Jihoon bangun dengan kepala super berat sampai-sampai dia harus mengerang saat berusaha bangkit dari tempat tidur.
Kepalanya berputar-putar. Berkali kali dia mengucek matanya agar pandangannya lebih focus.
Jika kemarin dia bertingkah sedikit bodoh dengan mempercayai ramalan cuaca di saluran 12 mungkin ini tidak akan terjadi dan mungkin jika si keparat Kang tidak datang dan bertingkah sok kenal dengannya di ruang music kemarin Seungcheol mungkin sudah mengatakan sesuatu padanya tadi malam.
Bukannya menyerahkan mantel hujan yang mengejutkannya dia simpan di dalam postbagnya kepada Jihoon tanpa mengatakan apapun sebelum pergi entah kemana. Yang jelas Jihoon tahu kalau Seungcheol tidak kembali kerumahnya tadi malam.
Dan betapa bodohnya Jihoon membiarkan dia pergi di malam yang hujan di musim semi tanpa mantel hujan dan payung tanpa pikir panjang dan lebih sialnya lagi Jihoon tidak bisa mengatakan apapun untuk mencegahnya karena setiap dia ingin membuka mulut untuk mengatakan sesuatu yang terjadi justru angin dingin masuk ke rongga mulutnya mengisi seluruh tubuhnya membuatnya sulit bernafas dan batuk sambil terus-terusan menggigil.
Jihoon juga tidak mengejarnya karena dia tidak yakin bisa melakukannya tanpa jatuh.
Demi apapun sepertinya ada sebuah wohana kecil lengkap dengan komedi putar di dalam kepala Jihoon sejak tadi malam.
“hei sweetheart!” Jihoon menoleh dengan susah payah demi mendapati ibunya berdiri diambang pintu dengan baki penuh obat dan air.
“eomma sudah menghubungi sekolahmu dan kamu tidak perlu berangkat sekolah hari ini.” katanya sambil memutari ranjang Jihoon untuk menempatkan baki tersebut diatas nakas.
Tangannya mengusap surai Jihoon sambil menuntunnya untuk minum segelas air yang Jihoon telan dengan susah payah beserta obat.
Jihoon menatap ibunya yang mengulaskan senyum tipis. “eomma ambilkan makanan, oke? Kamu belum makan daritadi malam”
kepalanya mengangguk walaupun itu membuat komedi putar di kepalanya bertambah cepat tapi dia lebih kesusahan mengeluarkan suaranya.
Ibunya mengusap kepalanya sekali lagi sebelum bangkit dan keluar bertepatan dengan Yoongi yang masuk kamarnya dengan pakaian rapi mungkin untuk kelas paginya.
“hei..” sapanya yang tidak mampu Jihoon balas. “bagaimana kepalamu?”
Jihoon tersenyum kecil. mungkin kalau dia tidak sedang dalam mode ‘adik kecil yang butuh banyak perhatian’ sekarang ini dia sudah menertawakan Yoongi. Kakaknya itu tidak pernah menemukan kata-kata yang pantas untuk diucapkan.
“mungkin maksudmu, bagaimana keadaanmu, dik?”
Yoongi memutar bola matanya tapi bibirnya mengulas senyum. “terserahlah”
“tidak pernah lebih buruk dari ini”
“oh.. apa obatnya sudah berhasil kamu telan?”
“apa kamu sudah minum obat?”
“apa kamu mau mengoreksi setiap kali aku bicara, Ji? Sungguh itu menyebalkan.”
Jihoon sukses tertawa dan tidak bisa menahan hasratnya untuk memeluk pinggang kakaknya dari samping. Menenggelamkan kepalanya dipinggang Yoongi sambil terkekeh.
“nggak pernah lebih baik sebelum Hyung kemari.” Katanya membuat Yoongi mengusap kepalanya dengan gemas.
“aku yakin kamu nggak akan bilang begini jika kamu bisa menendangku sekarang karena masuk ke kamarmu tanpa minta ijin di pagi hari malahan kamu akan bilang “pergilah ke sangkar bodohmu itu dan jangan ganggu hidupku! Jangan sampai pantatmu menyentuh kasurku atau-” Yoongi berhenti untuk menatap Jihoon yang menaikan sebelah alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way To Get You (JiCheol)
Fiksi PenggemarSeungcheol dengan cara apapun harus memikirkan cara bagaimana kamus 'Cara Jitu Membuat Lee Jihoon Menjadi Jihoonie yang Manis' berubah menjadi 'Cara Jitu Membuat Jihoonie Menjadi Milik Seungcheol' dalam otaknya.