dalam kamarnya. Terdengar dari nada nya kalau kakaknya itu sedang marah.

"Wah, semakin tua kenapa temperamen nya sudah seperti ajhuma?"Jinu hanya bergidik ngeri dan ikut pergi menuju kamar nya. Jisoo bahkan tidak pernah berfikir akan menikah dengan seorang pegawai negeri, mengapa banyak keluarga di Korea menargetkan segalanya dengan pegawai negeri?

Roller Coaster  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang