Tiga

33 4 1
                                    

Kemeja biru yang tadi di kenakan dengan rapih, kini dua kancing dari atas dibiarkan terbuka oleh Adam. Terlihat kaos putih polos menempel pas di badannya. Tas yang digendongnya kini sudah diletakan sembarang, ia mengambil bungkus rokok u mild di saku celana. Korek, Adam kehilangan koreknya. Karena malas mengambil korek di dapur, Adam memutuskan tidak jadi merokok. Kemudian melemparkan bungkus rokoknya ke meja.

Di dapur, terdengar Bi Inem sedang memasak, bau masakannya tercium sampai ruang tengah.
Adam mengambil ponselnya di meja kemudian mengetikan pesan untuk Myfta.

M Adam Idris: gue tadi ketemu Divka

M Adam Idris: gue sapa dia, tapi dia kayak yang kaget gitu

Myfta Amiludin: ketemu dimana?

M Adam Idris: parkiran

Myfta Amiludin: terus terus?

M Adam Idris: ya gue sapa dia, terus dia kayak orang bingung gitu, nyariin siapa yang nyapa dia

M Adam Idris: kalo boleh bilang, ekspresinya gemesin parah si wkwk

Myfta Amiludin: gemes apaan dah gemes wkwk

Adam yang membaca pesan terakhik dari Myfta, tersenyum geli. Baru kali ini dia bilang kalimat “gemes” buat ngegambarin ekspresi cewek.

M Adam Idris: serius gue

Myfta Amiludin: wkwkwkwkwkwkw

Myfta Amiludin: ntar malem kita mau makan di luar, lu mau ikut?

Selesai membaca pesan, Bi Inem memanggil Adam “mas Adam, makan ya, bibi masak sayur asem sama ikan goreng." Teriaknya dari dapur.

“iya bi, sebentar lagi makan”
Kemudian Adam kembali ke posnselnya. Mengetik balasan.

M Adam Idris: enggak deh, di rumah udah masak nih

Kemudian Adam mengunci ponselnya, meletakan di meja, kemudian menuju dapur.

Adam mengambil dua piring, kemudian mengisinya dengan dua centong nasi di masing-masing piring “bi, temenin Adam makan yah.”

Bi Inem yang sudah hafal kebiasan Adam, langsung ambil posisi duduk “kalo mas udah maksa, bibi nggak bisa maksa.”

Adam tersenyum mendengar jawaban Bi Inem.

Meja makan terdiri dari enam kursi, namun yang dipakai hanya dua kursi. Itupun kalau bibi masih melakukan pekerjaan disini, kalo malem kan bibi pulang ke rumahnya yang jaraknya hanya tiga ratus meter. Disuruh nginep tidak mau, katanya “di rumah ada anak perawan, kasian, dan gak baik kalo ditinggal sendirian”.

Tapi bibi nggak kasian sama Adam. Di rumah yang cukup besar, Adam tinggal sendirian sejak kelas dua belas. Ayah dan ibunya di Bogor, pindah kerja. Adiknya juga boarding school di Bogor. Mungkin karena adeknya cewek, jadi ikut orangtuanya.

Bi Inem yang dari dulu merawat rumahnya dan mengurus segala keperluan rumah. Orangtua Adam sudah mempercayakan bibi. Sebulan sekali kadang orangtua dan adiknya pulang ke Bandung, kadang juga dua bulan sekali. Tidak tentu. Kadang juga Adam yang ke Bogor kalau sedang mau.

“oh iya mas, tadi Ibu telvon, katanya sabtu besok nggak bisa pulang. Lagi banyak kerjaan.” Bibi membuka percakapan di meja makan.

Adam diam, padahal sabtu besok dia sudah mengundang teman-temannya untuk makan di rumahnya “gitu yah Bi.” Adam berhenti mengunyah makanan “bibi sabtu bisa kesini kan? Adam udah ngundang temen buat makan disini soalnya hehe.”

“sabtu yah mas?” Bibi bertanya memastikan.

“iya Bi, bisa yah? Please.”

“siap deh mas. Tapi hari ini Bibi minta pulang cepet ya, di rumah mau ada acara.”

AMORFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang