Satu

186 11 7
                                    

Seperti biasa, keadaan sore di depan panti asuhan selalu ramai oleh anak-anak. Divka duduk di kursi rotan mengamati aktivitas anak panti. Disebelahnya terdapat meja bundar kecil yang diisi ipod dan secangkir kopi hangat yang isinya tinggal setengah gelas. Earphone terpasang ditelinganya sejak dua puluh menit yang lalu.

Notifikasi dari hpnya berbunyi, menyadarkan Divka bahwa ada yang mengirim ia pesan. Ia kemudian mematikan musik. Membuka pesan yang baru saja masuk.

Myfta Amiludin: Div, gue agak telat ya jemput lo. Mau nganterin nyokap pengajian dulu.

Divka Aprillia: Ok

Divka Aprillia: Gue lagi di panti, langsung sini aja ntar

Pesan Divka hanya dibaca oleh teman laki-lakinya yang dari orok itu. Rumah mereka bersebelahan, hanya terpisah pagar saja. Namun, jarak rumah ke panti asuhan sekitar 200 meter. Ia memasukan ponselnya ke dalam saku celana. Kemudian Divka memutuskan masuk ke dalam rumah, menyusul bundanya yang sedang bikin kue. Ternyata ada abangnya juga di dapur.

"Bun, Myfta telat jemput katanya, lagi nganterin mamahnya"

"udah sore lho Div, anterin abang aja ya biar nyampe Bandung gak kemalemen" cemas bunda.

Abangnya yang mendengar langsung jawab "ogah"

"Bal, kamu sama adek sendiri kok gitu"

"ya maaf Bun, bukanya abang gak mau nganter Divka. Bekasi-Bandung kan lumayan jauh, terus besok abang ada bimbingan pagi". Bela Balsa.

"intinya lo gak mau nganterin gue ya bang. Titik. Udah Bun, paling setengah jam lagi Myfta dateng".

Balsa yang mendengar adiknya menjawab ketus hanya cengar-cengir. Kemudian meninggalkan Divka dan Bundanya di dapur.

Hari ini, Bundanya membuat kue nastar. Meskipun lebaran sudah lewat tiga bulan yang lalu.

"Div, itu di meja bunda udah nyiapin kering kentang sama nastar. Nastarnya buat Myfta satu ya"

"siap Bun"

Tak lama kemudian, mobil hitam Myfta muncul di depan pagar panti. Abangnya yang kebetulan ada di teras melihat kedatang Myfta langsung berteriak "Div, nih cogan lo dateng make kereta kuda"

Myfta yang mendengar langsung tertawa.

"sekarang mana ada cogan jemput cewek make kereta kuda, bang"

Mereka tertawa, sambil salaman ala cowok keren. Ya memang mereka keren.

Divka kemudian muncul dari pintu bersama Bunda.

"Bunda" sapa Myfta sembari salim dengan Bunya Divka.

Bunda tersenyum. Kemudian disusul Divka yang berpamitan ke Bunda.

Sambil salim, Bunda mengelus rambut sebahu Divka "hati-hati ya Div. Kalo sampe kostan kabarin Bunda".

"iya Bunda" jawab Divka sambil tersenyum. Tak lupa ia juga menyalami abangnya.

"bro, nitip adek gue ya." pesan Balsa pada Myfta.

"siap bang. Berangkat dulu ya Bun." pamit Myfta kemudian meninggalkan teras panti.

Anak-anak panti yang melihat Divka dan Myfta akan berangkat menghampiri mereka dan bersalaman. Sekitar lima belas anak panti yang menyalami mereka "hati-hati ya kak." begitu kira-kira pesan anak panti kepada mereka.

Sebenarnya anak panti berjumlah dua puluh lima. Mungkin yang sisanya sedang ada les atau mengaji ke masjid sebelah.

Setibanya di dalam mobil, Divka memasang seatbelt dan memainkan musik di dalam mobil.

"gue tiap kali anter jemput lo terus disalamin sama anak panti kesannya kayak gue artis gitu masa Div"

Divka yang mendengar celetuk temannya itu menyerngitkan dahi "yakali artis kumel begini."

Myfta yang mendengar jawaban temannya tertawa.

Setelah melakukan kegiatan penerimaan mahasiswa baru di Bandung seminggu yang lalu, Divka mengajak temannya itu pulang ke Bekasi, kangen Bunda dan anak panti katanya. Myfta yang saat itu memang berencana pulang untuk mengampil seperangkat alat playstation mengiyakan tawaran Divka. Lagian Myfta tidak akan tega membiarkan temannya itu pulang sendirian naik kereta apa lagi naik motor sendirian.

Jurusan yang mereka ambil, sama, psikologi. Mereka belum punya banyak teman, hanya beberapa, itu pun anak-anak Bekasi saja.

Memasuki gerbang tol Cikampek, gerimis turun. Lagu Breathe - Lauv terplay. Divka membuka sedikit jendela mobil, pandangnnya keluar melihat rintik air yang semakin deras.

Myfta dari tadi mengamati Divka. Tapi yang diamati masih saja fokus melihat hujan. Myfta geleng-geleng kepala melihat temannya itu.

"Div, kemaren Adam ngechat gue. Ngajakin kita makan bareng di rumahnya. Ikut ya?"

Divka yang sedang memperhatikan jalan, menoleh "Adam? Adam yang mana?"

"yang make topi item pas kita lagi nyiapin perlengkapan di kost gue."

"lupa gue."

"yang ngrokok."

"oh iya iya". Divka asal menjawab, karena ia tidak yakin masih mengingat Adam atau tidak. "Masa si dia tiba-tiba ngajak makan bareng?" Tanya Divka heran.

"hehehe. By the way Adam orang asli Bandung tau Div."

"yakin deh lo yang ngajakin"

"hahah gapapa dong, lumayan buat guide kita nanti kalo mau main. Keliatannya baik tu orang"

"ih gila ya lo, manfaatin temen. Lo kira tour guide apa?!"

Myfta yang mendengar pernyataan temannya tertawa.

"nggak usah ketawa. Fokus nyetir, lo bawa anak orang nih." Divka mengingatkan. Yang diingatkan masih tertawa "hahah oke oke."

Setelah menempuh perjalan selama lebih dari tiga jam, akhirnya mereka sampai di Bandung. Bandung tidak hujan, jalanan pun masih sangat ramai. Myfta mengantarkan Divka ke kostnya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kost Myfta.

"makasih ya Myf tumpangannya hehe"

"yaelah lo kayak ke siapa, selow."

Divka yang mendengar jawaban Myfta hanya cengengesan sambil memakai tas gendongnya dan menenteng tote bag warna hitam. Setelah turun dari mobil, Divka melambaikan tangan "hati-hati Myf, makasih banget nih."

"makasih mulu lo, besok mau bareng gak?"

"hahah, nggak usah. Besok gue bawa motor sendiri aja."

"yaudah deh, masuk kandang sana lo."

Divka hanya tersenyum, berjalan menuju pagar kostannya. Kamarnya nomor 17 ada di lantai dua. Jadi Divka harus menaiki tangga.

Selesai melakukan ritual, cuci kaki, cuci muka, Divka langsung merebahkan badannya ke kasur.

Fadikana Al Balsa: ade sudah sampai?

Fadikana Al Balsa: Bunda nanyain nih

Fadikana Al Balsa: woy

Divka yang mendengar notif pesan segera mengambil ponselnya di dalam tas.

Divka Aprillia: maaf bang lupa nggak langsung ngabarin hehe

Divka Aprillia: nyampe jam delapan, bilangin Bunda juga ya bang

Tak lama, abangnya langsung membalas pesannya

Fadikana Al Balsa: kunyuk bisanya bikin khawatir orang rumah ye

Divka Aprillia: hehe kan adek sudah minta maaf kakak 😊

Pesannya hanya diread saja oleh abangnya.

Bingung mau melakukan apa, Divka memutuskan untuk merapihkan barang bawaanya tadi. Di tote bag ada dua toples nastar, yang satu untuk Myfta, kelupaan.

Berniat menghubungi Myfta bahwa nastarnya tertinggal, tapi Divka mengurungkan niatnya "ah besok aja sekalian di kampus." gumamnya.

AMORFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang