Part ini lebih pendek dari part sebelumnya yak.
***
Terakhir kali Bagaskara merasakan sakit adalah delapan tahun lalu saat ia kehilangan calon adiknya. Itu juga menjadi kali terakhir Bagaskara menangis. Dan saat ini untuk pertama kali setelah delapan tahun ia menangis dan merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan saat ia mengebumikan jasad janin Alina, calon anak mereka.
Bagaskara menangis, juga kedua orangtua serta mertuanya. Para pelayat yang memang hanya dari lingkungan rumah orangtuanya sudah membubarkan diri menyisakan mereka berlima. Yang pertama meninggalkan area pemakaman adalah mertuanya, ayah dan ibu Alina. Mereka harus segera ke rumah sakit karena Alina hanya ditunggui oleh Kaleela dan masih belum siuman pasca operasi.
Bagaskara berlutut diantara makam calon putranya juga makam yang bernamakan Mentari, adiknya. Dia berdoa pada Tuhan untuk membawa adik dan putranya ke tempat paling indah disisi-Nya. Berdoa supaya Mentari bisa menemani putranya yang ia namakan, Fachry Pratama, anak lelaki dari Keluarga Pratama yang bersahaja.
Mereka beriringan meninggalkan area pemakaman untuk menuju ke rumah sakit begitu Bagaskara beranjak berdiri. Tak ada obrolan selama perjalanan hingga mereka sampai ke rumah sakit. Bagaskara mempercepat langkahnya saat ia mendengaar keributan begitu ia sampai di koridor ruangan VIP. Pintu kamar Alina terbuka menyebabkan keributan itu terdengar jelas dari luar ruangan.
Alina sudah siuman! Ia bisa mendengar suaranya. Tapi Alinanya berteriak ketakutan disana. Memanggil-memanggil namanya dengan teriakan menyakitkan.Bagaskara segera masuk ke ruangan. Ia bisa melihat Alina yang beringsut menjauhi sentuhan dari suster dan dokter. Tangannya menepis dengan kasar menyebabkan jarum infus di tangannya bergeser dan mengeluarkan darah.
Ia segera mendekati Alina yang berulang kali meneriakkan namanya. Merengkuhnya erat. Menenangkannya hingga ia kembali merasa aman. Suster dan dokter sudah mundur saat Bagaskara berhasil menenangkan Alina. Sedangkan Alina sendiri mencengkeram kemeja belakang Bagaskara dengan erat, tak menyadari kalau darahnya mengotori baju Bagaskara.
Setelah Alina lebih tenang, suster membenarkan jarum infus Alina dengan canggung karena posisi pasien yang tetap memeluk erat penunggunya. Setelah selesai, dokter meminta Bagaskara untuk menemuinya begitu Alina sudah bisa ditinggal yang langsung di iyakan oleh Bagaskara.
"Jangan pergi." Bagaskara mengelus rambut Alina dengan sayang. Tadi sewaktu ia meraih Alina, ia merasakan tubuh istrinya tegang, tangannya dingin. Matanya juga terlihat waspada menatap orang-orang disekitarnya. Ibu, mama dan Kaleela menatap Bagaskara sedih, sedangkan ayah dan papa sudah keluar lebih dulu. Bagaskara merasa takut saat melihat ayah yang beringsut mundur ketika Alina berteriak histeris tadi. Ia takut apa yang ia khawatirkan menimpa Alina.
"Nggak akan, sayang. Aku nggak akan pergi." Bagaskara menciumi puncak kepala Alina dengan sayang. Memberikan ketenangan pada Alina yang memeluk perutnya erat. Kepala wanita itu bersandar pada dadanya, mebuat ia harus ikut duduk bersandar di ranjang.
***
Ayah dan Papa masuk saat Alina sudah tertidur dipelukan Bagaskara. Kedua lelaki paruh baya itu berdiri di samping ranjang putri mereka yang bahkan tak mau melepaskan genggaman tangannya meskipun sudah tertidur.
"Maaf, yah. Bagas nggak bisa jaga Alina sampai dia jadi begini." Ujar Bagaskara pelan.
Rajendra menatap menantunya prihatin. Jujur saja Rajendra kecewa dan sedih karena putrinya yang tak mau disentuh orang lain, juga kehilangan calon cucu yang belum ia ketahui keberadaannya. Tapi ia juga patut bersyukur karena putrinya bisa selamat. Sebagai orangtua hatinya sakit saat putrinya berteriak histeris ketia melihatnya berada di jarak pandang mata. Ia hancur kala mengetahui putrinya kembali tertekan dan ketakutan saat melihat lelaki.
Ia pernah merasakan perasaan ditolak seperti ini. Kalau dulu Alina hanya akan beringsut menjauh dan menghidar, sekarang Alina menolak, menangis histeris saat melihat lawan jenisnya. Ayah mana yang tak hancur hatinya saat ditolak oleh putri yang begitu ia sayangi?
"Sebenarnya ada apa nak? Ayah nggak bisa tenang kalau begini."
Tanpa melepaskan Alina Bagaskara menjawab: "Ada masalah dengan rekan bisnis Bagas, yah. Dan Bagas nggak tau kalau dulu dia pernah buat Alina celaka."
Bagaskara menceritakan kronologi kejadian yang menimpa mereka dimulai saat munculnya teror yang mengancam keselamatan Alina hingga penculikan Alina. Menyingkat cerita, Mengurangi hal hal bersifat pribadi.
Rajendra paham siapa orang yang dimaksud Bagaskara. Kalau dulu ia tidak menindak lebih lanjut masalah pelecehan yang diterima putrinya karena Alina masih butuh perhatian penuh dari keluarga, sekarang Rajendra akan mengusut kasus ini hingga tuntas. Tak peduli berapa banyak uang yang akan ia keluarkan. Dua kali ia gagal menjaga putrinya dan dua-duanya disebabkan orang yang sama. Dia tidak bisa diam.
"Untuk sekarang kamu dampingi Alina sampai dia lebih baik. Biar papa yang urus masalah kantor. Masalah ini akan dibawa ke hukum, papa akan minta bantuan Reyhan."
"Biar aku yang urus ini, Bram." Rajendra bertekad. Ia akan membuat siapapun yang mengganggu putrinya mendapatkan akibatnya. "Keponakanku masih bisa membuka kasus ini dan kasus yang dulu."
"Dua orang lebih baik daripada satu, Ndra. Biar aku minta bantuan juga dari sepupu Bagas. Dia bisa diandalkan."
"Yah, Pa.. masalah ini tolong jangan sampai keluar ke publik atau pun ke kantor. Alin masih butuh waktu tenang." Pinta Bagaskara.
"Oke. Tapi kamu urus masa cutinya Alina, ya. Nggak mungkin kalau dia nggak masuk dalam waktu yang lama." Ujar papa Brama.
"Bagas udah kirim one-month-notice tadi pagi."
"Kamu yakin? Alina nungkin nggak akan setuju kalau tau tentang ini." Agaknya Papa Brama tak begitu setuju dengan tindakan Bagaskara kali ini.
"Bagas nggak tenang kalau Alin jauh dari Bagas, pa. Biar nanti Bagas yang bilang. Kalau nanti dia memang mau kerja lagi, Bagas nggak akan larang."
"Begitu lebih baik, nak. Ayah setuju dengan kamu. Alin juga mungkin masih perlu beradaptasi lagi setelah kejadian ini." Rajendra menanggapi.
Setelah selesai dan yakin Alina sudar tertidur pulas, Bagaskara pamit untuk menemui dokter.
***
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
Anomali (ON HOLD)
ChickLit#Highest rank #130 on chicklit _______ Hanya kisah klise seorang Alina yang baru menginjak usia 25 tahun. Baru mendapatkan kebebasannya. Dan baru menikmati hidupnya. Kebahagiaannya terenggut seket:ika saat pagi itu. Pagi yang ia harap bisa dimusnahk...