27 | Pemanasan Honeymoon?

1.9K 118 2
                                    


Sudah seminggu sejak pertemuan dengan Juan dan sepertinya Juan belum melakukan sesuatu berarti. Tak ada hal aneh yang terjadi selama seminggu ini membuatku sedikit bernapas lega. Hubunganku dengan Bagaskara juga makin lengket. Jujur saja, aku akhir-akhir ini tak bisa berjauhan terlalu lama darinya. Seperti pagi ini.

Entah kenapa pagi ini aku malas sekali. Tak mau melakukan kegiatan apapun selain tidur. Aku masih berada dibawah selimut tebal dengan memeluk perut Bagaskara--sepertinya ini sudah menjadi kebiasaanku. Aku sudah bangun tapi enggan membuka mata. Aku merasakan tanganku diangkat membuatku refleks mengeratkan pelukanku.

"Kamu udah bangun tapi nggak mau melek?" Suara serak Bagaskara memasuki telingaku.

"Aku nggak mau bangun."

"Ini udah pagi, lho. Biasanya kamu udah selesai nyuci." Memang. Biasanya aku membersihkan apartemen mulai pagi setelah subuh. Tapi tadi selepas subuh rasanya aku malas sekali jadi aku memilih kembali tidur.

"Kita laundry aja bajunya." Jawabku.

"Terus yang bersih-bersih?"

"Go-clean? Aku pengin nggak ngerjain apapun." Aku membuka mataku dan langsung menatapnya.

"Tumben banget kamu manja begini." Memangnya aku jadi manja? "Tapi nggak papa. Aku lebih seneng kamu manja ke aku."

Aku mencebik lalu duduk bersandar pada kepala ranjang. Dia mengikutiku lalu tangannya merangkul pinggangku membuatku kami jadi tak berjarak.

"Kamu mau liburan?" Tanya Bagaskara. Jujur. Aku ingin liburan ke tempat-tempat yang indah dan bersejarah.

"Kemana?"

"Every where you want to go. We'll go there."

"Really? How about Rome? Or Paris?" Bagaskara mengangguk. Aku tersenyum dan memeluk pinggangnya erat.

"Kamu mau pergi kemana dulu? Kita bisa keliling Eropa." Aku yang tadinya bersemangat tiba-tiba lesu.

"Aku nggak bisa ambil cuti lama-lama." Jawabku lesu.

"Just resign. Kita nggak akan kekurangan meskipun kamu nggak kerja." Aku menggeleng. Ini bukan masalah uang. Ini masalah keinginanku untuk kerja. Aku tak suka hanya berdiam diri dirumah.

"Bukan masalah itu. Aku senang kerja disana."

"Aku nggak menuntut kamu jadi ibu rumah tangga yang kerjaannya cuma di rumah kok. Kalau kamu suka ya kamu lanjutin aja tapi jangan sampai lupa sama keluarga." Dia mengelus rambutku. "Terus kamu mau liburan kemana? Spore? Atau Bali? Biar nggak terlalu capek."

"Bali. Aku kepingin main ke Kuta terus berjemur ala-ala." Ujarku senang.

"Nggak ada berjemur ala-ala. Udah punya suami juga. Atau batal aja?" Aku cemberut.

"Bali sekarang." Kenapa aku merengek begini?

"Mandi sana. Biar aku pesen tiketnya."

Yes! Aku langsung melompat dari kasur dan bergegas mandi. Bali, i'm coming!!

Sebelum ke masuk ke kamar mandi aku kembali menghampiri Bagaskara yang sudah sibuk dengan ponselnya lalu mengecup pipinya. Aku segera berlari memasuki kamar mandi dan menutup pintu, tak mau melihat reaksinya.

"Baby, give me one more kiss!" Aku menggeleng dan segera mandi tak menggubris ucapannya.

***

Kami sampai di Bandara Ngurah Rai sekitar pukul sepuluh pagi dan langsung menuju ke hotel untuk menaruh ransel. Aku dan Bagaskara memang hanya membawa satu ransel masing-masing karena kami hanya menginap satu malam. Sebenarnya Bagasra mengusulkan untuk menginap di resort yang dekat Pantai Pandawa tapi aku menolak. Hotel saja sudah mahal, apalagi resort.

Anomali (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang