13 | Anak?

2K 167 1
                                    

"Gimana skripsi kamu? Revisi lagi?" Tanyaku pada Bagaskara saat kami makan malam. Saat ini kami sedang makan malam di salah satu rumah makan tradisional yang letaknya tak jauh dari apartemen karena bahan makanan dikulkas sudah habis.

Bagaskara berguman, "Ya gitu. Revisi lagi," aku mendengus saat mendengar jawabannya.

"Ini baru bab satu dan kamu udah revisi berapa kali?"

"Empat, mungkin." Aku menghela napas.

"Ini yang diteliti perusahaan papa lho. Beruntung judul kamu langsung dapat acc." Aku mulai mengomel sambil menunggu pesanan kami datang.

Ceritanya ya, sebulan sebelum hari pernikahan, Bagaskara ternyata sudah mengajukan permohonan untuk naik semester karena ipk per semesternya baik dan beruntung permohonannya di ACC. Tapi, bukannya sekarang dia sibuk ngurus skripsinya malah dia terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya, padahal aku sudah membantu walaupun hanya sedikit. Apalagi sekarang ia sudah bekerja di kantor papa, bersamaan dengan perekrutan pegawai baru minggu kemarin, dia jadi makin banyak alasan.

"Gimana kalo aku nggak usah wisuda aja?" Aku menatap tajam dia yang memasang wajah polos setelah mengatakan itu.

"Kamu-"

"Pesanannya mbak, mas." Ucapanku terpotong oleh pramusaji yang membawa pesanan kami.

"Gini deh, supaya kamu semangat. Kalo kamu bisa menyelesaikan skripsimu dalam waktu kurang dari tiga bulan, aku bakal kasih reward." Kataku setelah pramusaji meninggalkan kami. Kulihat dia berpikir.

"Apa rewardnya?"

"Aku masakin makanan kesukaan kamu, semuanya. Tanpa protes. Kamu nggak usah bantu beres beres kalo libur. Selama sebulan."

"Yahh... nggak asik tawarannya."

"Fine! Anything!" Tantangku. Senyum mengembang di bibirnya.

"Oke. Deal!" Dia mengajakku bersalaman dan segera kusambut. Sebenarnya ini cukup berisiko untukku karena aku tidak bisa memprediksi apa yang akan dia minta. Toh juga masih tiga bulan dan aku cukup pesimis padanya karena dia mungkin akan kerepotan nanti. Tapi ya sudahlah, supaya dia bisa lebih semangat. Kami makan dalam diam dan setelahnya kami segera pulang.

***

Saat ini aku sedang menunggu Bagaskara di kursiku karena dia akan menjemputku sekalian turun dari lantai enam. Sesuai rencana, sepulang kerja aku dan Bagaskara mampir ke mall untuk membeli persediaan. Mulai dari persediaan dapur sampai persediaan pribadi.

"Gue balik dulu ya mbak." Pamitku pada mbak Mona.

"Sekarang pulangnya cepet terus ya, Lin?"

"Iya nih mbak. Kerjaan cepet selesai juga." Alasanku.

"Bukan karena pulang sama anak baru?" Aku menatap mbak Mona yang sedang menatapku dengan tatapan menggoda.

"Hng.. itu sepupu gue kok mbak."

"Bukan laki lo?" Tanyanya pelan padaku penuh selidik.

"Mbak!" Aku nyaris memekik sedangkan dia tertawa.

"Jadi bener yang itu?" Mbak Mona mulai menggodaku. "Pantes lo nolak si Kenzo, brondong ganteng niih. Lebih hawt deh kayaknya."

"Mbaakk! Udaah..!! Gue balik!" Aku meraih tas dan jaketku. Sebelum pergi aku menyempatkan untuk memperingatinya agar tutup mulut. Pas ketika aku keluar ruangan pintu lift terbuka karena ada OB yang keluar, sedangkan di dalam masih ada Bagaskara dengan dua orang perempuan yang tak ku ketahui. Mungkin anak baru karena wajah mereka terlihat asing dimataku. Akupun segera masuk dan merangsek berdiri di samping Bagaskara.

Anomali (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang