Tujuh

20 4 0
                                    

Setelah hampir satu jam perjalanan karena macet akhirnya mobil Adam memasuki kawasan Lembang. Di beberapa titik masih terlihat kabut lembut yang menandakan bahwa udara disini cukup dingin.

Divka menurunkan kaca mobil sampai ke bawah kemudian meletakan dagu di jendela mobil. Udara dingin menerpa wajahnya dan membuat rambut sebahunya tertepa angin. Divka memejamkan mata, menikmati susasana puncak di siang hari.

Adam yang dari tadi memperhatikan tingkah Divka "di Bekasi nggak ada yang begini ya?"

Divka menoleh "mana ada, polusi semua. Mana gerah banget disana."

Divka kembali asik menatap keluar, kali ini tangan kanannya dijadikan sebagai alas dagunya. Semakin asik malah. Tak terasa sudah sampai tujuan dan Adam langsung memarkirkan mobilnya. Mereka berdua keluar dari mobil. Beruntung Divka memakai kemeja jadi tidak terlalu kedinginan, masih bisa diatasi. Mereka berjalan menuju loket, membeli dua tiket.

Ketika Divka mengeluarkan uang lima puluh ribuan untuk membayar, Adam buru-buru menepisnya "gue aja" katanya.

Ya sudah, uangnya dimasukan saku lagi "lumayan." Batinnya.

"Dingin gak?" Tanya Adam saat mereka berjalan menuju Farm House.

"Dikit hehe."

"Mau make hoodie gue?"

"Eh? Enggak! Lo kan cuma make kaos doang, ntar masuk angin lagi."

"Gue udah biasa sama dinginnya Bandung, Div."

"Ya tetep aja gue gak mau lo sakit."

"Cieeeee khawatir ya ke gue?" Ledek Adam sambil mengangkat kedua alisnya.

"Dih ge er lo." Divka mempercepat jalannya. Adam tertinggal beberapa langkah di belakang.

"Eh bukan lewat situ Div, belok kanan."

Divka yang diperingatkan buru-buru berbalik karena salah arah.

Adam tertawa, menjajari Divka "Eh jangan salting gitu dong."

"Siapa yang salting si, tadi tu gue gak liat tanda jadi salah belok." Jelas Divka tak mau kalah.

Mereka berdua sampai pada kandang domba.

"embenya bersih-bersih banget, Dam"

"Iya lah, kan embe kota bukan embe pinggiran." Celetuk Adam.

Divka melirik ke sumber suara lalu kembali fokus pada domba-domba putih yang sedang memakan rumput.

Setelah beberapa menit mereka melihat domba, Adam mengajak Divka berkeliling farm house sampai jam makan siang.

Ponsel Adam berbunyi, menandakan pesan masuk.

Myfta Amiludin: Divka masih sama lo?

M Adam Idris: iya, lagi di Lembang

Myfta Amiludin: ngapain?

M Adam Idris: liat domba

Myfta Amiludin: pacaran kok liat domba -_-

Myfta Amiludin: jam 2 ada kelas, buru balik lo pada

M Adam Idris: HAHAH iye pak haji

Adam mengunci ponselnya & memasukan ke saku celananya.

"Makan dulu yuk, baru balik." Ajak Adam sembari menggandeng pergelangan tangan Divka.

Lagi-lagi untuk kesekian kalinya di hari ini, jantung Divka berdetak lebih cepat dari biasanya. Masih belum mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Sedangkan yang menggandeng tangannya malah terlihat biasa saja, seperti sedang menarik domba di farm house.

Mereka berdua masuk ke kedai soto ayam, cuaca seperti ini sangat cocok makan yang berkuah panas memang. Keduanya duduk berhadapan, beberapa pengunjung sedang lahap memakan soto, ada juga yang sedang menunggu pesanan. Mata Divka menangkap pemandangan aneh di pojok kedai, ada sepasang remaja SMA yang sedang makan bersama padahal jam masih menunjukan kegiatan belajar mengajar.

Sambil menunggu pesanan, Divka memainkan ponselnya yang dari tadi dibiarkan menganggur. Ada beberapa notifikasi dari grup. Ibu jarinta bergerak membuka.

Aroona Ismail: tadi gue liat Fachmi di kampus

Myfta Amiludin: gak aneh si

Myfta Amiludin: kan emang dia kuliah disana

Aroona Ismail: iya gue juga tau!!!!

Rudi Ciptadi: ngukuk

Aroona Ismail: tau gak dia tadi sama siapa?

Safira Diaulhaq: siapa?

Rudi Ciptadi: siapa?

Myfta Amiludin: siape?

Divka Aprillia: ?

Aroona Ismail: kak Caca!

Rudi Ciptadi: gue bilang juga apa ,tu cowok emang brengsek

Setelah membaca pesan terakhir dari Rudi, jempol Divka bergerak lagi mengetikan balasan.

Divka Aprillia: anda bencong?

Safira Diaulhaq: tau nih, nggak bercermin dulu sebelum mencaci

Myfta Amiludin: opsiiie

Tak menghiraukan pesan dari Myfta, Divka langsung mengunci ponselnya. Mengalihkan pikirannya dari Fachmi. Dan kebetulan sotonya juga sudah datang.

Divka mengambil sendok dan garpu, menuangkan kuah soto kedalam piring nasi sedikit demi sedikit. Berbeda dengan Adam yang mencapur nasinya di mangkuk soto.

"Selamat makan." Kata Divka yang akan menyuapkan kuah soto ke dalam mulut.

Adam yang sudah menyuapkan sotonya dari tadi hanya menangguk. Keduanya sibuk makan sampai selesai.

"Mau sholat di sini apa di kampus aja?"

"Disini aja deh."

"Lo bawa mukena?"

"Bawa kok di tas."

"Coba mana liat?"

"Hah? Buat apa?" Tanya Divka heran. Kemudian perempuan itu membuka resleting tasnya, mengambil mukena warna biru muda dan menunjukkan ke Adam "nih kalo lo mau make" sambil menyodorkan mukenanya pas di muka Adam.

Adam terkejut, maksudnya ia hanya ingin tau warna mukena Divka "apaan anjir."

Divka menarik tangannya "HAHAH ya lagian nanya-nanya pake acara pengin liat segala."

"Udah ah, buru, tar telat lagi. Pak Sugi lho." Adam mengingatkan bahwa Pak Sugi merupakan dosen yang sangat kejam, telat semenit saja tidak dapat absen.

Keduanya langsung keluar dari kedai soto dan berjalan menuju mushola yang jaraknya tidak terlalu jauh. Adam masuk ke tempat wudhu pria, pun Divka masuk ke tempat wudhu wanita. Mereka berpisah di tempat wudhu.

Karena tidak dzikir, waktu yang mereka butuhkan untuk shoat dhuhur tidak lama, kurang lebih hanya 4 menit saja.

Divka melipat mukena hijaunya, kemudian membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan setelah memakai mukena tadi. Adam sudah menunggu di luar sembari memakai sepatu vans hitamnya.

"Udah dari tadi ya?." Divka yang baru datang langsung duduk di sebelah Adam, memakai sepatunya.

"Dzikir dulu bu haji?"

Divka hanya terkekeh mendengar candaan Adam "yuk ah."

Perempuan itu berdiri, menghentakan kakinya untuk mendapatkan posisi nyaman pada kakinya kemudian berjalan menuju parkiran mobil.

"Eh kambing kok gue ditinggal." Adam buru-buru berdiri dan menyusul Divka.

"Lo lama."

"Lah anjir gue yang tadi nungguin elu."

"Kok gue?" sambil terus melangkah "Padahal kan gue gak minta ditungguin."

Adam sedikit kesal "maksud lo gak apa apa kalo gue tinggal?." gerutu Adam sambil mendahului lngkahbperempuan berambut sebahu itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AMORFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang