Nuga menyodorkan semangkuk bakso ke hadapan Maka.
Maka menyambut dengan senyum ramah. "Thanks ya"
"Sama-sama by the way ada yang mau gue omongin nih ke lo-"
"-Hai, boleh gue duduk disini?" ujar wanita yang tak lain adalah Jesika.
Maka kebingungan, namun ia tak dapat menolak permintaan wanita asing itu untuk duduk disampingnya.
"Yaudah duduk aja gapapa kok." ujar Maka kikuk.
Nuga sedari tadi hanya mematung, ia tahu persis pasti jesika sedang merencanakan sesuatu.
"Ga, ini aku bawain sandwich kesukaan kamu." sodor Jesika tanpa ragu.
Maka memasang ekspresi bingung bukan kepalang, siapa wanita aneh ini pikirnya. Ditambah lagi bahasanya dengan Nuga sangatlah berbeda, aku-kamu.
"Oh iya kenalin gue Jesika." Jesika tersenyum kearah Maka dan kembali fokus pada Nuga.
"Apaan sih, ganggu banget lo Jes." ucap Nuga sinis.
"lah ganggu gimana? Aku justru peduli sama kamu, kamu kan gabisa banget makan bakso sembarangan, apa kamu lupa waktu itu kamu kena alergi parah gara-gara makan di tempat sembarangan?" jelas Jesika.
Entah kenapa Maka merasa tersisih disini, sepertinya wanita bernama Jesika ini tahu banyak soal Nuga dibanding dirinya. Ada perasaan cemburu namun apa daya, Maka tak lebih dari seorang teman bagi Nuga karena Maka belum memberi jawaban pada Nuga soal hubungan mereka.
"ehem. Gue masuk kelas duluan aja ya, kalian lanjut aja ngobrolnya." Ujar Maka tiba-tiba, ia kehilangan mood memakan bakso miliknya.
"Lah kenapa? Abisin dulu lah makanan lo, gue tau kok lo laper Ka." ujar Nuga berusaha mencegah.
Tapi Nuga tak mendapat respon baik dari Maka, "Nggak ah, ga laper gue." balas Maka sambil beranjak pergi.
Nuga turut berdiri mencoba mencegah kepergian Maka, namun tangannya ditarik oleh Jesika.
"Jadi kamu mau ninggalin aku lagi? Ayolah sekali ini aja abisin dulu makanan yang aku kasih. Aku janji deh nggak bakal ganggu kamu lagi deh abis ini." jabar Jesika.
Nuga hanya menghela nafas, ia pun mengiyakan permintaan Jesika. Toh ini juga yang terakhir kali, pikirnya.
•••
Maka benar-benar bingung dan kesal, bagaimana bisa Nuga tidak menghubunginya sama sekali seharian ini. Terlebih lagi sehabis kejadian di kantin tadi, Nuga belum melontarkan permintaan maaf.
Bip! Bip!
Pucuk dicinta ulampun tiba.
Alien is calling...
Tanpa pikir panjang Maka langsung mengangkat telfon yang tak lain adalah Nuga.
"Hai, gue tau lo pasti badmood parah kan sama kejadian di kantin tadi?"
"Nggak." balas Maka cuek.
"Yah, jangan galak-galak dong neng. Gue mau jelasin nih, jadi cewek tadi itu mantan gue. Tapi gue udah nggak ada perasaan apa-apa kok ke dia, karna ya yang gue mau itu lo, bukan dia."
Maka, masih mematung mendengar penjabaran Nuga. Disatu sisi ia sedih, namun disisi lain ia senang mendengar penegasan Nuga tentang perasaannya terhadap Maka.
"hallo, are u okay Ka?"
"eh-i-iya gue gapapa kok, lo belajar gih, kan kelas 12 bentar lagi ujian kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Alien
Roman d'amour"Lo pikir gue suka ngeliat lo nangis? mikir dong!" ujar Nuga sambil dengan cepat meraih jemari Maka dan menenggelamkan Maka dalam pelukannya.