5. Let me Out

304 41 5
                                    

Sebuah rumah besar atau bisa di bilang Mansion berdiri megah dengan bangunan bernuansa emas itu. Sebuah air mancur minimalis berdiri di depan halaman nya, Sebuah mobil berhenti dari jauh, memerhatikan rumah itu dengan seksama. Rumah yang sudah 1 tahun lebih tidak ia kunjungi, bahkan ia lupa bagaimana wajah para pelayan di rumah nya, rumah yang memiliki 7 lebih pelayan di rumah nya. Suho. Menatap rumah itu tanpa rasa rindu yang menggebu, ia bahkan sangat ingin putar balik dan tidur di rumah Kyungsoo. Lebih baik, daripada bertemu orang tua nya.

Namun ia menghela nafas dan menyandarkan kepala nya sejenak. Mengusap wajah nya dengan kusar dan memilih menjalankan mobilnya mendekati pintu, seorang security pun mendekat. Ia tampak terkejut, tanpa bicara ia hanya membuka pintu dan memberi salam nya pada Suho.

Mobil itu melaju memasuki pekarangan rumah nya dan berhenti di parkiran mobilnya, keluar dari mobil dengan jas yang sudah ia tautkan di lengan nya. Membawa tas kerja nya yang terasa berat walaupun isinya tidak banyak, mendorong pintu rumah dan diam sejenak ketika pintu itu terbuka. Menghirup udara rumah ia fikir adalah hal terbaik, terenyata tidak. Udara rumah nya bahkan tidak senyaman bau ruang kerja nya, ia tersenyum getir ketika di posisi ini, ia malah memilih ruang kerja nya di banding rumah yang 1 tahun lebih tidak ia kunjungi. Suho berjalan menuju stand hanger kayu yang berdiri di dekat pintu, berjalan menuju sofa dan merebahkan dirinya di sana. Melepaskan kancing kemeja nya yang terasa sesak, ia merebahkan kepalanya, rasa kantuk tiba-tiba menyerang nya. Ia lelah, dan lebih memilih menutup matanya.

_____

Pagi itu, sepasang suami istri di tampak menghabiskan sarapan mereka dengan tenang dan diam. Namun percakapan mereka dimulai dari ucapan suami nya kala itu.

"Urus putera mu, ia bahkan tidak becus mengerjakan soal yang sudah di berikan guru les nya. Dia fikir apa guna nya aku memberi nya kelas tambahan kalau nilai nya selalu rendah. Mau jadi apa dia?"Pria itu mengunyah rotinya lagi, seketika bunyi dentingan piring dan pisau memecah keheningan itu.

Sedangkan di balik lemari bar, seorang anak diam disana. Dengan mangkuk sereal yang berkuahkan susu, ia hanya diam jongkok disana mendengar percakapan orang tua nya. Ia memilih berjongkok dekat lemari daripada harus bergabung tapi membuat orang tua nya berkelahi, tapi seperti nya tidak akan berubah. Meskipun ia lenyap dari muka bumi ini, fikirnya.

"Berani nya kau bicara seperti itu. Ia putra mu juga, entah nilai nya rendah atau tinggi itu juga tanggung jawab mu. Karena kau ayah nya"sang Istri membalas ucapan suami nya tidak mau kalah, sang Suami pun mendecak kasar. Menatap istrinya

"Tugas ku hanya menghidupi nya dan memberikan pendidikan setinggi-tinggi nya agar menjadi seperti ayah nya. Ck aku bahkan meragukan apakah ia putera ku"Sang istri kini yang mendecak dan memukul dadanya yang mulai terasa sesak, bicara dengan suami nya hanya berakhir dengan menyakiti nya.

"Bicara apa kau?!. Kau tidak pantas meragukan darah daging mu sendiri. Kau bahkan tidak ada saat aku melahirkan nya. Kau fikir aku serendah kau, selingkuh seperti mu?"Sindir sang istri lagi, suami hanya acuh dan mengangkat bahu nya tidak peduli, seolah ia benar-benar meragukan darah daging nya sendiri.

"Itu karena aku berkerja"Jawab nya singkat, seolah tidak peduli dengan kelahiran putera nya.

"Berkerja katamu?, malam-malam?, di rumah kakak ipar mu?, yang juga adalah kakak ku?"Tanya nya penuh dengan kesinisan dan kemarahan. Pria itu kemudian menghempaskan gelas susu nya hingga sedikit retak. Membuat anak di balik lemari itu terkejut, air mata nya mulai jatuh. Ia tidak ingin mendengar, ia ingin berlari. Tapi kaki nya terasa berat untuk bergerak dan menjauh dari sana. Ia memeluk lutut nya dan meringkuk.

"Kau. Kau selalu saja membawa hal itu jika kita berdebat. Sudah ku bilang kau salah paham!"Teriak sang suami yang sudah habis kesabaran, ia berdiri dan menunjuk wajah istrinya. Namun istrinya dengan cepat menyingkirkan tangan itu dari hadapan wajah nya.

"Jangan menunjuk ku dengan tangan kotor ini. Kesalahpahaman?, benar. Kesalahpahaman ini bahkan terus berlanjut hingga Junmyeon dan Yerim besar nanti?!"Balas nya berteriak keras, sang suami pun langsung naik pitam. Tanpa fikir panjang ia mengeluarkan kata-kata kasar nya, yang bahkan anak kecil pun akan tersakiti karena nya.

"Berhenti membicarakan anak pembawa sial itu!"

Prang!!

Sebuah mangkuk pecah menghamburkan isinya, mereka  menatap anak pria itu, yang berdiri dengan berani nya. Dengan wajah berlinang air mata dan marah nya ia berteriak.

"Aku bukan pembawa sial!"

Mereka pun terkejut dengan teriakan anak mereka namun mereka tidak merasa menyesal sedikit pun atas yang telah mereka ucapkan. Teriakan anak pendiam mereka yang terdengar sangat marah itu. Tangan anak lelaki kecil itu bergetar hebat, ia menghapus air mata nya dengan bahu nya. Membuktikan bahwa ia kuat hanya dengan berdiri sendiri, menatap tajam kedua orang tua nya.

"Aku dan Yerim bukan anak pembawa sial"Anak pria itu kemudian berlari menuju pintu putih terang.

"Junmyeon-ah" Namun suara lembut yang menyebutkan namanya membuat nya tersadar dan terbangun dari mimpi buruk nya, wajah dan badan nya basah penuh dengan peluh. "Mimpi itu kembali lagi", itu lah batin nya saat itu. Beberapa tahun terakhir ini ia tidak bermimpi tentang masa lalu nya, tapi baru sejenak ia kembali kesini untuk sekedar menyandarkan kepalanya. Mimpi itu malah datang kembali, ia pun bangun dari tidur nya, dan terkejut ketika ada seorang wanita duduk di hadapan nya. Ia tersenyum penuh rindu pada Suho, namun berbeda dengan Suho. Air wajah nya langsung berubah masam seketika.

"Maaf, ibu membangunkan mu ya?. Sepertinya kau mimpi buruk, jadi ibu memilih membangunkan mu"

"Hmm"Suho hanya menggumam dan bangun dari duduk nya, menarik tas kerja nya di atas meja dan berjalan menjauh. Namun ucapan ibunya menghentikan langkah nya.

"Ibu merindukan mu, Jun Myeon-ah. Sangat merindukan mu. Tidak kah kau ingin memeluk ibumu sejenak?. Hanya sedetik pun, akan sangat berharga bagi ku. Melihat putera ku tumbuh besar membuat ku bangga, walaupun aku tidak menemani mu ketika kau tumbuh besar. Tapi setidak nya aku bangga, kau lahir dari rahim ku. Takdir terlalu kejam"Ucapan itu menohok hati Suho, anak mana yang tidak merindukan ibunya?. Melihat ibunya yang semakin tua di makan usia, kulit nya kini mulai keriput. Walaupun kecantikan nya tidak memudar, mata Suho memanas namun ia berusaha sekuat tenaga menahan nya. Ia sudah datang sejauh ini, tidak mungkin ia mundur.

"Jangan menyalahkan takdir. Takdir itu yang membawa kita menjadi lebih baik seperti sekarang. Begini lebih baik, pura-pura lah seolah kita baik2 saja. Aku berterima kasih pada mu, sudah melahirkan ku walaupun kalian menyesalkan kelahiran ku, jangan merasa bersalah, karena dari awal neraka yang kalian buat lah yang membuat ku seperti ini"Suho berucap dan segera melangkah menjauh, meninggalkan ibunya yang beringsut terjatuh, terduduk lemah di lantai dengan dada yang menyengit sakit. Ia menangis. Menangis tanpa suara, namun ia tidak mampu menutupi kesakitan nya. Suara tangis itu terdengar sangat menyakitkan untuk Suho, ia juga sakit. Ia ingin memaafkan masa lalu, tapi masa lalu membawanya sudah terlalu jauh. Ia terlalu lemah untuk menyerah pada masa lalu nya. Ia berusaha hidup, dengan rasa sakit yang diberikan orang tua nya. Karena mereka terlalu egois, mereka tidak memerdulikan psikologis anak mereka sendiri.

Suho membanting pintu kamar nya, melempar tas kerja nya ke arah kaca besar di depan nya. Membuat nya retak, menampakan diri Suho yang sangat frustasi, berantakan dan hancur. Suho tertawa renyah dan mengepalkan tangan nya hingga kuku nya memutih, menatap dirinya di balik kaca pecah itu.

"Apakah yang kau lakukan ini benar?"

"Ya, aku telah melakukan yang terbaik bukan?"

"Benar, semua nya terasa benar."

"Ini bukan salah ku, aku tidak melakukan kesalahan. Semua nya salah mereka"

"Cukup!. Ku bilang cukup, aku bukan pembawa sial!. Diam kau PERSETAN!!"

Suho hanya mampu menutup telinga nya setelah ia bicara dengan dirinya sendiri, ia menangis dengan keras. Sangat berbeda, berbeda dengan sosok Junmyeon yang kuat, berwibawa dan gagah. Kini ia hanya terlihat seperti Junmyeon yang terpuruk, tidak ada satupun orang di sisi nya. Ia berkerja keras selama ini, membuktikan. Bahwa dirinya bukan lah pembawa sial, ia bukan lah sebuah beban orang tua nya. Karena masa lalu nya yang masih banyak membekas di ingatan nya, Sujo menderita masalah psikis berat. Ia selalu merasa di intai dan di terror. Bahkan ia beberapa kali ganti dokter psikologi, beban nya tidak semudah apa yang di lihat orang. Suho hanya berharap, ia tidak di lahirkan, jika kelahiran nya hanya membawa penderitaan untuk dirinya dan orang lain.

Roller Coaster  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang