Saat Jihoon pulang sorenya Seungcheol mengantarkannya sampai depan pintu apartment keluarga Lee walaupun Jihoon berulang kali meminta Seungcheol berhenti mengantarkannya tapi Seungcheol terus saja bilang kalau dia juga ingin mengajak coco jalan-jalan sekalian.
Jihoon menurut saja saat Seungcheol berhenti di depan pintunya, menunggu Jihoon tenggelam di balik pintu apartementnya sebelum akhirnya dia pulang kembali. melupakan acara jalan-jalan koko yang 100% cuma alasannya belaka supaya dia bisa mengantar Jihoon.
Saat dia kembali Ibunya tengah menyirami tanaman hidroponik mereka di balkon yang berhadapan langsung dengan balkon apartemen Jihoon, dia bisa melihat tirai di kamar Jihoon tertutup dan tanpa sadar tersenyum membayangkan badan kecil Jihoon tenggelam dibalik selimut hingga dia tak sadar kalau ibunya telah selesai dengan acara menyiram bunganya dan telah menutup pintu balkon.
"oh.. sudah pulang?" Ibunya memandangi tangan Seungcheol yang masih setia menggenggam tali kekang Coco dan segera mungkin Seungcheol tersadar.
"eumm.. ya.. dia.. agak malas diajak jalan-jalan kurasa." katanya membuat ibunya geleng-geleng.
Tentu nyonya Choi tahu apa yang dilakukan Seungcheol tapi menggoda anak satu-satunya itu benar-benar menyenangkan.
"kurasa juga begitu." katanya dari dapur.
Seungcheol memandangi Coco yang sudah menggelung di kakinya sambil memandangi tangga dimana kamar seungcheol berada. sesegera mungkin dia melepas tali kekang Coco dan membiarkan anjing itu lari masuk ke dalam kamarnya. Mungkin untuk tidur.
"sepertinya semua butuh waktu untuk tidur siang di hari Minggu, kan?" kata ibunya lagi "kau tahu dia tidak terlalu suka diganggu saat hari Minggu apalagi dengan cara paling tidak romantis Cheol."
Apa? Siapa yang ibunya bicarakan? Coco?
"aku hanya ingin mengajaknya keluar untuk mencari udara segar kok, jalan-jalan itu baik daripada terus-terusan tidur."
itu bisa membuat kepalamu pusing dan otakmu melambat, pikirnya. Setidaknya itu yang Seungcheol rasakan setiap bangun dari tidur siang.
"apa? Coco? Kamu ini benar-benar ya."
Puk!
Sendok sayur mengetuk kepalanya.
"aw!" Seungcheol mengaduh sambil memandangi ibunya dengan tidak percaya.
Sepertinya ibu seungcheol terlalu gemas padanya.
"kau tahu cheol? Jika ada yang sulit dengan pekerjaan sekolahmu kau bisa minta tolong Jisoo atau Jeonghan, kurasa mereka tidak akan keberatan." kecuali jika itu bukan satu-satunya alasanmu meminta Jihoon kesini setiap Minggu, ibunya menambahkan dalam hati.
Seungcheol berdehem sebelum berkata, "dan membiarkan mereka bermesraan di kamarku? Karena aku yakin mereka tidak akan datang tanpa satu sama lain. mereka terlalu sibuk satu sama lain" dan mereka tidak menjelaskan sebaik, selembut dan sesabar Jihoon.
"lalu bagaimana denganmu? Ibu rasa akhir-akhir ini Jihyo sudah jarang datang kemari."
"eomma, aku sudah bilang kan kami sudah putus 3 bulan yang lalu"
Dan perempuan itu tetap saja mengejar seungcheol selama 2 minggu terakhir ini. dan dia bisa bernafas lega sekarang karena kemarin ada berita yang menyebar di sekolahnya kalau Jihoon mendamprat cewek itu, menyiramnya dengan macchiato favoritnya dan entahlah, menyihir Jihyo jadi penyihir jahat yang menurut mungkin?
Apasih yang Jihoon tidak bisa lakukan?
Dan sebab itu Jihoon terus mengurung dirinya di ruang klub music saat jam istirahat.
"oh.. dan kemana dia sekarang?"
Seungcheol berharap sih Jihoon bisa menyihir jihyo menghilang saat itu agar dia tidak perlu menjawab pertanyaan ibunya ini karena demi apapun dia tidak peduli kemana cewek itu pergi karena lebih baik memang begitu.
"eomma, apa eomma benar-benar ingin tahu kemana dia? Karena aku tidak. Kenapa tidak kita lupakan saja?" kata Seungcheol sambil membuka kulkas, mengeluarkan sekotak susu sapi UHT rasa vanilla, menuangkan isinya dalam gelas besar dan meneguknya.
Dia butuh sesuatu untuk membuat tenggorokannya tetap sehat selama membicarakan cewek itu.
"kenapa begitu? Apa dia meninggalkan kesan buruk padamu?"
Apa tidak cukup jelas?
Lingkaran hitam di bawah matanya karena setiap malam cewek itu selalu menelponnya tengah malam sampai pagi, tugasnya keteter karena setiap minggu jihyo mengajaknya keluar, dan Seungcheol hampir dikeluarkan dari klub basket karena sering meninggalkan latihan di hari Senin hanya untuk mengantar Jihyo ke tempat bimbelnya."kenapa ibu tidak membahas ramalam cuaca pagi ini di TV yang ibu tonton tadi seperti biasanya?"
Karena Seungcheol menemukan bahwa topik ini 100 kali lipat lebih membosankan daripada ramalam cuaca yang selalu tidak tepat disaluran nomor 12 yang setiap hari masih saja ibunya tonton."kurasa kamu begitu kesal jika ibu bilang 'pakai mantelmu pagi ini'."
Seungcheol memandang keluar jendela. Cuaca begitu cerah, bahkan Chan -anak dari keluarga Lee yang lain yang tinggal di lantai 14 dan pernah menjadi teman se klub menarinya sedang jogging di taman di luar gedung apartement.
Mungkin saluran itu menyediakan ramalan cuaca untuk daerah yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way To Get You (JiCheol)
Hayran KurguSeungcheol dengan cara apapun harus memikirkan cara bagaimana kamus 'Cara Jitu Membuat Lee Jihoon Menjadi Jihoonie yang Manis' berubah menjadi 'Cara Jitu Membuat Jihoonie Menjadi Milik Seungcheol' dalam otaknya.